Eliza berakhir pulang diantar oleh Grady, tapi ditengah perlajanan dia berubah pikiran. Eliza memaksa Grady untuk membelokan mobilnya ke arah Jalan Braga, dia ingin mengunjungi toko lukis langganannya.
"Dy, melipir dulu. Gue mau beli alat lukis di tempat biasa," ucap Eliza tiba-tiba dan membuat Grady harus mengerem mendadak.
"Lo tuh kalau kasih tahu jangan mendadak, untung jalanan lumayan sepi dan belakang nggak ada mobil lain. Kalau ada ketabrak kita." Grady mengomeli Eliza tapi tetap membelokan mobilnya ke arah toko alat lukis yang di maksud Eliza.
"Maaf, soalnya baru kepikiran tadi." Eliza menunduk merasa bersalah.
"Lain kali jangan gitu lagi, kalau sama Bara kayaknya lo bakalan kena omel lebih panjang lagi," kata Grady sambil terkekeh melihat wajah bersalah Eliza.
Begitu Grady memarkirkan mobilnya di area parkir yang tersedia. Eliza langsung keluar mobil dan meninggalkan Grady yang masih mengambil dompetnya. Gadis itu sudah menjelajahi toko dan memilih beberapa cat minyak dan cat akrilik yang dia butuhkan.
"Perasaan alat lukis lo masih pada bagus, terus catnya juga belum pada abis. Udah beli lagi aja." Grady berkomentar melihat Eliza memilah beberapa kuas, cat air dan palet yang ingin dia beli.
"Buat di rumah, gue pengen bikin lukisan. Kalau yang di ruang lukis mah emang masih baru jadinya ya masih utuh," sahut Eliza masih tetap fokus dengan benda-benda didepannya.
Grady hanya mengikuti Eliza, dia sama sekali tidak tertarik dengan semua benda di toko ini. Palingan hanya sesekali melihat-lihat saja. Karena di toko ini pun ada beberapa lukisan yang sengaja dipajang pemiliknya.
"El, itu Bang Kevin nggak sih?" Grady bertanya setelah tidak sengaja melihat seseorang yang memiliki postur tubuh mirip Kevin sedang menatap lukisan yang dipajang di luar toko.
"Kayaknya iya, samperin yuk."
Eliza berjalan lebih dulu mendekati lelaki yang dimaksud Grady tadi dan berniat menyapanya. Eliza tidak peduli apakah itu benar Kevin atau bukan. Misalkan nanti salah berarti mereka harus minta maaf.
Belum sempat Eliza menyapa, lelaki itu malah lebih dulu menyapanya dan Grady.
"Hai, El. Tumben nih cuma berdua sama Grady?" tanyanya sambil tersenyum sumringah.
"Iya, biasa Bara lagi bucin." Bukan Eliza yang menjawab. Tapi Grady, anak itu lebih dulu menyahuti ucapan Kevin.
"Ngomong-ngomong, gue baru tahu Eliza suka melukis." Kevin menatap Eliza kaget tapi juga antusias. "Lo sejak kapan suka lukis El?"
"Dari lama sih Kak, dari SMP kayaknya. Dulu pernah sekali iseng ikut lomba dan malah ketagihan melukis sampai sekarang," sahut Eliza menjelaskan.
Eliza melupakan tujuannya masuk ke toko ini dan juga melupakan kekesalannya pada Bara. Dia keasikan mengobrol dengan Kevin. Sampai-sampai tidak menyadari kalau Grady sudah tidak ada disampingnya.
"Loh, Grady hilang kemana?" Eliza celingukan kebingungan karena tidak mendapati Grady di sampingnya.
"Grady lagi angkat telepon. Yuk kita duluan aja ke kasir sambil nunggu Grady selesai menelpon." Kevin mengandeng tangan Eliza dan menuntunnya ke depan kasir.
"El, udah selesai?"
Eliza mengangguk atas pertanyaan yang Grady tujukan padanya. Dia sudah berada di kasir dan tinggal membayar barang yang dia beli.
"Lo mau ikut gue balik kampus atau gue anter pulang duluan. Gue ditelpon suruh balik kampus soalnya."
Eliza berpikir, menimbang-nimbang apakah harus ikut Grady kembali ke kampus atau pulang sekarang karena Grady harus segera kembali ke kampus.
"Biar Eliza pulang sama gue aja, lo duluan aja nggakpapa kalau emang masih ada urusan." Kevin lebih dulu menjawab pertanyaan Grady daripada Eliza.
"E-eh, nggak usah Kak. Malah jadi ngerepotin lo nanti," tolak Eliza merasa tidak enak karena merepotkan Kevin.
"Nggak ngerepotin, lagi pula gue mau ketemu Affan buat anter berkas." Kevin menggoyangkan map yang sedari tadi dia bawa di hadapan Eliza.
Setelah memastikan bahwa Eliza akan pulang bersama Kevin. Grady bergegas kembali ke kampus untuk menyelesaikan urusannya. Kalau boleh memilih, Grady lebih senang menemani Eliza dibandingkan harus memimpin rapat mingguan di kampus sekarang.
"Gue duluan, titip El. Tolong anter sampai rumah." Grady berpesan sebelum benar-benar keluar dari toko.
Kini tinggal Eliza dengan Kevin, mereka sedang mengantre untuk membayar belanjaan yang tadi mereka ambil.
"El, pulang agak malem nggakpapa? Gue harus mampir ambil berkas dulu dan ketemu Reva bentar," tanya Kevin ragu-ragu, karena takut Eliza merasa keberatan.
"Iya Kak, lagi pula gue juga udah nggak ada tugas apapun. Jadi nggak masalah kalau pulangnya agak malem. Lagi pula gue kan juga dapet mandat Kak Affan buat ambil berkas itu di lo, Kak." Eliza memberi penjelasan dan membuat Kevin merasa lega. Dia jadi tidak harus merasa bersalah memulangkan anak gadis orang sedikit terlambat.
Seperti yang dikatakan Kevin tadi di toko alat lukis, dia benar-benar mengajak Eliza mampir ke rumahnya untuk mengambil berkas dan juga sekaligus menemui Reva di studio pribadinya.
"Woah, keren banget, Kak." Eliza bertepuk tangan kecil setelah masuk ke dalam studio milik Kevin dan melihat hasil lukisan lelaki itu.
Banyak hasil karya Kevin yang terpajang disana, ada lukisan dan juga beberapa hasil foto yang sengaja dipajang disana. Eliza benar-benar dibuat takjub dengan dekorasi di ruagan itu, benar-benar terlihat menarik dan elegan.
"Makasih El, ini kerjaan Reva sama dibantu Affan juga sebenernya. Gue sendiri mana bisa bikin kayak gini," ujar Kevin merendah, padahal memang sebenarnya selera Kevin sangat bagus menurut Eliza.
"Reva, kita pergi dulu ya. Lo boleh pulang kalau udah kelar editnya," pamit Kevin dan langsung keluar ruangan dengan Eliza yang mengekor dibelakangnya.
=========
"Loh, El. Kok lo baru pulang. Terus kok bisa bareng Bang Kevin?" sambut Bara penasaran. Karena seharusnya Eliza sudah dirumah sejak sore tadi.
"Apasih, kayak Bunda lo. Kan gue ambil titipannya Kak Affan. Emangnya lo bucin mulu terus lupa," ucap Eliza ketus sengaja menyindir Bara karena masih merasa kesal. "Udah ah, gue mau pulang. Mau mandi, capek."
"Gue juga capek, El. Balik kampus lagi tapi ternyata lo udah pulang sama Bang Kevin." Bara menunduk dan berucap lirih.
Eliza berjalan ke arah rumah sebelah dan tidak mendengar ucapan Bara yang memang sangat lirih. Iya itu rumah Eliza, rumahnya memang berada tepat disebelah rumah Bara. Bahkan balkon kamar mereka pun saling berhadapan.
"Eliza segalak itu ternyata. Gue kira dia tuh lembut," ujar Kevin sedikit kaget karena Eliza memarahi Bara.
"Lo kira dia kayak Reva yang kalem luar dalam. El mah luarnya aja kelihatan kalem tapi aslinya galak banget," imbuh Affan sambil tertawa pelan karena melihat ekspresi kaget Kevin.
"Galak tapi manis dia tuh, jago lukis pula," celetuk Bara dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Grady.
"Apaan? Gue ngomong fakta ya," sahut Bara membela diri, padahal Grady juga hanya menatapnya.
"Udah, malah ribut kalian." Affan melerai Bara dan Grady, karena kalau tidak mereka akan adu mulut sampai entah kapan.
"Eh, Eliza bisa ngelukis?" Tanya Kevin yang terlambat mencerna ucapan Bara tadi.
"Lah bukannya tadi lo ketemu El pas dia beli alat lukis, Bang. Nggak nyadar lo dari tadi," tanya Grady heran, karena memang sejak di toko alat lukis tadi Eliza bersama Kevin.
"Eliza mau nggak ya kalau gue tawari ikut pameran?" gumam Kevin yang masih bisa didengar Affan walaupun samar.
"Coba aja, tapi jangan dipaksa," kata Affan sambil menepuk pelan bahu Kevin dan membuat Kevin menatapnya heran.
=========
Bara ingkar janji, tapi dia balik lagi buat nyamperin El
Sayangnya El udah pergi duluan sama Grady, walaupun akhirnya El malah pulang sama KevinRhain
04072023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...