Penyetan Dekat Stasiun.

454 92 7
                                    

Selamat membaca!








Aku sangat bosan, siang ini langit terlihat gelap mendung dan lumayan berangin. Kali ini aku sendiri di kamar kos, tak ada bocah kurang ajar si Gavin yang mengusikku dari pagi. Dia sedang keluar bersama teman-teman nya.

Mungkin aku mulai terbiasa dengannya yang mengganggu pemandangan kamar kos ku ini.

Aku sedang membuka salah satu aplikasi sosial media, melihat makanan-makanan yang terlihat menggugah selera.

Bingung sekali.

Aku menggulir layar handphone ku menuju salah satu aplikasi ber icon telepon dan berwarna hijau.

Aku menelpon seseorang.

"Iya Rain?" Sosok di sebrang sana mengangkat telepon ku.

"Lo masih dimana?" Tanyaku lebih mirip seperti cicitan.

"Masih di, ini.. Sbux deket huko. Kenapa?"

"Yaudah deh, engga. Gue tutup ya."

Aku mengakhiri telepon tadi, menatap plafon kamar dengan jengah.

Tak berlangsung 10 menit lamanya, aku sudah terlarut dalam tidurku.

Hingga sebuah suara khas orang meletakkan barang di meja mengganggu pendengaran ku. Aku membuka mataku.

"Eh, maaf maaf. Keganggu ya?"

Aku menggeleng, menegakkan posisiku sambil menggosok mata ku.

"Lain kali kalau di tinggal tidur kamarnya lo kunci, kalo kemalingan kan repot nanti."

Aku hanya mengangguk lemas sambil mengumpulkan nyawa nyawaku.

"Gue tadi ada mampir di toko kue gitu, kata temen-temen gue enak. Gue beliin satu buat lo."

Aku hanya memandangnya, sambil beberapa kali berkedip.

Dia seperti menahan senyuman, "Cuci muka sana, kaya kucing ilang lo kaya gitu."

Aku mengangguk, lalu beranjak menuju kamar mandi dan membasuh muka ku.

Setelah kembali dari membasuh muka, aku melihat Gavin duduk di karpet kamar kos ku dengan dua sendok kecil di tangannya.

Aku ikut duduk, bersila menghadapnya lalu memakan kue yang dia beli tadi.

"Lo udah makan?"

Aku menggeleng, "Bwom."

"Kenapa?"

"Bwinun, mwao makang apwa."

"Kunyah dulu, keselek nanti."

"Khiku tana tana muwu anging."

Dia terbahak, dan aku hanya menatapnya jengah.

"Pin."

"Hmm."

"Makan penyetan ayo."

"Penyetan itu pake sambel, kepedesan nangis nanti."

"Sambelnya gue kasih ke lo lah."

"Penyetan dimana emang?"

"Itu di deket stasiun, pas nya belum tau sih. Tadi gue lihat di ig komennya enak enak."

Dia mengangguk, "Boleh, mandi dulu ya baru kesana? Udah sore juga."

"Oke!"

Pukul 5 sore, aku sudah berada di atas motor Gavin. Menuju tempat makan penyetan yang kami maksud tadi.

Beberapa waktu kami bingung dimana tempat yang di maksud itu. Hingga tepat sampai di depan stasiun, ke barat sedikit kami melihat tempat makan yang di maksud tadi.

Baru buka, dan sudah ramai. Seenak itu kah?

Pesanan kami sudah sampai di hadapan, sambal milikku sudah ku berikan pada Gavin.

Rintik gerimis mulai terlihat turun di luar.

"Yah, hujan."

"Gapapa, nanti neduh dulu disini."

Hujan-hujan, makan penyetan, di pinggir jalan, bersama Gavin, meski kali ini aku memaksa agar aku yang membayar. Tetap saja, inilah surga dunia.












Satu vote dari kamu sangat membantu buat aku semangat ngelanjutin cerita Rain, so please di pencet yaa tanda vote nya! Terimakasih!

Tunggu Rain di kelanjutan cerita yaa

Cause I'm With You [ Gyuicky ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang