1.2

71 5 0
                                    

"SoYeon."

Yujo tersentak dan menoleh.

SoYeon, Dan SoYeon.

Nama itu masih terdengar asing baginya. Jewol berdiri di balik tirai merah. Mengenakan pakaian upacara Negara Perak, dia terlihat lebih tampan dari biasanya.

Wajahnya yang tirus dan pucat, matanya yang indah, bibirnya semerah bibir seorang gadis. Banyak yang memujinya sebagai reinkarnasi dari seorang wanita cantik, tapi Jewol sebenarnya membenci wajahnya.

Kecantikan feminin berpadu sempurna dengan fitur maskulinnya. Dia anggun seperti dewa surgawi, tapi bukannya berkah dari surga, itu lebih terasa seperti akar dari kemurkaan mereka.

"Ini baru saja selesai."

Dia tampak meminta maaf. Tapi bagaimana mungkin semua ini adalah kesalahannya? Menahan sesuatu seperti ini bukanlah apa-apa baginya.

"Tidak apa-apa, Kakak."

Yujo memberinya senyuman tipis. Tujuh tahun sudah berlalu sejak ia dekat dengan Jewol.

Tapi untuk berpikir bahwa mereka akan saling berhadapan seperti ini dalam situasi seperti ini... Rasanya aneh. Menepis pikiran ini, Yujo mengulurkan tangannya dan dengan cepat memindahkan kerudung pengantin ke samping. Ketika dia melihat wajah Yujo menampakkan dirinya, Jewol memberinya senyuman lembut.

Siapa yang akan percaya bahwa ini sebenarnya adalah Yujo, ChungMae dari Yeha?

Yujo, prajurit wanita yang garang. Elang yang membelah langit saat terbang bebas di angkasa. Dia biasanya memiliki rambut mengkilap yang dikuncir kuda dan mengenakan topeng yang dihiasi dengan bulu-bulu biru.

Bukankah dia adalah orang yang melesat melintasi dataran Yeha dengan kuda kastanye dan anak panahnya menembus langit?

Namun, Yujo yang duduk di sini tidak menunjukkan tanda-tanda wanita itu. Terbungkus dalam kerudung merahnya, Yujo hanyalah seorang pengantin wanita... Dia tampak begitu jauh dan menawan, seolah-olah dia akan menyedot jiwa pengantin prianya.

"Apakah kamu tidak haus? Aturan Negara Perak bisa sangat konyol. Begitu seorang wanita menikah, minuman pertama yang diminum pengantin wanita harus berasal dari suaminya. Aku tidak tahu apa maksud dari semua keributan ini. Mereka hanya menyiksa orang yang tidak bersalah, bukan?"

Jewol bergumam pelan dan menyodorkan sebuah mangkuk perak padanya. Mangkuk itu berisi air dengan kelopak bunga putih yang mengambang di atasnya. Ini adalah segelas air dingin pertama yang ia minum setelah kelaparan seharian. Romantisme yang sangat konyol.

"Ini, minumlah. Kamu pasti haus."

Yujo diam-diam menerima mangkuk itu. Sejujurnya, dia tidak ingin meminum setetes pun air dari Negara Perak. Tapi bagaimana dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan? Jika dia menginginkan sesuatu, dia harus menanggung segala macam hal untuk mencapai tujuannya. Yujo dengan kuat mendekatkan mangkuk itu ke bibirnya.

"Haruskah saya melepas hiasan kepala Anda?"

Yujo mengangguk pada tawaran Jewol. Hiasan kepala dan ornamennya sangat berat. Rasanya seperti ada seorang anak kecil yang duduk di atas kepalanya. Benda itu menekan pelipisnya dan membuatnya sakit kepala.

"Ini hiasan kepala yang cukup mengerikan."

Yujo bergumam, membuat Jewol tertawa kecil.

"Mahkotaku juga cukup berat. Siapa di dunia ini yang berpikir untuk membuat sesuatu seperti ini..."

"Mahkotamu berat? Haa. Cobalah memakai hiasan kepala milikku. Kau pasti akan jatuh cinta dengan mahkotamu itu."

Tangan lembut Jewol mengangkat topi baja itu dari kepala Yujo. Erangan otomatis keluar dari bibirnya. Ia merasa seolah-olah ia bisa terbang hanya dengan melepas headpiece terkutuk itu.

Lady of YeonSung [END]Where stories live. Discover now