SEMENJAK kepindahan, Sheila tetap melanjutkan kehidupan sebagaimana mestinya.
Ada banyak planning dan list yang Sheila tulis untuk ia wujudkan. Karenanya, setelah bertahun-tahun Sheila bekerja keras akan mimpinya, ia mampu mewujudkan semua list yang sudah ia lewati bersama Yazid. Yaitu, memenuhi rukun agamanya untuk beribadah haji. Mengunjungi kota yang Allah Subhanahu wa ta'ala muliakan.
Namun, ternyata. Dari semua pencapaian itu, Sheila menyadari akan satu hal yang belum ia capai. Tidak, lebih tepatnya, sesuatu yang belum Allah takdirkan bersama.
Yaitu, pernikahan.
Tiga tahun lagi usianya mencapai kepala tiga. Namun, Allah masih memberikan ia kesempatan untuk lebih belajar dan menyiapkan diri sebelum benar-benar Allah pertemukan.
Karena pada hakikatnya, pernikahan bukanlah sebuah pencapaian. Melainkan tentang kesiapan dua manusia beserta kedua pihak keluarga untuk saling berhubungan dengan baik. Mengerti satu sama lain tanpa menghakimi, mempunyai tujuan sama, yaitu mencari ridho untuk menuju jannah-Nya.
Allahumma inni as aluka hubbaka wa hubba may-yuhibbuk. Wal'amalal-ladzhi yuballighunii hubbaka. Allahumaj'al hubbaka ahabba ilayya min-nafsii, wa ahlii wa minal maa-il baarid.
Disaat semua orang selalu bertanya mengenai usia dan pencapaian yang mereka maksudkan. Sheila tak pernah berhenti untuk berdoa, jikalau memang jodohnya bukan kematian, Sheila meminta dengan sungguh agar hati ini hanya jatuh pada seseorang yang mempunyai kecintaan terhadap sang Maha Pemberi Cinta itu sendiri.
Rumahnya bagai surga, itulah impian Sheila.
Pada usia yang sekarang, Sheila berhasil menerbitkan enam novel. Perempuan itu tak berhenti mengucap syukur karena novelnya selalu menjadi salah satu penghuni dari buku best seller. Karena sejatinya, sebuah buku itu bagaimana isinya, best seller atau tidaknya belum menjamin jika isinya benar-benar memberi pelajaran berharga.
Tahun ini, Sheila menjadi bagian dari tour penulis untuk tiga bulan ke depan. Nantinya, mereka akan mengadakan meet and great menuju kota-kota di Indonesia, dan bulan ini Sheila harus ke Jakarta.
"Kak Sheinya mau kerja dulu sayang."
Menggendong anak kecil yang masih berumur empat tahun, Sheila tersenyum seraya mencium-cium pipi gembulnya lembut.
Namanya Faheem Muhammad Al-Ghazi, keponakan Sheila sekaligus putra pertama dari Ghaazi dan istrinya, Raheem. Abangnya memang sudah menikah empat tahun lalu bersama sosok perempuan yang selalu menerapkan hidup minimalis. Bahkan, kisah mereka berdua membuat Sheila tak berhenti tersenyum mendengarnya.
Karena kakak iparnya itu pula, Sheila bisa melihat kebahagiaan Ghaazi tercipta. Lelaki ramah yang sekarang menjabat sebagai Direktur di salah satu Perusahaan.
"Faheem mau apa, hm?" tanya Sheila, menatap bocah itu dengan gemas.
"Kak Chei mau kelja, kelja di mana?"
Disaat pengucapan itu belum benar, Sheila terkekeh. "Kak Shei mau sekolah dulu, mau ngajar."
"Sudah, ya. Nanti Kak Shei terlambat," ucap Raheem, mengambil alih putranya. Netra perempuan dengan khimar hitam itu seketika membulat kaget karena Faheem menarik tas selempang Sheila, membuat tasnya jatuh karena Sheila tak menyadari itu.
"Astagfirullah, nak." Raheem menghela napas membuat Sheila tersenyum sembari menggeleng.
"Gak papa, Kak," ucap Sheila.
"Maaf, ya, barang-barang kamu jadi keluar gini." Raheem ikut mengambil barang-barang Sheila yang keluar. Lantas, perempuan itu memberikan buku diary pada Sheila, membuat Sheila sedikit termenung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEIRAZ PLAN ✓
Teen Fiction"Tidak ada jatuh cinta yang lebih baik dari pada menjemputnya dengan cara yang baik." Atharazka Rayyan Ahza, sejak pertama kali memasuki Manajemen, atensinya sudah mengarah pada salah satu gadis yang sangat berbeda dengan gadis yang selama ini ia te...