O4. Awal Perkara

8 1 0
                                    

Kehangatan menyelimuti suasana pagi di sekolah yang masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang. Parkiran pun masih jarang diisi oleh kendaraan siswa. Lapangan sesekali dilewati oleh siswa yang berseliweran. Suasana masih sangat asri, tidak ada banyak orang.

Fadhil menjadi salah satu siswa yang datang pagi itu. Ia memasuki ruang kelasnya, 12 MIPA 4. Suasana kelas masih kosong. Fadhil menjadi orang pertama yang datang.

Ia segera menaruh tas di bangku paling depan kemudian mengambil sapu yang ada di pojok belakang kelas. Jadwalnya untuk piket memang hari ini. Daripada harus membersihkannya saat pulang sekolah lebih baik saat pagi-pagi buta begini, 'kan?

Fadhil mulai menyapu kelas, diawali dari bangku yang paling belakang, menyisir hingga ke depan. Sesekali ia meluruskan bangku yang tak sejajar. Semua ia lakukan sendirian.

Disaat sedang asyik menyapu sendiri, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kelas. "Permisi, Kak Fadhil ya?"

Fadhil menengok ke arah pemuda tinggi yang ada di depan pintu itu. Tas yang masih tergantung di sebelah pundaknya menunjukkan kalau ia belum sempat pergi ke kelas.

"Iya, ada apa ya?" Fadhil menyandarkan sapunya di salah satu meja kemudian berjalan menghampiri.

"Aku Eja dari 11 IPS 1. Mau nanya aja sih Kak. Kak Fadhil temenan sama Yudha?"

"Oh, Yudha yang kelas 10? Iya itu temen aku. Ada apa sama Yudha?"

Eja merogoh saku celana dan mencari sesuatu. Sesaat setelahnya ia mengeluarkan handphone dan membukanya sebentar. Jarinya bergerak dengan lincah sebelum akhirnya berhenti di aplikasi chatting kemudian membuka salah satu ruang chat-nya. Tanpa mengunci layar handphone-nya, Eja memberikan ponselnya pada Fadhil.

"Ini Kak. Aku nggak tahu maksud dia itu gimana. Aku sama Kak Kei nggak pernah ada masalah sebelumnya," ucapnya saat memberikan handphone pada Fadhil.

Woi, ini Eja kelas 11 IPS?
Gua Yudha kelas 10
Gua mau tanya aja. Ada masalah apa lo sama kak Kei?
Gara-gara cewek itu? Gara-gara cewek sampe ngorbanin nyawa orang? Ewh

Fadhil yang melihat chat dari nomor tak dikenal itu langsung geleng-geleng kepala. Tapi Fadhil yakin betul kalau nomor itu milik Yudha. Fadhil hafal nomor belakang teman-temannya.

Segera ia mengembalikan handphone Eja ke pemiliknya, "Maaf ya. Aku rasa dia salah tangkap. Kemarin kita emang sempet ngomongin orang yang namanya Reza di grup chat. Salah satu orang yang nggak suka sama Kei. Tapi yang dimaksud itu Reza di sekolah lain yang kebetulan kelas IPS juga. Aku nggak nyangka Yudha bakal gegabah kayak gitu. Maaf ya."

Eja mengambil handphonenya kembali lalu tersenyum. "Ya sudah, yang penting salah pahamnya segera diselesaikan ya. Aku nggak mau namaku jelek gara-gara ini." Eja kemudian pergi meninggalkan Fadhil. Namun, sebelum ia benar-benar menjauh Fadhil memanggilnya.

"Eja. Hari ini pulang sekolah tolong datang ke kelas aku lagi," ucap Fadhil sedikit berteriak.

Eja yang mendengarnya hanya menoleh dan mengangguk sambil tersenyum kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Fadhil menepuk wajahnya frustasi. "Kemarin Nico, sekarang Eja. Besok siapa lagi Yud?" Fadhil menghela napas panjang.

"Anaknya udah dateng belom ya? Aduh, anak itu jarang buka hp. Apa tanya Haikal aja?" Berpikir sebentar, Fadhil lalu merogoh sakunya untuk mencari handphone.

Setelah menemukannya dengan segera ia membuka ruang chatnya dengan Haikal. Terlihat riwayat panggilan tak terjawab dan pesan yang belum dibaca sama sekali.

Kal, kemarin nggak apa-apa? Kenapa nggak bales? Kamu hari ini sekolah?

Beberapa menit berlalu, Fadhil masih menunggu balasan dari Haikal. Ia memegang gagang sapunya semakin erat. Tapi tak kunjung ada balasan dari Haikal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Secret of Kei Where stories live. Discover now