(15.) Nyaman?

334 19 0
                                    

"Eungg ..." Tubuh ramping itu menggeliat bagai ulat keket.g

Sinar mentari tampak terbit dari sela-sela jendela yang tertutupi gorden.

Matanya yang sipit perlahan terbuka, karena merasa cahaya mengganggu retina nya.

Menatap langit-langit kamar yang berwarna hitam macam tidak ada kehidupan, tunggu-- ini bukan kamarnya!

Badannya sontak terduduk, sampai sedikit menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Mata nya terbelalak saat menatap sebagian tubuhnya yang hanya dihiasi PAKAIAN DALAM SAJA! OH MY?!?!

Apa yang sebenarnya terjadi? Kepala Vero terasa pusing seketika. Mengingat kembali kejadian yang sebelumnya.

"Udah bangun, hm?" Tanya seseorang yang baru memasuki kamar, bisa Vero liat perempuan itu masuk seraya membawa nampan berisikan satu mangkuk dan segelas susu.

"Bangsat?!?! Kok elo?!" Teriak Vero terkejut. Tangannya berusaha menutup kembali selimutnya agar tidak tersibak.

Gavya terkekeh kecil lalu mendekat kearahnya, menaruh nampan putih itu keatas nakas.

"Kenapa emangnya?" Vero mundur, sampai membentur kepala kasur. Gavya semakin mengikis jarak diantara keduanya.

Mata Vero merem ketika tangan Gavya dengan semaunya mendekat kearah mukanya. Selang beberapa detik...

1... 2... Dan... 3...

Tunggu...

Kenapa dia tidak merasakan apa-apa dibibirnya? Gr kamu, Ver.

"Ngapain merem? Orang gue mau ngecek badan lo masih panas apa enggak," Ucap Gavya tertawa mengejek. Dan memegang dahi Vero yang terasa sedikit hangat, setelahnya menjauhkannya kembali.

Savero membuka matanya, tercelang. "Apaan sih?!" Padahal, dia kira Gavya akan melakukan hal yang iya iya...

Gavya tersenyum tipis. Kalo lagi kesel begini, Vero terlihat lucu dimata nya...

"Gausah malu begitu, lo kepengen banget gue cium emang?" Sontak pipi Vero merah, semerah tomat busuq.g

Ada niat apa pula Gavya ngomong gitu??! Vero kan malu, dan jadi... Mau(?)--ehhh?????

Baik, lupakan. Otak author sangat dangkal.

"Sotoy! Orang mulut lo bau singa, makanya gue tutup mata!" Sanggah Vero. Sangat tidak manuk akal ya manteman.

Vero, Vero, kenapa rasanya Gavya ingin menerkam pria manis ini sekarang juga? Gak gitu kok maksudnya...

"Ngelak mulu," Kata Gavya pelan. Lalu tersenyum kemudian.

"Kenapa ditutupin?" Tanya Gavya, menatap tangan Vero yang masih setia menempel pada selimut. Mulut Vero komat kamit macam baca mantra, tidak tahu kah Gavya bahwa Vero sedang menahan gas yang akan meledak?

"Gavya anjing! Lo pasti udah ngapa-ngapain gue?!?!" Cerca Vero.

"Kenapa jadi gue? Orang lo sendiri," Memang benar kok, Vero sendiri yang ngapa ngapain dirinya. Walaupun dirinya sudah sedikit melih-- ekhem.

"Dih aneh, masa gue buka baju sendiri? Pasti lo kan yang ngambil kesempatan dalam kesempitan! Ngaku deh," Desak Vero masih tetap saja berpegang teguh.

"Gak napsu gue sama tubuh lo," Bohong, Gavya bohong gess. Padahal dari tadi otaknya gak berhenti terbayang setiap inci tubuh milik Vero. Astaga, apa apaan?!

Tapi jujur sejujurnya, Gavya berani bersumpah kalau dia emang gak ngapa-ngapain Vero sedikit pun.

Savero mencibir. "Heleh,"

Be Mine!Where stories live. Discover now