Suapan Nasi Pecel.

548 106 2
                                    

Selamat membaca!








Hari ini aku mengambil jatah bolos ku. Bukan tanpa alasan, aku berencana untuk menyelesaikan tugas-tugas ku yang sudah sangat menggunung ini hari ini.

Sejak pagi aku benar-benar tidak menampakkan batang hidungku diluar kamar kos. Mendekam di sini seharian, mungkin sampai esok.

Mandi? Sarapan? Ku lupakan begitu saja. Tampang horor yang terngiang di ingatanku membuat ku kehilangan selera.

Ini bukan sepenuhnya salahku hey, aku tidak berencana menunda-nunda tapi ini tiba-tiba saja menggunung sebanyak itu.

Aku sedikit melirik pada jam yang ada di dinding, sudah sesore itu?

Yang benar saja tiba-tiba sudah pukul setengah 4 sore, sementara tumpukan lembaran ini belum separuhnya ku selesaikan. Sialan.

Aku menyandarkan punggungku pada sandaran kursi belajar. Sedikit memijat kepalaku yang lumayan berdenyut.

Suara notifikasi menarik atensiku. Aku mengambil handphone ku yang ada di atas meja kecil di samping kasurku. Aku kembali duduk di kursi belajar, lalu membuka handphone ku.

'rain, gue seharian kayanya ga liat lo deh?' Sebuah bubble chat terkirim untukku.

aku mengetikkan balasan.
'ambil jatah bolos'

tak berselang terlalu lama, aku sudah mendapatkan balasan.
'oh'

aku menutup kembali handphone ku, kembali ku alihkan fokusku pada tugas tugas yang masih menggunung.

Mungkin sekitar setengah jam dari aku memulai kembali acara menggeluti tugas ku, seseorang mengetuk pintu kamar.

Mau tak mau aku beranjak untuk membukakan pintu.

Seseorang dengan atasan kemeja biru dan kaos putih muncul dari balik pintu menenteng sebuah keresek di tangan kanannya dan senyuman bodoh muncul dari wajahnya.

Jujur aku bingung, ngapain?

Tapi aku tetap mempersilahkan nya untuk masuk. Membiarkannya untuk duduk di kasurku, sementara aku kembali ke meja ku yang berserakan.

"Lo dari pagi belum sarapan ya?" Celetuknya tiba-tiba.

"Lupa, kayanya. Kenapa emang?" Jawabku tanpa mengalihkan atensiku.

"Nebak aja si. Ini gue beliin pecel mau ga? Itung-itung peduli sesama temen kosan."

Aku mengangguk, lalu  berterimakasih padanya.

"Itu berapa? Nanti gue ganti." Ucapku.

"Gausah, ga sampe duapuluh lagian. Suka pedes ga?"

Aku menggeleng, "Ngga, tapi kalo lo terlanjur beli pedes ya gapapa."

"Ga kok, tadi beli dua satu pedes satu ngga."

Bunyi gemerisik timbul dari plastik kresek yang, entah di apakan oleh Gavin. Ya, orang dengan senyum bodoh tadi Gavin.

Sesuap nasi pecel mengarah padaku, aku menoleh melihat Gavin yang memegang sendok itu.

"Tinggal aaa aja, tugas lo masih seabrek kan."

Aku menurut, lagipula menguntungkan diriku kan. Perut kenyang, tugas tetap jalan.

Ketika sesuap nasi tadi sampai di mulutku, aku baru menyadari jika perutku merasa lapar sendari tadi. Astaga maaf perut.

"Sendoknya berdua ya, males ambil."

Aku hanya mengangguk tanpa mengalihkan fokus ku.

Beberapa suapan ku terima, aku menoleh mencari air minumku.

"Kenapa?" Tanyanya.

Aku memberikan isyarat 'sebentar' sembari aku meneguk air minum.

"Pedes, sambal kacang punya lo masi ada di sendok."

Aku kembali duduk di singgasana kematian.

"Sori sori, nah aaa lagi."

Menurut, seperti sebelum-sebelumnya. Atensiku juga kembali pada tugas menggunungku.

Beberapa suapan ku terima lagi, hingga benar-benar habis seporsi nasi pecel itu.

"Enak, beli dimana?" Tanya ku.

"Deket perempatan lampu merah, sampingan sama sate madura."

Aku mengangguk, mungkin lain kali aku akan mencoba beli sendiri.












Satu vote dari kamu sangat membantu buat aku semangat ngelanjutin cerita Rain, so please di pencet yaa tanda vote nya! Terimakasih!

Tunggu Rain di kelanjutan cerita yaa

Cause I'm With You [ Gyuicky ]Where stories live. Discover now