Bab 18 - Sebuah Rasa (3)

86 4 0
                                    

Eliza benar-benar menghindari Bara, dia sengaja melakukan itu karena tak mau membuat Melody salah paham. Lagi pula Eliza juga harus fokus dengan pameran yang akan dia lakukan dengan Kevin dan Reva.

"Lo mau sampai kapan kayak gini? Main kucing-kucingan sama Bara?" tanya Grady untuk yang kesekian kalinya. Karena sejak pertemuan mereka di cafe waktu itu, Eliza selalu menghindari untuk bertemu dengan Bara.

"Kalau bisa sih nggak usah ketemu lagi aja," sahut Eliza sekenanya, karena dia juga bingung harus menjawab apa.

"Kalian yang ada masalah, gue yang repot ini namanya. Lagian kenapa masih nggak mau ketemu, toh Bara udah nggak ada hubungan apapun sama Melody kalau yang lo takutin itu cewek bakalan cemburu. Bara tuh cuma khawatir sama lo, sejak gue nggak sengaja keceplosan soal lo sakit, Bara spam gue nanyain kabar lo, El." Grady menjelaskan panjang lebar agar Eliza bisa sedikit mempertimbangkan untuk bertemu dengan Bara.

"Okey, gue mau ketemu Bara. Tapi gue nggak janji akan baikan sama dia. Sejujurnya gue cuma takut kalau setelah ketemu dia, perasaan yang mati-matian gue pendam akan kembali muncul." Eliza akhirnya berbicara jujur soal alasannya menjauhi Bara. Bukan karena takut Melody akan cemburu, tapi takut kalau dirinya tidak bisa mengatasi perasaannya untuk Bara.

Grady tersenyum penuh arti sambil melirik ke arah ruang UKM musik. Rupanya, Grady sengaja memancing Eliza untuk berbicara jujur soal perasaannya karena Bara menguping di ruang sebelah.

"Sekarang lo masuk ruang sebelah gih, ada yang nunggu lo disana," ujar Grady sambil mendorong pelan pundak Eliza.

"Nggak usah dorong-dorong sih, gue bisa jalan sendiri. Lagian ngapain gue masuk ruang UKM musik," protes Eliza yang merasa tidak nyaman karena didorong-dorong oleh Grady sejak tadi.

"Kalau gue ngomong pasti lo nggak akan mau, jadi mending gue pakai sedikit paksaan. Buruan sana masuk, ada yang nungguin lo dari tadi." Grady membukakan pintu dan mempersilakan Eliza masuk.

"H-hai, El." Bara menyapa canggung begitu Eliza masuk.

Eliza hanya diam, dia masih berusaha mencerna semuanya. Pelan-pelan Eliza berjalan mendekati Bara, dia masih tidak yakin kalau Bara menunggunya disini.

"Ini ada apa?" tanya Eliza masih kebingungan.

"Nggak ada apa-apa. Gue cuma pengen ngobrol sama lo. Sebentar aja, nggak akan lama," ucap Bara terburu-buru. Dia terlihat gugup berbicara dengan Eliza.

"El, gue udah tahu semuanya. Soal kejadian di lapangan basket waktu itu." Ada jeda sebentar, Bara melirik Eliza untuk mengatahui bagaimana ekspresi gadis yang berdiri di hadapannya itu.

Ekspresi kaget tergambar jelas pada raut wajah Eliza. Ekspresi kekagetan Eliza membuat Bara yakin kalau masih ada yang disembunyikan Grady dan Eliza dari dirinya. Tapi Bara tidak mempermasalahkan itu, untuk sekarang tujuannya adalah berbaikan dengan Eliza dan memperbaiki hubungan persahabatan mereka.

"A-apa yang lo tahu?" Eliza bertanya dengan sedikit terbata.

Bara menggeleng dan malah mengalihkan topik obrolan mereka ke hal yang lain, "Ngomong-ngomong apa kabar? Katanya kemarin lo sakit."

Eliza tidak menjawab hanya memandang Bara dalam diam. Eliza sejujurnya merasa sedikit takut kalau Bara mengetahui soal perasaan yang selama ini dia simpan sendiri.

"Gue tahu ini salah, tapi gue mau jujur. Gue merindukan lo, El. Walaupun gue selalu bareng Ody, tapi entah kenapa justru lo yang selalu gue pikirin. Apa mungkin gue suka sama lo?" Akhirnya Bara mengungkapkan semua yang dia rasakan saat tidak bersama Eliza.

Eliza masih diam, dia bingung harus menjawab apa peryataan Bara soal perasaannya. Kalau boleh jujur, Eliza merasa senang sangat senang malah karena itu berarti ada kemungkinan kalau perasaannya bersambut. Tapi disisi lain, Eliza masih ragu apakah dia harus egois dan memilih mengikuti hatinya. Lalu, bagaimana persabahatan mereka nanti.

"El, boleh nggak kalau gue minta lo tetap disini sama gue. Gue tahu kalau dengan gue kayak gini gue terlihat serakah dan nggak tahu diri. Tapi gue benar-benar butuh lo sekarang, gue nggak bisa jauh-jauh dari lo," lirih Bara sembari menatap sendu Eliza.

"Lo sahabat gue, jelas gue sayang sama lo. Tapi, gue rasa akan lebih baik kalau kita jaga jarak seperti sebelumnya. Karena gue nggak mau Melody salah paham dengan kedekatan kita. Gue rasa kita harus saling memberi batasan, karena gue nggak mau disalah pahami lagi," jalwab Eliza bijak, dia tidak mau memanfaatkan keadaan seperti ini. Walaupun dia merasa senang karena kemungkinan perasaannya akan terbalas.

"Ta-tapi, El."

"Lo nggak perlu merasa terbebani, gue cuma sahabat lo. Jadi lo nggak perlu sebegitunya memikirkan gue. Lo cukup yakinin hati lo dan perbaiki hubungan lo sama Ody. Lagi pula kita masih sahabat baik walaupun tidak sedekat dulu," tutur Eliza memotong ucapan Bara.

Bara mengalah, mungkin benar yang dikatakan Eliza. Hubungan persahabatan mereka harus diberi batasan. Karena Bara sendiri pun tidak ingin persabahatannya akan rusak begitu saja karena melibatkan perasaan sesaat.

"El, boleh peluk lo sebentar?" pinta Bara yang sudah merentangkan tangan meminta untuk dipeluk oleh Eliza.

Tanpa banyak berpikir, Eliza menghambur ke pelukan Bara. Dia merasa senang akhirnya bisa mendapatkan kembali pelukan dari Bara. Jujur saja, Eliza sangat merindukan sahabat sekaligus cinta pertamanya ini.

"Terima kasih, El dan maaf kalau gue terlalu sering nyakitin lo," bisik Bara pelan sambil mengecup lembut pucuk kepala Eliza.

"Terima kasih kembali Bara," lirih Eliza yang masih bisa didengar Bara.

Hubungan Bara dan Eliza pelan-pelan sudah kembali seperti sedia kala. Keduanya bisa berdamai dengan perasaan mereka masing-masing. Pelan-pelan Eliza berusaha menghapus perasaannya untuk Bara.

"Akhirnya lo berdua baikan, lain kali jangan ada keributan kayak gini lagi. Kalau sampai kalian ribut lagi, gue nggak akan mau bantu buat baikan," ucap Grady lega karena itu berarti tugasnya sudah selesai dan dia bisa fokus pada urusannya sendiri.

"Adu domba aja sekalian sih, ngapain repot-repot bantuin baikan." Reva yang kebetulan lewat menimpali ucapan Grady.

"Hem, bisa dipertimbangkan sarannya," ucap Grady sambil tersenyum mengejek.

"Jahat bener lo, masa mau adu domba gue sama Eliza." Bara merajuk ketika Grady dan Reva mengejeknya.

"Nggak cocok lo kayak gitu, minggir. Gue mau ajak Eliza pergi." Kevin yang memang sejak tadi mencari Eliza langsung menarik Eliza lepas dari rangkuhan Bara. Kevin menarik gadis itu untuk pergi menjauh. Sedangkan Bara hanya bisa pasrah.

"Sekarang lo beresin masalah lo sama Ody, jangan sampai Ody makin salah paham dan malah jadi benci sama Eliza." Grady menepuk pelan pundak Bara, meyakinkan sahabatnya itu untuk segera menyelesaikan masalahnya dengan Melody.

"Lo tenang aja," sahut Bara yakin.

"Kalau sampai Melody jahatin Eliza lagi, lo akan jadi orang pertama yang gue cari."

======

Bara akhirnya bisa baikan sama Eliza.
Tapi dia masih saja sembunyi dibalik persahabatan, padahal tinggal ngaku lho.

Rhain
19072023

FRIENDZONE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang