𝟹𝟻 mon fils

1.1K 193 27
                                    

Wanita itu baru bisa bebas memeluk bayinya ketika malam hari. Anak itu masih terbangun sebab sore tadi tidur pulas. Lora tak tega meninggalkannya sendirian dalam kamar dan bermain sendiri. Setidaknya malam ini Yevhen tak lagi rewel, tadi siang Erre memberitahukan padanya jika Yevhen selalu rewel ketika malam tiba. Oleh karena itu, Lora sekarang menemaninya tidur di kamar mungil yang disiapkan di samping kamar Kael.

Penginapan bergaya mediterranean yang didalamnya terdapat banyak ruangan hingga taman. Harusnya putranya tidak akan bosan jika bisa berkeliling setiap hari. Lora memperhatikan Yevhen yang tengah sibuk mengoceh dengan mainannya. Sang ibu sengaja membiarkannya bermain karena jika diambil maka anak itu akan menangis kencang.

"Bu!" Sekian lama diacuhkan, akhirnya bayi itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca hendak menangis. Mainan yang tadinya jadi sumber tawanya kini ia buang di samping tilamnya.

Yevhen mengulurkan tangan pada ibunya hendak meminta untuk di gendong. Lora tersenyum manis, wanita itu lantas segera membawa bayi itu dalam pelukannya sebelum mulai menangis karena keinginannya tak dituruti.

Lora mengusap punggung anaknya hingga kepala Yevhen bersandar di bahunya. Pipinya yang bulat nampak nyaman disandarkan pada bahu sang ibu. Matanya berkedip-kedip beberapa kali karena mulai tak nyaman untuk melihat. Tak lama setelahnya, bahunya mulai memberat dan suara napas Yevhen mulai teratur.

"Rupanya anak ibu sudah lelah ya." Lora menggoda putranya yang akhir-akhir ini lebih banyak gerak. Ia mengusap pipi bulat anaknya dengan hati-hati.

Entah kenapa energinya meluap-luap hingga tengah malam seperti ini. Lora juga tak tahu jika anaknya bisa menarik surainya jika sedang kesal atau merasa diacuhkan. Wanita itu kemudian beralih mengusap surai anaknya perlahan-lahan.

Selesai menimang anaknya, Lora hendak mengembalikannya ke atas tilam. Tapi begitu belakang kepalanya menyentuh permukaan tilam, mata Yevhen langsung terbuka. Bibirnya mengerucut hendak menangis dengan tangan merentang meminta digendong.

"Yevhen sudah bisa menjahili ibu rupanya." Lora tersenyum hangat melihat putranya yang ingin kembali bermanja-manja dengannya. Tanpa pikir panjang, wanita itu kembali menggendongnya. Bayi itu langsung terdiam begitu kulitnya mulai bersentuhan lembut permukaan kulit sang ibu. Yevhen baru merasa tenang ketika merasakan detak jantung ibunya ada didekatnya.

"Bu..." Ucapnya lirih, tangan Yevhen mengenggam erat pakaian yang dikenakan ibunya. Malam ini Yevhen tak ingin lepas dari pelukan sang ibu meskipun hanya sesaat.

Klekk....

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, sosok pria berjalan dengan langkah gontai mendekatinya. Lora lantas memeluk Yevhen lebih erat, bau alkohol begitu menyengat menguar di penjuru ruangan. Memastikan jika sosok pria itu tengah mabuk dan tak sadarkan diri.

Matanya memerah dengan bibir yang terus meracau, Lora sedikit gentar melihat Kael yang makin lama makin mendekat ke arahnya dan Yevhen. Ia takut jika anak itu akan jadi sasaran amarah sang ayah. Kilatan amarah tergambar jelas dari sorot matanya, Lora bisa merasakan jika Kael tidak baik-baik saja.

"K.... keluarlah." Serunya begitu Lora merasakan punggungnya menyentuh dinding dibelakangnya. Ia terhimpit di antara dinding dan Kael. Saat hendak kabur ke sisi samping, tangan Kael lebih dulu menggapai tembok dan mengunci pergerakannya dari sisi samping kanan dan kiri.

"Ku mohon, Yevhen hampir tertidur. Jangan mengangguku dulu." Saat begini ia mulai ketakutan dengan apa yang hendak dilakukan Kael padanya. Lora terus menutupi kepala sang putra dengan tangannya. Takut jika Kael melakukan hal tak terduga pada putranya.

Pancaran amarah itu tak jua menghilang meskipun Kael mengunci pergerakannya sejak tadi. Entah apa yang sedang menganggu pikirannya, yang jelas Lora harus segera kabur. Saat Lora hendak berbalik memunggungi Kael untuk melindungi Yevhen, pria itu malah makin menghimpitnya hingga tak ada jarak tersisa.

volitient [ jaerose ]Where stories live. Discover now