CHAPTER 3 : Seumur Hidup itu Lama.

4.6K 348 41
                                    

Rangkaian bulan madu itu kemudian berakhir begitu saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rangkaian bulan madu itu kemudian berakhir begitu saja. Seperti malam itu, tepat ketika Hestama menyaksikan istrinya berkencan dengan kekasihnya di sebuah klub malam yang berada di Manhattan. Bahkan mereka berdua terlihat begitu bahagia. Tampak saling menukar kata, menukar tawa, juga menukar banyak hal hingga waktu terlarung tanpa sadar. Meninggalkan Hestama yang beberapa kali mengejek diri sebab beberapa kali ia tertawa kala netranya menangkap dua orang yang ada di hadapannya sedang menukar banyak bahagia.

Besoknya mereka pulang seperti rencana yang seharusnya. Hestama pulang seorang diri. Sedang Haruna pulang bersama Kaivan dua hari setelahnya. Entah apa yang akan mereka lakukan di sana, Hestama tidak tahu. Juga tidak ingin tahu.

Kemudian hari ini, ketika jadwal kepulangan Haruna tiba perempuan itu tiba-tiba menghubungi dirinya meminta agar Hestama menjemput dirinya di bandara.

"Kamu pulang sendiri?" tanya pria itu pada sambungan telepon.

"Sama Kaivan tapi dia langsung ke Bandung ada pemotretan. Jemput dong, Hestama."

"Tolong."

Haruna terdengar mendesah kesal. "Oke. Tolong jemput aku di bandara. Masa aku pulang sendirian?"

Hestama terkekeh. Laki-laki itu melepas kacamata bacanya lalu ia sandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Kenapa ketawa?" Suara di seberang sana terdengar sedikit kesal.

"Haruna, kamu sadar sama permintaan kamu sekarang? Saya kemarin pulang sendiri loh sedangkan kamu masih enak-enakan kencan sama Kaivan. Terus sekarang kalian memilih untuk tidak pulang bersama tapi kamu malah meminta saya ke bandara? Aneh nggak sih, Haruna?" tanyanya dengan suara yang mengejek.

Sembari menunggu jawaban dari perempat seberang sana, Hestama memutarkan kursinya menghadap kaca pembatas yang menghalangi ruangan dengan teras balkon. Melalui itu Hestama dapat menyaksikan sinar senja yang perlahan mulai turun.

"Kamu suami aku."

Hestama tertawa lagi. Kali ini ia berdiri, langkahnya bergerak membuka pintu kaca dengan sebelah tangan. Lengan bajunya sudah tergulung ke atas menampakkan otot-ototnya yang tampak kokoh hasil olah raga setiap pagi. "Kamu masih menganggap saya suami kamu?"

"Kita habis akad tiga minggu yang lalu kalau kamu lupa."

Hestama mengernyit. "Setelah semuanya terjadi? Setelah kamu meninggalkan saya di hotel dan lebih memilih berkencan dengan pria lain, Haruna?" ujarnya dengan suara dingin namun tetap terdengar tenang.

Sedangkan di seberang sana ada Haruna yang berulang kali menggigit bibirnya sebab merasa Hestamaah. Ia tahu ia bersalah. Demi Tuhan sikapnya selama di Manhattan mungkin terlihat menjijikkan tapi ia tidak pernah bisa untuk berkata tidak bila Kaivan menghubungi dirinya.

"Hestama ributnya nanti aja ya? Sekarang tolong jemput aku, please!" Perempuan itu memohon.

"Saya tidak janji. Pekerjaan saya masih banyak. Lagi pula ada taksi online yang bisa ngantar kamu selamat sampai rumah."

Love And Hurts (On Going)Where stories live. Discover now