Prolog

39 6 0
                                    

Hai, selamat datang di lapak author amatir ini. Sebenarnya ini bukan cerita pertamaku, tapi nikmatin aja hehe. Maaf kalo ada typonya ya!💓

Anw, jangan lupa follow, vote, dan comment ya!🦋

Selamat membaca dan semoga suka!

•••

Juli, 2017

Pagi yang cerah dengan matahari yang senantiasa memunculkan sinarnya, setetes embun yang yang menyejukkan jika mengenai kulit, angin sepoi-sepoi yang sejuk membuat bulu kuduk berdiri, riuhnya kicauan burung yang hinggap di dahan-dahan pohon, banyak orang berlalu lalang melakukan aktivitas pagi harinya seperti jogging, bersepeda, bermain skateboard, maupun memantul-mantulkan bola basket.

Terlihat dua orang remaja SMP sedang duduk bersantai sembari menunggu sarapan pagi. Dengan berbalut seragam SMP di tubuh mereka. Bangun sepagi ini memang sudah menjadi kebiasaan mereka.

Semenjak Ayah dan Ibu Hasna meninggal, ia diurus oleh wanita paruh baya yang merupakan Ibu kandung Braga. Bernama Rea. Hingga saat ini mereka tinggal satu atap, kamar Braga berada di lantai atas dan kamar Hasna berada di lantai bawah. Setiap hari Hasna selalu membawa inhaler kemana pun dia pergi, hanya untuk jaga-jaga saja. Sejak kejadian tenggelamnya kapal ferry yang merenggut nyawa kedua orang tuanya itu, ia sering mengalami asma karena trauma. Ia benci laut dan kolam, bahkan bathub pun ia tidak berani mendekatinya.

"Coba liat!" Hasna bangkit dari duduknya dan menyangga tubuhnya dengan tangan yang berada di meja makan. Ia mengintip Braga yang dari tadi berkutat dengan lembaran berisi gambar-gambaran yang ia lukis sedari kecil. Bahkan makanan di depannya saja ia biarkan hingga dingin.

"Ck!" Decak Braga.

Cowok itu melepas earphone yang terpasang di sisi telinga kirinya dengan kasar dan cekatan menutup bukunya agar tidak dilihat oleh Hasna. Ia menatap tajam ke arah Hasna. Nyali gadis itu seketika menciut dengan ringisan kecil. Ia menjauh dan kembali melanjutkan sarapannya.

"Gambar apa sih, serius banget."

"Gausah kepo."

"Aku cuma pengen liat, masa gitu doang nggak boleh sih." Hasna mencebikkan bibirnya.

"Emang pentingnya apa gue kasih tau lo?"

"Y-ya kali aja kamu gambar aku." Ucapnya dengan percaya diri.

Laki-laki itu memasang kembali earphone-nya. Saat ingin melanjutkan aktifitasnya, Braga kembali mendongak hingga memicingkan matanya dan menyatukan alis, lalu merotasikan bola matanya dengan malas.

"Ge-er!"

"Ih!"

Mendengar ucapan Braga, hatinya sedikit tercubit. Memang susah sekali untuk meluluhkan cowok sedingin dia. Dengan raut wajah kusut, ia kembali memasukkan suapan nasi ke mulutnya dengan kasar sembari menatap kesal ke arah lelaki di hadapannya. Suara gesekan sendok dengan giginya terdengar nyaring di telinga Braga. Diam-diam Braga menyunggingkan sisi bibirnya dengan sangat tipis. Sangat tipis sekali.

Hasna sedikit terusik, ia memicingkan matanya ketika mendapati Braga yang sibuk menggambar juga sesekali menatap ke arahnya dengan samar-samar. Cowok itu sedang apa?

Sorry, I Hurt YouWhere stories live. Discover now