8. Sebuah Misi

888 40 9
                                    

Siang kini tengah berganti malam. Kini Victor sedang bersiap-siap untuk menemui orang yang tadi pagi mengirimkan email pada nya.

"Apakah daddy akan pergi?" Tanya Gerry yang melihat Victor sedang siap-siap.

"Iya daddy akan pergi sebentar, tak akan lama," ucap Victor.

"Daddy janji?" Tanya Gerry.

Victor yang mendengarkan itu langsung membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah Gerry.

"Daddy janji bunny, jika daddy bohong kau boleh menghukum daddy," ucap Victor yang masih berusaha membujuk Gerry agar tak sedih.

"Hah, baiklah," ucap Gerry mengalah.

"Victor yang gemas melihat tingkah Gerry pun langsung mencium pipi Gerry.

"Jangan nakal ya di rumah, daddy pergi dulu!" Pamit Victor yang kemudian pergi keluar dari kamar.

Ia turun ke lantai bawah dan langsung berjalan ke arah garasi untuk pergi ke mobilnya. Setelah sampai, Victor langsung masuk ke dalam mobilnya.

"Hendrick kita ke cafe yang alamatnya ku kirimkan padamu tadi," titah Victor.

"Baik tuan."

Kemudian mobil pun melaju menuju cafe tersebut.

Setelah satu jam perjalanan, akhirnya Victor pun sampai di cafe tersebut. Victor bergegas turun dan langsung masuk ke cafe tersebut. Victor mencari-cari keberadaan orang tersebut. Tak lama kemudian Victor menemukan orang tersebut yang duduk di meja paling ujung. Victor pun menghampirinya.

"Ah, akhirnya kau datang juga," ucap pria itu ketika ia melihat Victor sudah dekat.

"Maafkan aku sedikit terlambat," ucap Victor tak enak.

"Tak apa."

"Jadi mana data orang yang harus ku habiskan?" Tanya Victor to the point.

"Ini dia," ucap pria itu sambil menyodorkan sebuah map kertas berwarna coklat.

Victor langsung menerima map itu dan juga langsung membukanya. Di dalamnya terdapat beberapa foto dan juga data-data tentang orang yang harus di habisi Victor. Victor membacanya dengan sangat teliti.

"Jeff Gevindra?" Lirih Victor.

"Ya, dia adalah pengedar obat-obatan terlarang dan juga senjata tajam. Bisnisnya cukup besar, ia sudah memiliki cabang di Jerman, Rusia, dan Mexico. Dan dia juga memiliki beberapa bar yang tiap malam melelang banyak barang bagus mulai dari senjata tajam, hingga manusia," jelas pria itu panjang lebar.

"Apakah kau takut Tuan Victor? Apa karena dia juga merupakan seorang mafia yang besar? Apakah aku harus menambah bayaran ya?" Tanya pria itu berturut-turut

"Hahahahaha," tawa Victor terdengar menggelegar setelah mendengar ucapan pria tadi.

"Begini ya, Tuan Kevin yang terhormat."

"Membunuh adalah hobiku, aku tak memerlukan uang mu itu. Dan dengan dia yang seorang mafia bukan berarti membuat nyaliku ciut, justru aku merasa lebih tertantang," sambung Victor.

"Baiklah, kalau begitu buktikan. Aku tunggu kabar baik darimu," ucap Kevin yang kemudian menyeruput minumannya.

***

Di rumah, Gerry tampak gelisah. Ia pun melirik jam dinding.

"Sudah jam sembilan, kenapa daddy masih belum pulang," gumam Gerry.

Gerry memutuskan untuk turun kebawah. Kebetulan ia juga merasa haus sedari tadi menonton televisi. Ketika Gerry sampai dapur, ia melihat Bi Atik yang sedang mencuci piring. Gerry pun langsung menghampiri Bi Atik.

STUCK WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang