Menjauh adalah langkah awal mengakhiri kisah (1)

117 7 0
                                    

Jemuran tali kayu di halaman samping rumah kecil keluarga Pak Halim mulai akrab dengan rutinnya pakaian balita yang bertengger disana. Dua minggu sudah berlalu sejak palu putusan bercerai resmi diketukkan oleh hakim pengadilan agama. Detik itu pun Mina memutuskan untuk tidak kembali ke kediaman keluarga Mashur, dan memilih langsung pulang ke rumah orangtuanya, dimana Yandi sedang dijaga oleh Bu Raina, ibu kandung Mina. Mina bukannya tak paham tentang masa iddah yang dijalani di rumah suami, hanya saja Mina tak mampu menjalani masa-masa itu di kediaman keluarga Mashur. Hari itu Mina menghadiri persidangan didampingi Pak Halim, Ariya dan Seri, kakak iparnya. Sementara di pihak Ali tampak Bu Yana dan Syita, tidak ada Liza karena ia sedang menunggui Pak Mashur di rumah sakit swasta di propinsi yang aksesnya harus menyeberang lautan karena berbeda pulau.

Sehari sebelum persidangan lalu, Mina menangkap suara Liza yang bergetar akibat tangisannya melalui koneksi telepon. Liza menyesalkan apa yang terjadi, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa karena semua ini adalah harapan Bu Yana. Pasti berbeda jika Pak Mashur tidak jatuh sakit, tidak mungkin hal ini menimpa rumah tangga Ali dan Mina. Bu Yana tergolong istri yang takluk pada suami, seambisi apapun dirinya tetap saja tak berkutik untuk menentang keputusan pak Mashur. Bu Yanac ukup berani untuk mengambil langkah mendesak Ali agar menikahi Sara dan mengakhiri hubungannya dengan Mina di saat Pak Mashur tengah dirawat. Dibalik keberaniannya tersebut, Bu Yana telah menyimpan berbagai alasan sebagai jawaban bila saja Pak Mashur kembali sehat dan pulang, yang tentu saja akan murka dengan berpisahnya Ali dan Mina.

"Bagus cuacanya hari ini, Na, pakaian Yandi akan bisa segera kering," suara Bu Raina membuyarkan lamunan Mina yang sedari tadi menatap ke arah luar jendela. Bu Raina kembali menepuk-nepuk Yandi yang menggeliat setelah sesaat lalu tertidur di sampingnya sambil menonton TV.

Mina menoleh, tersenyum, sadar akan ibunya yang sepertinya memperhatikannya melamun, "iya, Bu."

Mina bangkit dari kursi menuju karpet, berbaring di belakang ibunya lalu memberi pelukan. Mina menghela napas panjang sebelum mengutarakan inginnya yang beberapa hari ini mengusik hati dan pikirannya.

"Apa yang ingin kamu lakukan, Na?" seolah tahu, Bu Raina membuka percakapan kearah itu. Ia sangat tahu kebiasaan Mina jika ada hal yang ingin disampaikan. Meski ada sedikit ragu pada apa yang hendak Mina ingin katakan.

"Mina ingin ke propinsi Bu, ingin kerja. Mina tak bisa hanya berpangku disini dan mendengar perkataan-perkataan yang mengusik kita, Bu." Suara Mina lirih. Bu Raina masih membelakangi Mina, tangannya masih asik menepuk- nepuk bokong yandi.

"Jujur saja, Mina tidak sekuat itu untuk tidak mengacuhkan pertanyaan dan perkataan orang-orang tentang perpisahan kami. Terlebih Mina sesungguhnya ingin menjauh dari keluarga abang Ali. Meski Mina memang meminta abang Ali untuk tetap memperhatikan Yandi, namun kehadirannya yang hampir setiap sore menemui Yandi kadang terasa mengiris luka hati lagi", Mina mengeratkan pelukannya, membenamkan wajah di leher ibunya, mengharap sesak yang muncul di hatinya berpindah ke hidung.

Bu Raina paham kondisi hati Mina, kegundahannya tentang ucapan orang sekeliling yang sepertinya senang melihat prahara rumah tangga putrinya ini. Tak jarang Bu Raina mendengar omongan ibu-ibu rumpi yang sampai hari ini masih menghangatkan kabar perceraian Mina. Atau ketika ia berbelanja ke pasar selama dua minggu ini, selalu saja ada pertanyaan tentang kondisi Mina yang hanya basa-basi untuk mengorek kembali fakta tentang perpisahan mereka. Lebih miris lagi, perkataan orang-orang yang dipenuhi dengki pada keluarga Pak Halim yang menghembuskan kabar tentang Mina yang dianggap membawa sial dan tidak bisa membawa diri dalam keluarga Mashur sehingga Ali memilih berpisah. Dan kehadiran Sara, calon menantu idaman Bu yana, yang banyak sebagian orang anggap lebih layak menjadi istri Ali. Situasi tersebut juga tak luput dialami Yahya, adik bungsu Mina, yang masih bersekolah di sekolah menengah atas, dimana kabar perpisahan Mina dan Ali juga menjadi bahan pergunjingan para siswi disana.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang