Paracetamol

291 23 4
                                    

Tanpa Nilla ternyata hidupku benar-benar sepi. Tidak ada lagi yang chat panjang lebar menceritakan kisahnya, tidak ada lagi yang sering telephone untuk curhat berjam-jam, dan tidak ada lagi yang tiba-tiba main ke polindes dan mengikutiku ke posyandu-posyandu di desa tempatku bertugas.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan.. tetapi aku belum bisa percaya bahwa Nilla sekarang benar-benar telah tiada meninggalkanku. Hari-hariku setelah kepergiannya, hanya aku gunakan untuk bekerja. Tidak ada yang mengajak jalan-jalan ke mall untuk cuci mata atau menghilangkan penat setelah seharian bekerja seperti saat ada Nilla dulu.

Sedangkan mas Narve.. sudah genap dua minggu ini dia pamit untuk seminar di Jakarta. Hubunganku dengannya seakan semakin renggang semenjak dia pamit itu. Terakhir kita telephonan saat dia sampai di hotel tempat dia menginap, setelahnya chatku sudah jarang dia balas, kalaupun dibalas hanya singkat saja chatnya. Entah apa yang membuatnya berbeda.

"Permisi, lemon tea dan Pho ya ka"
Ucap salah satu pelayan Caffe Vietchong yang berada di sudut kawasan Kayutangan Heritage ini.

Aku mengangguk mengiyakan pelayan berambut panjang dengan bando polkadot itu sambil mengucapkan terimakaih.

"Selamat menikmati, semoga suka dengan makanan kami"
Ucapnya ramah sambil tersenyum.

Malam minggu ini, aku putuskan untuk sekedar makan diluar sambil menikmati suasana malam hari di Kota Malang. Ada banyak kenangan manis di setiap sudut kota ini, mulai dari Perempatan Dieng Cyber Mall, yang dulu bernama Dieng Plaza, Pasar besar Malang, Embong brantas ( buk gluduq ), Jembatan Jodipan, Pecinan, Jalan Ijen, Tugu Balaikota Malang, Sawojajar, Lapangan Rampal, Alun-alun Kota Malang, Kayu Tangan dan masih banyak lagi.

Sambil menikmati makananku, sesekali aku amati ramainya jalanan Kota Malang dari kaca besar yang ada di Caffe ini. Tak lama setelahnya, penglihatanku menangkap sebuah mobil BMW M2 Coupé dengan plat nomer N 449 VE mulai terparkir di Caffe depan tempatku makan, pas bersebelahan dengan mobil city car yang aku pinjam dari papaku.

Mataku terus memperhatikan ke bawah mengamati siapa yang mengendarai mobil sedan mewah berwarna putih tersebut. Tak lama setelahnya keluar seorang pria yang sangat aku kenal dan akhir-akhir ini membuat pikiranku kacau dengan seorang wanita cantik berambut panjang sebahu dari mobil tersebut. Wanita itu mengapit tangan pria tersebut dengan manja, dan tanpa melawan pria itu diam saja sambil berjalan ke dalam caffe.

Mataku terus menatap nanar pada kedua mobil yang terparkir bersebelahan itu. Sama-sama alat transportasi dengan warna putih tapi sungguh berbeda kelas. Harusnya dari dulu aku memang sadar, dokter Narve itu siapa. Dia hanya main-main atau bosan dengan wanita cantik yang selama ini dengan gampang dia dapatkan dan memilih mendekatiku, mungkin hanya karna iseng.

Wajahku mulai terasa memanas. Dengan cepat aku coba chat nomor whatsappnya, menanyakan kabarnya, tapi juga tak kunjung dia balas. Jari-jariku mencoba menutup aplikasi berwarna hijau itu setelah mataku lama menatap chat yang tak juga di balas itu. Aku beralih membuka instagram, dan menemukan sebuah postingan foto wanita dan pria yang diambil dari belakang dengan tangan wanita tersebut yang menggandeng manja tangan pria pemilik akun tersebut.

Aku tersenyum miris mengetahui postingan yang berada di atas beranda instagramku itu. Mataku tiba-tiba panas saat melihat postingan itu, tanpa sengaja aku melihat pemilik akun tersebut nyata di depanku bersama wanita tersebut. Mata kami saling bertemu, ekspresinya begitu aneh, lalu tak lama setelahnya dia memutuskan kontak itu dan memilih duduk mengikuti wanita disebelahnya.

Beberapa kali aku menarik napas menahan sesak didadaku mengetahui kesimpulan dari beberapa puzzle yang telah kualami beberapa hari ini. Mulai dari dia yang tak pernah mengabariku lagi, sampai kejadian di depan mataku saat ini.

"It's oke Erine, jangan terlalu lama menatapnya, dia dan kamu punya perbedaan kasta yang terlampau jauh. Omongan manisnya sebelumnya ke kamu hanya untuk menghiburmu. Sekarang saatnya kamu fokus pada dirimu sendiri, kembali pada kenyataan dan tinggalkan semua ini."
Ucapku dalam hati pada diriku sendiri.

Aku putuskan untuk meninggalkan caffe ini sebelum dadaku terasa sesak melihat pria yang selama ini membuatku nyaman dan menjanjikanku banyak hal, tiba-tiba jalan bersama perempuan lain.

***

Fokusku menyetir hilang, pandanganku tiba-tiba kabur dengan bulir-bulir air mata yang kini mulai keluar. Perlahan aku sadar, bahwa hatiku kini sudah benar-benar jatuh dengan sosok yang selama ini selalu membuatku nyaman, dia adalah mas Narve.

Aku mengendarai mobilku masuk ke kawasan Jalan Cerme, dan memarkirkan mobilku tepat di depan Gedung bergaya Niuew Bouwen yang terletak di Jalan Cerme No. 16 Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Gedung itu merupakan karya arsitek Ir. Th. N. Muller. Gedung yang awalnya bernama Macconieke Lodge itu dibangun pada 1 April 1933 hingga tahun 1940 dengan pelaksana J. Th Kienecker.

Dengan langkah pelan namun pasti, aku susuri lorong Gedung yang kini telah menjadi Hotel tersebut. Langkahku terhenti, saat memasuki lobi hotel terpampang foto lawas gedung tersebut, lengkap dengan simbol jangka dan penggaris siku. Desain lantai dengan konsep bangunan asal tempat dansa para sosialita zaman kolonial, dengan kombinasi hitam dan putih seperti papan catur.

Ditempat ini, aku pernah mengalami pengalaman pahit saat aku ditinggal omaku pergi untuk selama-lamanya. Ditempat ini juga, seorang pria bernama Narve, berjanji akan menjagaku. Tapi kenyataannya, janji itu mungkin hanya sekedar janji. Segampang itu kah pria membuat sebuah janji? Dan bodohnya segampang itukah hatiku percaya? Entahlah.

Aku memesan satu kamar tipe Deluxe room yang memiliki desain minimalis dengan dekorasi simpel. Malam ini, aku hanya ingin sendiri. Tidak mungkin dengan perasaan kacau seperti ini aku pulang ke rumah orangtuaku, karna hal itu akan membuat mereka kawatir terhadapku. Dan tidak mungkin pula aku menginap di polindes, karna sudah pasti aku tidak akan bisa menenangkan diri disana.

Sesampainya di kamar hotel, aku rebahkan badanku, menatap hamparan langit-langit kamar ini. Suasana kamar yang begitu nyaman, ditambah lampu temaram membuat perasaanku semakin pilu. Aku bangun dari tidurku, dan aku sandarkan badanku pada sandaran tempat tidurku. Aku menangis sejadi-jadinya dalam ruang yang sepi itu.

Tubuhku tidak sakit, tapi air mataku terus mengalir tanpa henti. Tubuhku tidak terluka, tapi aku menangis karna merasakan perih. Sial, seberapa dalam kau terluka hati? Seberapa besar kau kecewa? Hingga aku merasakan sulitnya bernapas. Mas Narve benar-benar hebat dalam menyiksa batinku seperti ini, datang menyembuhkanku seperti obat paracetamol atau acetaminophen, namun aku lupa akan efek dari obat itu.

Karena penggunaan paracetamol dalam jangka waktu yang lama dan sering dapat menimbulkan efek samping, seperti kesulitan bernapas. Dalam kasus yang lebih parah, minum paracetamol secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, atau bahkan overdosis. Seperti yang terjadi padaku saat ini.

***

Hai, apa kabar?
Aku kembali lagi... semoga suka dengan ceritanya !
Thankyou 😉

SATU CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang