🦋 BUKTI LAIN?

5 2 3
                                    

-18-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-18-

“Bukan gue pembunuhnya!” seru Berlyn, menendang perut Violeta hingga terpelanting ke belakang. Leovan yang melihat itu, langsung menghampirinya.

“Kalian bisa nggak sih berhenti berantemnya?!” Leovan berusaha memisahkan Berlyn dan Violeta, tetapi mereka berdua tetap berkelahi; saling menjambak rambut.

Kaliya memandang Berlyn, yang sejak tadi terus mengelak. Jika bukan dia yang telah membunuh Lavinda, berarti ada pelaku lain. Sehingga Kaliya pun berniat untuk menyelidiki kasus tersebut seorang diri. Namun, sebelum itu Kaliya menghampiri Berlyn dan Violeta untuk memisahkan keduanya.

“Cukup, Vio!” bentak Kaliya, menarik tubuh Violeta yang berhasil mundur dari hadapan Berlyn.

“Kamu mau membela pembunuh, Kaliya?” tanya Violeta, dengan rambut yang berantakan sekaligus seragamnya keluar dari rok.

Kaliya menggeleng, ia berusaha merapikan rambut Violeta, tetapi justru mendapat penolakan darinya. “Sekarang kamu ada di pihak Berlyn?” tanya Violeta lagi, sedangkan Berlyn sibuk membenarkan rambutnya yang acak-acakkan.

Arjuna mengembuskan napas pelan, lalu membuka suara. “Sebelum menuduh orang, kita harus punya bukti dulu.” Sehingga, pandangan mereka semua tertuju padanya. “Itu ‘kan yang mau kamu bilang, Kaliya?” lanjut Arjuna, tatapannya tampak serius kali ini.

“Memang aku nggak punya bukti apa pun, tapi aku yakin kalo bukan Berlyn pembunuhnya,” ujar Kaliya.

Berlyn yang mendengar itu pun mendesis, ia berjalan ke arah bangkunya sambil menabrak bahu Kaliya. “Gue nggak butuh pembelaan dari lo,” katanya enteng.

“Kita memang sempat melihat Berlyn keluar dari ruang musik, tapi bukan berarti dia pembunuhnya. Bisa aja, sebelum Berlyn masuk ... pelaku itu udah berhasil menjalankan misinya, untuk melenyapkan Lavinda,” pikir Kaliya, memandang satu per satu tatapan teman-temannya.

“Kita bisa lihat CCTV,” usul Leovan, tetapi setelah Kaliya memberitahu bahwa CCTV di lantai empat sedang rusak, langsung menggugurkan niat mereka semua untuk melihat bukti dari sana.

“Atau pelakunya itu Violeta sendiri, karena dia yang paling dekat sama Lavinda selama ini,” tuduh Berlyn, membalaskan dendam. Leovan pun hampir tersulut emosi, tetapi Kaliya lebih dulu menenangkannya.

“Kita nggak perlu saling tuduh, sebaiknya kita serahkan masalah ini ke pihak yang berwajib aja,” ucap Daevandra, yang sejak tadi berniat untuk tidur di kelas, tetapi tidak bisa karena terlalu ramai.

Hingga, bel masuk berbunyi. Seorang guru laki-laki, yang memiliki jabatan sebagai wali kelas 11 IPS 2 sekaligus guru Ekonomi mulai memasuki ruang kelas dengan raut sedih. “Anak-anak, hari ini nggak ada pelajaran tambahan, ya.”

Sorak riang terdengar hebat dari meja paling belakang. “Kamu kenapa seneng nggak ada pelajaran tambahan? Bukannya setiap jam pelajaran tambahan, kamu itu nggak pernah ikut?” tanya Pak Jefri, memandang Daevandra sebagai sumbernya.

NEAR DEATH [ REVISI ]Where stories live. Discover now