Prolog

41.5K 3.1K 1.1K
                                    

Haloooo, gimana kabar kalian hari ini?

Aku mau ngenalin cerita baruuuu, ini cerita Ilham, sahabatnya Gala. Kalau kalian beneran baca Bucinable series pastiiii kenal bangettt sama Ilham^^

Di cerita ini aku mau ngajak kalian jatuh cinta ke Ilham dengan segala kesederhanaannya!!<3

Siap kawal cerita ini sampe end???

***

Prolog

"Gue nggak mau banyak nanya. Lagian nggak semua hal gue harus tau jawabannya."

***

"Diturunin di pinggir jalan lagi sama cowok brengsek lo?"

Seorang cowok dengan badan menjulang tinggi berdiri di ujung gang gelap mengulurkan tangan ke arah cewek yang tengah terduduk lemas di hadapannya. Meski ekspresi kesal di wajahnya tidak bisa terlihat begitu jelas karena minimnya penerangan, tetapi dari nada bicaranya bisa dipastikan bahwa saat ini ia tengah merutuki kebodohan yang dilakukan berulang kali oleh si cewek.

"Kak Ilham?"

Mata cewek itu mengerjap beberapa kali untuk memastikan dirinya sedang tidak berhalusinasi. Ketika sudah yakin, barulah ia menyambut uluran tangan besar yang berusaha membantunya berdiri. Samar-samar dalam kegelapan, tatapan dingin yang Ilham sorotkan ke arahnya masih bisa ia lihat.

"Kak Ilham ngapain di sini? Katanya lagi nemenin Kak Nenda di rumah sakit?"

Berdecak kasar, tangan kanan Ilham menjitak kepala cewek bertubuh tinggi kurus yang wajahnya tampak kebingungan.

"Tolol! Makanya jadi cewek jangan tolol-tolol! Biar nggak ngerepotin gue mulu!"

Caca mengusap-usap kepalanya sebal. Caca memang tidak pernah sakit hati sedikit pun ketika mendengar makian yang keluar dari mulut Ilham. Karena 90% sudah pasti benar. 10% nya lagi sangat benar. Namun, ia selalu merasa kesal saat Ilham memberinya sebuah jitakan. Sakit.

"Kak Ilham tau dari mana kalau aku di sini? Dan... tau dari mana kalau aku diturunin sama Jarrel di sini?" tanya Caca heran.

"Lo pikir sekarang kita hidup di jaman batu?" decak Ilham menahan emosi. "Setelah lo chat gue, nanya gue lagi di mana dan ngapain, gue langsung lihat posisi lo di mana. Karena nggak mungkin lo segabut itu nge-chat gue jam satu pagi kalau nggak mau ngerepotin gue."

"Ya meskipun kadang lo emang suka gabut nge-chat gue," dumel Ilham pelan.

Entah kenapa, tiba-tiba Caca ingin tersenyum begitu mendengar jawaban Ilham--meski Ilham tak menunjukkan ekspresi apa pun selain ekspresi dongkol saat mengatakan itu semua.

"Tadi aku emang mau minta jemput Kak Ilham, tapi waktu Kak Ilham bilang lagi nemenin Kak Nenda di rumah sakit, aku berubah pikiran. Hehe... " jelas Caca dengan cengiran.

"Hihi!" tiru Ilham meledek. "Ayo pulang!"

Ilham yang sudah berjalan dua langkah, kembali menoleh ke belakang saat merasa Caca belum beranjak untuk mengikuti langkahnya ke mobil yang ia parkir cukup jauh--sebab, gang kecil tempat mereka berada saat ini memang tidak bisa dilewati oleh mobil.

"Lo nggak mau pulang?"

Caca mengangguk cepat. "Mau! Tapi--"

Dengan sisa kesabaran yang ia miliki, Ilham mengikuti arah pandang Caca ke bawah. Tepat ke arah kaki kanan cewek itu.

Ilham menghela napas kasar. Benar saja dugaannya. Ia sudah tidak terkejut lagi saat melihat ada luka di bagian mata kaki Caca. Seperti biasa, Caca memang selalu ceroboh dalam segala hal.

FAVORABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang