4

17 6 0
                                    

Goo readinggg 🥳🥳🥳
-
-
-
(⁠☆☆⁠)

Zein menghembuskan nafasnya saat melihat mobil papa nya berada di pekarangan rumah, perasaan gelisah mulai menyelimuti Zein, dengan langkah yang berat ia masuk kedalam rumahnya itu.

Clek...

" Assalam-- "

" Dari mana Kamu? jam segini baru pulang? ini sudah lewat dari jam pulang kamu? Kamu lupa papa sedang hukum kamu Zein " tanya reno memotong salam zein. Sementara Zein hanya diam dan menunduk.

" JAWAB PERTANYAAN PAPA ZEIN " Reno tampaknya tidak bisa menahan emosinya.

" Zein, zein... Abis dari markas pa " ujar Zein jujur, bagaimana pun ia tidak bisa berbohong kepada papanya itu. Reno semakin tersulut emosi.

" PAPA SUDAH BILANG JANGAN PERNAH MAIN DENGAN GENG BODOH ITU! KAMU SEHARUSNYA BELAJAR ZEIN! KAMU HANYA MEMBUAT MALU PAPA SAJA!! " Ujar Reno dengan nada yang sangat tinggi membuat Zein semakin menunduk.

" Maaf pa " cicit Zein.

" KAMU SEHARUSNYA CONTOH ADIK KAMU, DIA PINTAR, TIDAK PERNAH MEMBUAT PAPA MALU BUKANNYA SEPERTI KAMU! KAMU SEPERTI BRANDALAN, KERJAANNYA CUMA BERANTEM, TAWURAN SANA SINI, SEPERTI ANAK TIDAK BERPENDIDIKAN, BIKIN MALU KELUARGA " ujar Reno emosi. Zein mendongak menatap papanya. selalu saja papanya itu membanding bandingkan dirinya dengan adenya yang berbeda satu tahun dengannya itu.

" Iya, Zein bisanya cuma malu-maluin papa, Zein anak brandalan, Zein gak sepinter kenza, Zein anak gak berpendidikan gak kaya kenza yang bisa buat papa bangga, Zein cuma beban " sergah Zein.

Plakk...

" Berani sekali kamu, saya ini orang tua kamu! Apa pantas kamu bicara seperti itu? seharusnya kamu sadar diri bukannya mengulangi lagi dan lagi, " ujar Reno emosi.
Zein memegang pipinya yang terasa panas.

" benar, papa itu orang tua Zein, tapi sikap papa tidak pantas di sebut orang tua yang baik, Zein selalu sadar diri Kok pa. Zein cape pa, Papa selalu nuntut Zein ini dan itu, tapi papa ga pernah peduli sama Zein. kemampuan orang itu beda beda pa, ga semua yang papa mau bisa Zein lakuin, Zein cuma manusia biasa pa, Zein juga bisa capek "

" udah berani ngelawan kamu? papa nyesel rawat kamu dari kecil kalo akhirnya kamu menjadi pembangkang seperti ini "

" kalo Zein bisa milih lebih baik Zein mati aja dari pada lahir di keluarga ini "

Plakk...

Satu kali lagi tamparan keras kembali melayang membuat darah segar mengalir dari hidungnya.

" Tampar aja pah tampar Zein terus, kalo perlu bunuh aja Zein biar Zein pergi ikut mama " sergah Zein.
Membuat Reno semakin geram, tangannya terkepal kuat.

Bugh...

Reno meninju Zein membuat Zein langsung terjatuh di lantai dengan darah yang semakin deras keluar dari hidung dan ujung mulutnya yang sobek.

" Sekali lagi kamu ngelawan, papa ga akan segan-segan untuk usir kamu dari rumah ini "
Ujar Reno dingin, kemudian pergi dari ruang tamu menyisakan Zein yang masih terkurai di lantai. Seketika dadanya terasa seperti di tusuk dengan pedang, ia memegangi dadanya. Kemudian berusaha bangun dan menaiki tangga menuju kamarnya.

•••

Zein merebahkan dirinya di atas kasur menatap langit-langit kamarnya. Sekarang tubuhnya sudah lebih fresh setelah mandi.

" Miaww..."

Zein langsung menghadap ke arah cemong yang berada di sampingnya.
Cemong seolah tau kalo tuannya sedang bersedih.

" Gue mau curhat mong " ujar Zein mengelus kucing berbulu putih itu.

" Miaww "

" Gue cape mong, gue udah berusaha nurutin semua ke inginan bokap gue tapi hasilnya tetep sama mong, gue emang ga akan bisa kaya ade gue meskipun gue udah mati-matian belajar, hasilnya tetep sama aja, gue masih goblok goblok juga "

" Miaww "

" Papa kayaknya benci banget sama gue mong. Gue udah bikin papa malu, gue beban banget ya mong? "

" Kalo bisa milih lebih baik gue ga mau terlahit di dunia ini mong kalo gue tau kaya gini akhirnya "

" Miaww..."

" Papa selalu lihat hasil gue doang mong tapi papa ga pernah lihat perjuangan gue susah payah "

" Sumpah gue capek banget, gue juga bingung nanti malem gue ikut tawuran apa ga ya? "

" Kalo gue ikut gue takut ke gep lagi sama bokap gue mong, tapi kalo gue gak ikut gue gak solid dong ntar yang ada gue di maki maki lagi "

Drett...dretttt...drettttt...

Ponsel Zein bergetar panjang menandakan telpon Masuk dengan malas Zein bangun dan mengambil ponselnya itu.

Zein mengerutkan alisnya saat melihat nama yang tertera di sana, ia pun buru-buru mengangkatnya.

" Halo El? "

" Nanti malem gue tunggu di depan gerbang rumah gue " ujar El dingin di seberang.

" Ngapain? Mau ngepet? " Zein terkekeh pelan.

" Berangkat bareng gue, gue tau motor Lo di tahan " ujar El lagi tidak mempedulikan ucapan Zein yang bilang katanya mau ngepet, sebenarnya Zein kesal tapi ia malas berdebat.

" iya lah, Orang tadi udah gue kasih tau jamal " ujar Zein sebal, tapi El tidak menanggapi.

" El " panggil zein.

" Hm "

" Kalo gue gak ikut boleh kan? " Tanya Zein pelan-pelan, takut el marah.
El menghembuskan.

" Gak " ketus el.

" Tapi El-- "

" ga ikut dianggap keluar dari goldenrex"

Tut...

Sambungan dimatikan sepihak oleh El membuat Zein mengacak rambut frustasi.
Dia tidak ingin di keluarkan dari goldenrex karena Zein sudah menganggapnya sebagai keluarga, ia tidak ingin kehilangan keluarga yang selalu membuat ia nyaman dan tertawa lepas.
Tapi di sisi lain ia takut dengan papanya.

" Argghhh gue harus gimanaa?!! "

(⁠☆☆⁠)

Hai hai hai...
Gimana nih menurut kalian?
Apa Zein bakal tetep ikut?
Atau nurut sama papanya?

Next part selanjutnya ⬇️
Oh iya jangan lupa beri vote dan comennya ya 🤗🤗🤗

Zein Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang