Pilihannya : melepas atau tetap menggenggam mawar (2)

80 7 0
                                    

Nuansa angin sejuk yang dihembuskan AC buatan negeri matahari terbit yang menempel di dinding ruang kamar tak mampu meredam panas yang membuncah di hati Mina. Betapa tidak, sepucuk surat pernyataan yang baru saja berpindah tangan padanya dari sang ibu mertua berhasil meruntuhkan mahligai pernikahannya yang baru berjalan 2 tahun. Ali, suaminya, masih takzim berdiam di kursi meja rias memandang sendu, tersirat ketidak tegaan di matanya.

"Keputusan ini sudah melewati pertimbangan yang matang, Na. Ibu sudah melalui diskusi panjang dengan Ali, Syita dan Liza." Bu Yana, ibu mertua Mina diam sejenak, seolah mengukuhkan bahwa pengambil keputusan dalam keluarga ini sekarang adalah ibu mertuanya tersebut. Lanjutnya "...Sara juga mengikut pada keputusan ini".

Mina masih diam, meresapi kata demi kata yang baru saja didengarnya. Sesak dirasakan saat nama Ali disebut turut andil dalam hal ini, Syita dan Liza adalah iparnya yang tentu saja sangat mendukung Bu Yana. Sedang Sara, nama wanita orang ketiga dalam pernikahannya dengan Ali, merupakan sahabatnya dari masa SMA hingga bangku kuliah, lebih menyesakkan lagi.

"Bagaimana dengan Bapak, abang?" Pandangan Mina mengarah pada Ali yang masih menatapnya. 

Ali tergagu sesaat, "Itu..."

"Tidak perlu membebani Bapak yang masih dirawat. Saat ini semua keluarga sudah sepakat, ini bukan hanya dari keinginan ibu saja." Bu Yana mengambil alih jawab yang tentu saja semakin membuat gemuruh di hati Mina.

"Tanggung jawab apa yang akan abang hadapkan pada bapak atas pilihan abang yang menyakitiku ini?" Pandangan Mina masih belum beralih dari suaminya. Ia dan Ali tahu bahwa Pak Mashur, ayah mertuanya, tidak akan membiarkan Ali menyakiti Mina sedikitpun. Seluruh anggota keluarga Mashur bahkan tahu bahwa Mina adalah menantu kesayangan yang dipinang sendiri oleh Pak Mashur untuk Ali.

Tatapan Ali runtuh, menunduk dalam tidak dapat menjawab pertanyaan Mina. Di dalam hatinya sungguh tidak ingin berada di posisi ini. Ia merenung mencari letak awal mula kekeliruan yang terjadi dalam rumah tangganya.

"Hhhh..." Helaan gusar Bu Yana terdengar jelas. "Ibu sudah cukup bersabar dengan sikapmu selama ini, Mina. Bukankah dari awal kamu sadar bahwa saya tidak pernah menyetujui pernikahanmu dengan Ali. Di keluarga ini hanya suamiku saja yang memberi tempat untukmu di rumah ini."

Kali ini air mata Mina tidak bisa ditahan untuk tak jatuh. Akhirnya setelah sekian lama kalimat yang paling ditakutkan terucap juga dari ibu mertuanya. Di tempatnya, Ali masih menunduk dalam. Nalarnya menemukan titik kunci penyebab prahara rumah tangganya dari ucapan emosi ibunya.

"Memang firasat ibu tidak salah. Kehadiranmu hanya membawa ketidaktentraman disini. Kamu lihat sendiri 'kan Ali, penyakit bapakmu kambuh lagi hingga sempat kritis. Cihh, menantu yang dibawa dengan tangannya sendiri hanya mengundang celaka baginya" rutukan Bu Yana seolah mengharapkan Ali agar segera tegas pada Mina untuk menandatangani surat pernyataan tersebut. Hingga Ali mengangkat wajah, kembali menangkap pandang Mina, ketegasan tersorot di pekat hitam retinanya. Ada keyakinan yang mantap disana.

Sekarang Mina yang mengalihkan pandangnya, menunduk dan memejam, membiarkan air mata menderas. Bertambah sakit hatinya dengan sorot mata yang didapatinya dari suaminya tadi. Ia tahu perangai Ali, ia bisa mengerti bahasa tubuhnya. Lalu ia memantapkan hati untuk apa yang akan ia dengar dari Ali.

"Abang akan adil, dek. Abang tidak akan menelantarkanmu dan Yandi. Abang menyayangi, mencintai kalian sampai kapanpun." Ucapan Ali menggerakkan kepala Mina mengarah pada balita mungil yang terlelap di sampingnya. Buah pernikahannya dengan Ali, putranya yang baru berusia 13 bulan, cucu kesayangan Pak Mashur.

"Abang memilih ini bukan atas dasar keegoisan abang sendiri, abang ingin menghargaimu dan juga berbakti pada ibu kandung abang. Dalam agama pun ini tidak dilarang, dek. Abang yakin ini solusi yang tepat saat ini."

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang