(11.) Babu?

235 19 8
                                    

Pagi-pagi sekali Savero sudah bangun dari tidurnya, dia juga sudah rapih dengan seragam sekolah.

Ia menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, lalu mengacak-acak rambut nya agar terlihat keren, agak lain emang.

"Udah mirip jungkok bities nih gue," Sangat narsis. Vero mengangkat alisnya sendiri, lalu membenarkan letak dasi nya. Dirasa cukup, ia segera mengambil tas ransel miliknya yang isinya hanya buku tulis satu, dan pulpen hasil nyolong pas lagi piket. Kalau buku paket ia tidak bawa, karena Vero sudah meletakannya di bawah kolong meja supaya tidak memberatkan tas nya.

Menuruni anak tangga sesantai mungkin, pemandangan pertama yang ia lihat adalah mami nya sedang memasak di dapur masih mengenakan apron.

"Morning mami cantik~" Sapa Vero, senyuman semanis gula jawa ia berikan. Seperti biasa, ia akan mencium pipi mami nya, dan sebaliknya.

Airin membalikan badannya untuk melihat wajah anak satu-satunya, "Anak mami udah cantik aja."

"Ganteng, mi," Ucapnya.

Airin tersenyum. "Heleh kamu ini, udah sana duduk." Titah nya.

Vero mendudukan dirinya di bangku, lalu menuangkan air putih kedalam gelas dan meneguknya sampai tersisa setengah.

"Papi belom bangun?"

"Udah, lagi mandi," Jawab Airin, beliau menata makanan di meja.

Vero pun membuat huruf vokal di mulutnya sampai berbentuk huruf 'O'.

"Nah gini dong jadi anak bujang, udah bangun pagi-pagi," Suara berat menyahut, Jordan muncul sudah lengkap memakai pakaian kantor nya.

Vero memutar bola mata nya malas.

"Nih gini ding jidi inik bijing, idih bingin pigi pigi." Vero menirukan suara papi nya, mulutnya menye menye.

"Bener dong, kamu ini kan bakal jadi kepala keluarga nanti nya. Harus bisa disiplin waktu," Tegas Jordan, beliau ikut menduduki tubuhnya tepat berhadapan dengan sang anak.

Vero sih iya iya saja.

"Oh iya, kamu gak lupa kan?"

"Lupa apa?"

"Masih muda udah pikunan aja. Itu loh, kamu kan semalem papi suruh buat anter jemput anaknya om Zean," Ujar Jordan, apa anak jaman sekarang mudah pikun ya?

Vero menepuk jidatnya, oh iya, dia hampir saja melupakannya. "Vero seumur hidup harus jadi babu nya?"

"Bukan babu, bodyguard. Kalo kamu nyaman sih sampe seumur hidup juga papi bolehin," Canda Jordan, dalam hati beliau ia sudah menyiapkan segala hal.

Vero tidak berpikir lebih banyak.











"Pak, Kesta nya ada?"

"Eh nak Savero, ada den, masuk aja kedalam. Nyonya muda sudah menunggu didalam," Tutur Wirdan––bapak satpam yang berjaga dikediaman mansion Kesta.

Savero mengucapkan terima kasih sebelum masuk kedalam, ia memarkirkan motornya di halaman depan.

Tok
Tok

Vero mengetuk pintu berbahan kayu jati itu beberapa kali, sampai terdengar decitan pintu terbuka.

Seorang maid keluar, "Selamat pagi den Vero, mau jemput nyonya Kesta ya?" Tanya maid itu berbasa-basi.

Vero mengangguk seadanya. "Iya bi, Kesta nya ada?"

"Haii, sorry, lama yaa?" Yang ditunggu-tunggu datang dengan sendirinya, dia, Kesta. Perempuan berambut panjang sepinggang itu sudah terlihat cantik mengenakan seragam anak SMA yang sama seperti nya.

"Eh nyonya, kalau begitu saya lanjut kedalam dulu ya," Pamit maid itu mengundurkan diri.

Sepeninggalan maid tadi, kini tersisa Vero dan Kesta. "Eum, Vero lo pasti keberatan ya buat jemput gue?" Tanya Kesta tidak enak hati.

"Enggak kok, santai aja hehehe. Kalo gitu, mau berangkat sekarang aja?"

"Boleh, ayoo," Kesta berucap riang.

"Nona, apa tidak ada barang yang kurang untuk dibawa?" Vero mendapati kedua orang yang sedang bercakap-cakap, mata nya menyipit saat melihat siluet seseorang yang tidak asing dimata nya.

"Gak ada, udah semua. Oh ya, gue bawa motor sendiri, tapi lo jangan bilang siapa-siapa." Peringat seseorang itu.

Satu orang yang berbadan besar dan berotot itu menegakan badannya, "Siap nona, saya jamin nggak akan ada yang tau."

"Bagus, gue berangkat sekarang." Perempuan yang terlihat seumuran dengannya membalikan tubuhnya, Vero mematung. Itu...

"Vero! Kok malah ngelamun sih?!" Vero tersadar. Kesta menepuk bahu nya sedikit kencang.

"Ehh sorry!" Vero memekik kecil.

Sedangkan orang disebrang sana menampilkan senyum miring.

"Berangkat sekarang ya?" Vero menarik pergelangan tangan Kesta pelan, dan membawa nya untuk kedepan halaman.

Tanpa sengaja, tatapan mata nya bertubrukan dengan mata elang yang terlihat tajam. Itu, Gavya. Vero sedikit membeku, kenapa bisa anak itu ada disini?

Bahu nya kembali di tepuk, membuatnya mengalihkan kembali tatapannya. Secepat kilat ia buru menaiki motor.

"Naik," Kesta menaiki motor besar milik Vero, tanpa tau malu, dia juga melingkari tangannya di perut Vero. Vero sedikit terkejut, tapi, sepertinya tak apa...

"Vero gapapa kan kalo gue pegang pinggang lo?" Tanya Kesta dibelakang.

"Iya gapapa," Vero sepertinya nya pasrah.

Vero mengeratkan tangannya, dan menggas motornya dengan kecepatan sedang. Mulai meninggalkan pekarangan rumah Kesta.

"Nona, bukannya itu adalah pujaan mu?"

"Ya, dia akan jadi istri ku."

"Ha?"

"Lupakan."

"Ah baiklah."

- Batas pembaca -

Hai haii!

Apa kabar? Semoga selalu baik:)

Untuk kedepannya, watashi mau mohon maap kalau up nya mungkin bakal ada keterlambatan...


Sekian terima vote, terima kasih...


Draft: 090723
18.17 (Wib.)

Pub: 110723
11.31 (Wib.)

Be Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang