[Gianna] Enigma

513 197 18
                                    

"Hei, santailah!" balas Gianna. Dia agak kaget melihat respons Titus yang cukup frontal. "Kamu tidak mau berutang padaku, kan? Jadi, jalan keluarnya adalah kamu harus bekerja denganku." Keputusan gadis itu mungkin bisa disebut impulsif. Namun, Gianna tidak merasa sudah berlebihan. "Jangan terlalu banyak pertimbangan, Titus."

Titus mematung sembari menatap Gianna. Dia terlihat lebih pucat dibanding biasa. Ketika dia bicara, suaranya terdengar sedih. "Aku sungguh tak mau membuatmu susah."

Gianna mengibaskan tangan kanannya di udara. "Aku tidak akan susah. Jadi, kamu tak perlu cemas." Gadis itu tersenyum pada Titus. Laki-laki ini begitu serius. Padahal, jika dia lebih banyak tersenyum, Titus sungguh menawan. "Kita akan membeli pakaian buatmu. Jangan menolak, ya? Setelah itu, kita pikirkan pekerjaan apa yang cocok buatmu."

"Apa kamu tidak keberatan mempekerjakan seseorang yang sudah berumur hampir dua ribu tahun? Orang yang hanya mengerti bahasa Latin dan bahasa Inggris? Selain itu, sewaktu-waktu aku juga bisa tersedot ke dalam pugio lagi. Jika waktuku habis."

Gianna menyipitkan mata. "Memangnya waktumu berapa lama?"

"Aku tidak tahu. Karena tak pernah keluar cukup lama hingga sekarang," ungkap Titus. "Tidak pernah juga ada penjelasan yang mendetail. Hanya disebut bahwa aku tidak bebas keluar masuk, ada batas waktunya."

Gianna berpikir selama tiga denyut nadi. Akal sehatnya mengusir kecemasan yang sempat menusuk dada gadis itu. "Ya, sudah! Kita tak perlu mencemaskan apa yang belum terjadi. Karena tak ada gunanya. Toh, kalau kamu tersedot ke dalam pugio lagi, aku tahu ke mana harus mencarimu. Jadi, jangan jadikan ini sebagai sesuatu yang membuat susah. Oke?"

"Apa memang semudah itu?" Titus tampaknya tak terlalu percaya kata-katanya.

"Ya, semudah itu," balas Gianna, sok tahu. "Paling tidak, kita harus mencari tahu terlebih dahulu, berapa lama kamu bisa berada di luar. Supaya kita bisa menyesuaikan waktunya." Gianna mulai berderap ke arah pintu.

Gianna lega karena kali ini Titus tidak mengajukan setumpuk bantahan. Pria itu mengekorinya. Di dekat tangga menuju lantai dua, mereka berpapasan dengan Angel. Tadi, perempuan itu sempat bertanya tentang Titus, saat Gianna baru datang. Gadis itu hanya menjawab bahwa Titus adalah temannya. Informasi itu sudah pasti tidak dipercaya Angel karena perempuan itu mengenal nyaris semua teman-teman Gianna yang jumlahnya terbatas.

"Mau ke mana?" tanya Angel sambil mengerling ke arah Titus. "Kami belum sempat mengobrol dengan layak," katanya lagi.

"Ada yang harus kubeli. Mengobrolnya nanti saja ya, Mbak? Titus ini orangnya pemalu. Dia juga tidak bisa berbahasa Indonesia," kata Gianna asal-asalan. Yang sebenarnya, dia bahkan tidak tahu cara membiarkan mereka berdua mengobrol tanpa membuat Angel curiga. Tadi, Gianna mengajak Titus keluar dari apartemen pun lebih karena spontanitas. Dia tidak memikirkan hal-hal lain sebagai efek dari keberadaan lelaki itu.

Gianna mengajak Titus mendatangi toko pakaian khusus pria yang berjarak beberapa ruko dari Señorita. Namanya, Maskulin. Pemiliknya adalah teman baik Maureen. Saat melewati Master Kopi, Gianna mampir sebentar. Tujuannya simpel, ingin melihat wajah Hiro.

"Kamu pernah minum kopi, Titus?" tanyanya sembari mendorong pintu kaca Master Kopi. Gadis itu melirik ke arah sang gladiator sesaat.

"Tidak. Aku cuma terbiasa minum anggur atau air putih," balas lelaki itu.

Seperti hari yang lain, Master Kopi selalu ramai di pagi hari. Gianna dan Titus kembali menjadi pusat perhatian dari para perempuan yang berada di Master Kopi. Tepatnya, Titus. Sementara beberapa orang pria yang juga berada di sana, sama sekali tak peduli.

Tadinya, Gianna mengira bahwa penyebabnya adalah pakaian yang dikenakan Titus. Namun, kini dia mulai ragu dengan kesimpulan itu. Lebih mungkin jika Titus mirip feromon berjalan atau menyerupai medan magnet.

The Gladiator | ✔️ | FinWhere stories live. Discover now