Sebenarnya Melody ingin marah, karena Bara memilih untuk menemani Eliza ketimbang menunggunya di cafe. Tapi, Melody juga tidak bisa menyalahkan Bara karena Bara sudah berkata jujur padanya. Bara mengakui kalau bertemu dengan Eliza tadi. Lagi pula, ini juga salah Melody sendiri yang terlalu sibuk dengan temannya dan tak menghiraukan Bara.
"Aku nggak mampir ya, capek banget rasanya." Bara menengok ke arah Melody.
"Iya, aku juga masih ada tugas yang harus diberesin." Melody mengangguk kecil dan bergegas keluar dari mobil Bara.
"Hati-hati dan selamat istirahat, Bara." Melody melambaikan tangan sampai mobil Bara tak terlihat lagi.
Baru setengah perjalanan menuju rumah, Bara menepikan mobilnya dan menelpon Eliza. Entah kenapa, tiba-tiba Bara merindukan sahabatnya itu. Padahal tadi baru saja bertemu dengan Eliza cukup lama.
"Ada apa?"
"Gue lagi jalan pulang, tunggu gue di rumah ya," ucap Bara tanpa konteks.
Tapi untungnya Eliza memahami maksud Bara. Memang seperti itulah kebiasaan Bara ketika sedang lelah. Dia akan mencari Eliza dan meminta sahabatnya itu untuk menemaninya.
"Oke, gue sambut lo nanti. Hati-hati nyetirnya, nggak usah ngebut." Eliza berpesan sebelum menutup panggilan dari Bara.
Setelah kembali memasukan ponselnya ke saku. Bara segera kembali melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Dia membutuhkan istirahat sekarang, mengistirahatkan pikiran dan juga tubuhnya.
Bara tiba dirumah tiga puluh menit kemudian dan Eliza sudah menunggu di depan rumah seperti janjinya di telpon tadi. Tanpa basa-basi, Bara berjalan cepat dan memeluk Eliza erat.
Eliza ingin menolak, tapi dia tidak tega karena Bara yang terlihat sangat lelah. Dia membiarkan Bara memeluknya sampai dia puas. Walaupun dalam hati, Eliza khawatir akan menimbulkan salah paham lagi nantinya.
"Udah ya, peluknya nanti lagi. Sekarang lo mandi dulu, terus istirahat." Eliza melepaskan pelukan Bara dan menuntun lelaki itu untuk masuk ke kamarnya dan bebersih.
"Bara lagi mode manja ya?" tanya Affan pelan setelah Eliza turun.
Eliza hanya mengangguk, karena Bara seperti ini bukan sekali atau dua kali. Tapi anehnya, Bara hanya menunjukkan sisi manjanya pada Eliza. Dia sama sekali tidak pernah menunjukkan sisi ini pada Melody yang jelas-jelas pacarnya.
"Titip dulu ya, El. Dia kalau lagi kayak gitu cuma mau diurus sama lo. Sama tolong paksa minum vitamin ya," ucap Affan berpesan sebelum dia pergi bersama Kevin.
"Adek lo aneh, Kak. Dia punya pacar, tapi kalau lagi kayak gini nyarinya malah gue," ucap Eliza sambil tanganya sibuk menyiapkan teh jahe untuk Bara dan Affan.
Affan hanya tersenyum tipis, karena dia tahu alasan Bara berlaku seperti itu hanya saat bersama Eliza. Tapi Affan akan tetap diam, dia akan membiarkan Eliza tahu sendiri nantinya.
"El, kok gue ditinggalin." Bara berjalan gontai menuruni tangga sambil menggerutu karena Eliza tidak ada dikamarnya.
"Nih minum teh jahe, biar badannya enakan." Eliza menyodorkan secangkir teh jahe yang masih panas pada Bara. "Punya Kak Affan di meja ya."
"Gue nggak dikasih, El?" Grady yang baru datang berseru meminta dibuatkan teh jahe juga.
Eliza menggeleng, bukan karena tidak mau. Tapi dia tidak tahu kalau Grady akan datang. Jadi dia hanya menyiapkan dua cangkir teh jahe untuk Bara dan Affan.
"Nggak, El. Gue nggak doyan jahe," kata Grady buru-buru sebelum Eliza kembali ke dapur dan membuatkannya teh jahe.
Eliza kembali lagi dan duduk di sebelah Bara. Tanpa meminta persetujuan, Bara menyandarkan kepalanya pada pundak Eliza. Dia memejamkan mata dan menikmati kenyamanan menyandar pada Eliza. Entah kenapa, Bara lebih nyaman bila bersama Eliza seperti ini dibandingkan bersama dengan kekasihnya sendiri.
Mungkin ini terlihat salah, tapi Bara masih membutuhkan afeksi dari Eliza untuk sekadar menenangkan diri. Terdengar jahat memang dan terkesan memanfaatkan. Tapi memang begitulah dinamika hubungan Bara dan Eliza. Toh, Eliza sendiri juga tidak keberatan ketika Bara sedang mode manja seperti ini.
"Manja bener sih lo, padahal udah punya pacar. Tapi nempelnya Eliza mulu," protes Grady yang melihat kelakuan manja Bara yanh seperti bocah.
Bara tidak menjawab, dia hanya melirik Grady tak suka. Kali ini Bara sedang dalam mode tidak ingin diganggu, bahkan oleh Melody sekalipun. Karena tadi Melody sempat menelpon dan ditolak oleh Bara.
"Nggak usah mancing deh, gue lagi nggak mood ngadepin Bara yang marah pas mode manja kayak gini." Eliza mendelik tajam dan berucap tanpa suara memperingati Grady yang menganggu Bara.
Bara yang sedang seperti ini benar-benar tidak bisa diganggu. Karena kalau sudah marah akan sangat merepotkan. Jadi lebih baik Eliza mengalah dari pada harus berhadapan dengan Bara.
Eliza tahu, mengiyakan permintaan Bara seperti ini sangat salah. Tapi Eliza juga tidak bisa menolak. Dia sudah terbiasa mengurus Bara yang seperti ini. Karena sekali saja Eliza tidak mengurus Bara, anak itu bisa berakhir sakit nantinya.
"Heh! Angkat itu panggilannya Ody. Berisik banget ponsel lo." Grady menendang pelan kaki Bara, bermaksud membangunkan Bara agar mengangkat panggilan telpon.
"Lo aja, gue mau tidur." Bara menolak dan kembali memejamkan mata. Menyamankan diri dan semakin merapatkan dirinya pada Eliza.
"Tidur di kamar aja, disini dingin. Nanti lo malah jadi demam," ucap Eliza sambil mengelus lembut rambut Bara.
"Gih, sana balik kamar lo. Kasihan Eliza, pegel lo tempelin mulu." Grady menendang-nendang kaki Bara.
Bara beranjak dari sofa dan berjalan pelan menuju kamarnya. Dia menuruti perkataan Eliza untuk beristirahat di kamar dan membiarkan Eliza juga beristirahat.
"Akhirnya tuh bayi gede balik kamar juga. Bikin repot emang kalau mode manjanya lagi kumat," ucap Grady santai.
"Maklumin aja, emang kayak gitu kan dia," sahut Eliza sambil membereskan cangkir teh bekas Bara dan Affan.
Ponsel Bara kembali berdering. Melody kembali menelpon Bara. Mau tak mau Eliza menerima panggilan itu.
"Kamu tuh kemana aja sih? Ditelpon dari tadi nggak dijawab."
"Sorry, ini gue Eliza. Bara lagi tidur, kayaknya dia kecapekan. Besok pagi nelpon lagi aja, sekarang biarin Bara istirahat dulu."
Tidak ada jawaban, telepon langsung dimatikan begitu Eliza selesai berbicara. Sepertinya Melody benar-benar tidak menyukai Eliza. Semoga saja, Melody tidak salah paham dengan kejadian hari ini. Karena bisa-bisa akan ada keributan lagi kalau sampai Melody salah paham lagi.
"Untung pacarnya Bara, kalau bukan udah gue reject itu panggilan," gerutu Eliza sebal sendiri karena Melody yang memutuskan sambungan telpon secara tiba-tiba.
"Nggak usah manyun, tambah jelek lo." Grady menjepit bibir Eliza yang manyun dengan dua jarinya.
"Apasih!" Eliza menepis tangan Grady dan berjalan cepat keluar rumah Bara untuk kembali ke rumahnya.
========
Rhain
24072023
YOU ARE READING
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...