02 || Zeandra Vaxier

86 61 181
                                    

Sesuai perkataannya tadi, Zean sekarang sedang berjalan santai menuju toilet yang sering mereka berempat kunjungi.

"Dateng juga lo!" seru Vien, kala melihatnya baru memasuki toilet.

Zean langsung saja bergabung dengan teman-temannya itu. Ia mulai menyalakan rokoknya, dan memainkan ponselnya. Suara ricuh mereka terhadap game, sampai tak menyadari ada seseorang yang baru saja datang tepat di tengah pintu masuk toilet.

"Udah puas ngerokoknya?" tanya orang itu, tanpa di curigai sedikit pun oleh mereka berempat.

"Belom lah anjirr! Baru aja habis satu!" sahut Ikbal, sembari membuang putung rokoknya ke lantai.

"Terus, mau habis berapa?" tanya orang itu lagi.

Vien menatap orang itu sebentar, lalu melanjutkan gamenya.

"Minimal 3 atau 4 gitu lah! Eh?" balasnya, namun terhenti kala menyadari sesuatu.

Dengan ragu, Vien kembali melihat orang itu lagi. Dapat dengan jelas orang itu mengembangkan senyuman yang mengerikan baginya.

Vien meneguk ludahnya kasar, saat tahu bahwa orang yang sedari tadi bertanya adalah guru bk, Bu Tutin namanya. Guru yang selalu menjadi musuh bagi murid nakal. Pasalnya, hukuman yang beliau beri selalu saja di luar nalar.

Ikbal yang menyadari kediaman Vien, menyenggol lengan Vien tanpa melihat arah yang di tuju temannya itu.

"Nape sih lo?" tanya Ikbal.

Vien tak menjawab, dengan bergetar ia menunjuk Bu Tutin dengan telunjuknya. Ikbal tentu mengikuti arah yang di tunjukan oleh Vien.

"Bangsat!!" pekiknya, melihat Bu Tutin yang nampak seperti ingin memakannya hidup-hidup.

Makian dari Ikbal tentu membuat Deni dan Zean mengalihkan perhatiannya menuju ke arah Bu Tutin berada. Mereka berdua memang terkejut, namun ekspresi yang terlihat seolah ini hal biasa.

"Kalian berempat, pergi ke ruang bk sekarang!!!" sentak Bu Tutin pada mereka.

Dengan lesu, mereka berempat mulai berjalan mendahului Bu Tutin menuju ke ruang bk. Namun berbeda dengan beliau, Bu Tutin malah berbelok ke arah halaman belakang. Karena ada aura yang membawanya tuk ke sana.

Pasti ada lagi yang di sini! Pikirnya dengan semangat.

Dan benar saja, beliau melihat Feyna yang lagi enak-enakan tidur di sofa. Bu Tutin tentu membangunkan Feyna sedikit kasar.

"Nyenyak tidurnya?" tanya Bu Tutin, kala melihat Feyna masih mengumpulkan nyawanya.

"Hm," gumam Feyna membalas.

Tunggu, gue kan sendiri disini. Terus dia? batinnya bertanya-tanya. Saat tersadar, ia segera menatap ke arah Bu Tutin berada. Alangkah terkejutnya dia saat melihat beliau, secara tidak sadar ia langsung meloncat dari atas sofa.

"BU TUTIN??!!!" teriak Feyna, yang dalam sekejap nyawanya kembali kumpul.

"Pergi ke ruang bk!" perintah Bu Tutin, padanya.

"Ta-" belum saja ia memprotes, suara Bu Tutin kembali terdengar.

"SEKARANG, FEYNA!!!" teriakan itu, membuat Feyna langsung ngacir pergi ke ruang bk.

Di sinilah mereka berlima berada, di ruang bk. Tak lupa Bu Tutin yang menatap mereka dengan tajam, yang di tatap pun hanya duduk santai sambil menunggunya berbicara. Bu Tutin lalu menghela nafasnya lelah.

"Kalian ini ya, selalu saja buat Ibu pusing! Zean, Ikbal, Vien, Deni! Kalian berempat itu sudah kelas 12, seharusnya berikan contoh yang baik buat adek kelasnya! Bukan malah gini, selalu aja buat masalah!!" oceh bu Tutin.

Arrogant Girl is MINEWhere stories live. Discover now