𝟷𝟹 fascinant

1.1K 168 9
                                    

Pria itu menggeram marah, menggenggam ponselnya erat-erat sebelum akhirnya melemparkan benda canggih itu ke atas ranjang. Dengan napas terengah, ia mengambil segelas air yang tersaji di atas nakas. Menegak air itu hingga habis tak bersisa. Pikirannya kacau, netranya memerah menahan tangis, bahkan pria itu tak paham kenapa adipati agung berani mengancamnya dengan membawa nama keluarganya.

Malam ini, ia mendapatkan sebuah email rahasia berisi surat ancaman. Setelah mengganti ponselnya dan nomor telepon, Asher memang tidak pernah lagi berhubungan dengan Kael sedikitpun. Ia fokus untuk membantu memenuhi kebutuhan Lora dan bayinya di apartemen. Namun kali ini, mirisnya Kael menggunakan adiknya yang sedang belajar di akademi untuk membuatnya tunduk.

Dengan segala jadwal padat dan acara pernikahan yang semakin dekat, Kael bisa-bisanya mengunjungi sang adik. Yang Asher tidak habis pikir, pria itu mengancam akan membunuh adiknya jika Asher tak bersedia memberitahukan keberadaan Lora dan putranya. Beberapa menit berlalu, kiriman email desakan lain mulai bermunculan.

Bahkan mengarah pada keluarganya yang akan diracun jika Asher tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Kael. Puncaknya ketika sang adik diracun, Asher dengan terpaksa mengirimkan lokasi apartment Lora yang baru. Mengucapkan kata maaf melalui bubble chat, karena sebelumnya Asher membelikan wanita itu ponsel yang sama untuk berkomunikasi.

Harusnya Lora paham akan situasinya yang mendesak, Asher tak bisa berbuat banyak. Bermenit-menit ia menunggu balasan sang pengirim email memberi tahu kondisi adiknya, dan benar saja adiknya telah melewati masa kritisnya karena obatnya langsung diberikan. Pria itu tertawa sumbang, Kael memang sanga jago memanfaatkan kelemahan lawan untuk menyerang dan mendapatkan apa yang dimau.

Apalagi mengenai sang putra dan ibunya, agaknya Kael hendak membuat keduanya tetap ada dalam genggamannya meskipun statusnya akan berubah bulan depan. Asher merebahkan diri diatas ranjang dengan mata terpejam. Ia benar-benar akan tertidur nyenyak, jika saja tak ada balasan lain yang ia dapatkan. Nyatanya satu balasan lagi dari pengirim email.

Pengirim itu mengabarkan jika Kael sudah bergerak menuju lokasi, Asher mendapatkan ancaman lain jika lokasi yang dituju salah. Yang benar saja, Asher hanya berharap Lora membuka pesannya sebelum Kael tiba dan menyelamatkan diri bersama bayinya. Meskipun jika dilihat, wanita itu belum sama sekali membuka pesannya.

Sementara di sisi lain, Kael tersenyum penuh kemenangan menuju ke lokasi yang telah di sampaikan oleh Asher. Lelahnya tak berarti apa-apa, dalam benaknya tengah merencanakan pembalasan atas pengkhianatan yang dilakukan Lora padanya. Kael akan benar-benar membuat wanita itu tunduk dihadapannya, meskipun harus mengambil bayinya sekalipun dari sang ibu.

Sesuai janji yang telah dibuat sebelumnya, Kael mencarikan seorang maid berpengalaman untuk mengurus sang putra. Alih-alih ibu kandung sang bayi, Kael tak akan mau lagi jika harus kehilangan bayinya untuk kedua kali karena kasihan. Kael mengembuskan napas lega, ketika telah sampai di lokasi yang dituju. Bawahannya turun duluan, sementara dirinya menunggu di mobil sambil duduk tenang.

Suara isak tangis mulai menyapa indra pendengarannya, Kael tersenyum puas tatkala ekor matanya tak sengaja mendapati wanita yang dimaksud sedang berjalan ke arahnya dengan wajah penuh air mata. Bayinya dibawa oleh pengawalnya yang lain, membuat Lora mau tidak mau harus ikut paksa untuk mendapatkan anaknya kembali.

Begitu Kael berhasil meraih tubuh sang putra, Lora dari luar terus meronta. Memukul kaca jendela mobilnya dengan brutal diiringi tangisan memohon, dari mana saja wanita itu kemarin. Padahal sejatinya Kael tidak pernah main-main dengan ucapannya. Harusnya wanita itu patuh, bukan malah memilih kabur dan mengemis memohon bayinya kembali seperti sekarang.

volitient [ jaerose ]Where stories live. Discover now