01. Seleksi Olimpiade

32 2 0
                                    

Batavia memasuki sesi baru, yap, semester ganjil. Waktu dimana babak baru dimulai untuk menambah nilai kenaikan, kelulusan ataupun pemeringkatan. Mengerikan, bayangan jam tambahan pagi serta sesi les sore hari sepertinya segera terealisasi. Mengingat, peringkat nilai paralel kemarin hanya selisih 0,5 tampaknya di semester baru ini akan ada siswa yang tereliminasi.

Selesai apel pagi, Batavia mengadakan free class selama 3 hari kedepan dengan tujuan bukan lain agar semua cabang ekstrakulikuler latihan secara intensif. Batavia amat berambisi pada Kejuaraan Nasional kali ini, mengejar target setidaknya perolehan 45 medali emas, perak maupun perunggu. Pacuan kuda, anggar, balet, voli, basket serta ekskul favorit lainnya penuh sesak di lapangan dan ruang latihan masing-masing. Kecuali, tentu, siswa yang mengikuti olimpiade bulan depan.

International Math Olympiad awaits.

Sekiranya itulah banner yang terpampang di ruang VI, ruang olimpiade.

"Katrina Teresia Hasibuan ada di ruangan ini? Mohon angkat tangan."

"Ya, Pak?"

"Kamu ngapain disini?" Pak Rusli yang akrab disapa Pak Gendut angkat bicara, berkeliling membawa kertas absensi.

"Ikut seleksi lah, Pak. Yakali main bekel."

"Saya bingung kenapa dulu kamu lolos seleksi penerimaan siswa padahal kelakuan dan nilaimu memprihatinkan. Ngeri saya lihatnya."

"Bapak ngeremehin saya?" Katrina bersungut-sungut.

"Loh nggak, tapi akan lebih baik sadar kapasitas diri. Lihat saja nilai remidimu sebelas dua belas dengan ukuran sepatu."

"Tapi bisa aja kali ini saya lolos seleksi jadi peserta olimpiade," balas Katrina tak mau kalah.

Pak Gendut mengangguk. "Bisa. Kalau ada kesalahan sistem."

"Berikutnya, Karissa Ganeetha Wanodya."

"Hadir, Pak."

"Sudah baik-baik saja?" tanya Pak Gendut, lugas tapi dapat dimengerti satu ruangan. Karissa diam sejenak lalu mengangguk. "Kamu tertinggal banyak materi tapi tidak menyerah. Saya hargai itu, semangat."

"Laura Eurydice Evanthe."

Ah, si bintang sekolah.

"Hadir, Pak."

"Oke lengkap, untuk menghemat waktu mari kita mulai seleksi olimpiade hari pertama. Awali dengan berdoa menurut kepercayaan masing-masing."

"Soal terdiri dari 6 problema dengan bobot 7 angka disetiap soal, kerjakan selama empat setengah jam untuk 3 problema. Seleksi berlangsung 2 hari. Materi meliputi kombinatorika, geometri, aljabar, dan teori bilangan. Tetap tenang dan konsentrasi. Kecurangan dalam bentuk apapun tidak ditolerir."

"Yang ketahuan membawa contekan atau sejenisnya akan disanksi, yap, betul, nilai C dimata pelajaran matematika semester ini, yang mana akan mempengaruhi keseluruhan nilai raport kalian. Watch your step."

"Hitung mundur melalui komputer kalian segera berakhir."

"Sekarang. Mulai."

Serentak senyap. Otak mereka seketika berkelana menjelajah materi yang dipelajari semalam suntuk. Mencoba mengutak-atik angka, mencocokkan dengan rumus sebelum menjentikkan tangan menulis deret angka yang dirasa benar.

Hening, 30 menit berlalu.

Sebelum akhirnya decit pintu ruang olimpiade terdengar, menampilkan siluet laki-laki jangkung dengan kaos hitam, menenteng baju osis di lengan kiri. Sesaat tampilan siswa itu bukan seperti anak sekolah pada umumnya, ia lebih mirip laki-laki antah-berantah, terlebih rambutnya yang basah dan acak-acakan.

MetamorfosisWhere stories live. Discover now