Cinta tak pernah memaksa meski hadirnya terpaksa (3)

88 6 0
                                    

"Lepaskan!" Mina berupaya mengelak, menarik tangannya.

"Padahal jika kamu mau, saya bahkan bisa memberimu rumah dan berlian. Kamu tinggal duduk santai saja. Saya benar-benar sayang kamu, Mina", Perkataan Toni terdengar menjijikkan bagi Mina.

"Saya bukan wanita seperti itu pak. Lepaskan saya! Anda bisa cari perempuan yang mau begitu dengan anda." Mina masih berusaha melepaskan diri, namun cekalan tangan Toni semakin kuat.

Hingga suara deheman berat menggertak tiba-tiba membuat Toni melepas cekalannya. Mina yang sementara berusaha kuat menarik diri terdorong mundur, hampir terjatuh jika saja sosok tegap yang muncul tiba-tiba di belakangnya itu tak menghalanginya.

"Jangan jadi laki-laki yang tak tahu malu. Wanita ini sudah menolakmu, seharusnya kamu tidak memaksanya lagi." Suara itu terdengar santai namun bernada berat. Toni yang tadinya cukup beringas langsung berubah ciut menyadari bahwa pria yang menegurnya tersebut merupakan salah satu pemimpin di perusahaan ini.

Mina yang telah berdiri tegak kembali, segera menunduk setelah sesaat menatap wajah lelaki bertubuh tegap tersebut.

"Jangan mengganggunya lagi jika kamu masih ingin bekerja disini!", sebuah ancaman yang berhasil menggetarkan lutut Toni.

"Ma-maaf pak, saya tidak akan mengulanginya lagi." Toni membungkuk memohon.

"Minta maaf lah padanya," Ucap sosok itu menggerakkan kepala pada Mina yang diikuti permintaan maaf Toni.

"I-iya, maaf Mina, tolong lupakan apa yang saya katakan tadi".

Mina mengangguk. Masih menunduk, tak berani mengangkat wajah pada Toni maupun pada lelaki di sampingnya yang telah menolongnya di situsi sulit ini.

Lelaki itu maju mendekati kulkas pantry, mengambil sebotol air mineral yang masih bersegel di dalamnya, lalu keluar melewati Mina dan Toni yang masih tertunduk. Ia juga sempat melirik box ponsel yang masih bersegel menandakan barang baru dibeli. Tidak lama kemudian Mina pun segera keluar, tak berbicara apa-apa lagi pada Toni. Ia bergegas menghampiri Uci yang masih berdiri di dekat pintu pantry, setia menunggu Mina untuk pulang bersama.

Uci menyambut genggam tangan Mina yang agak dingin, bertanya pelan, "Kamu tidak apa-apa, Na?"

Mina mengangguk, "Ayo kita pulang!"

Uci mengikut, ia pun ingin menceritakan sesuatu pada Mina. Uci membawa motor pinjaman dari sepupunya, ia akan mengantar Mina pulang. Kebetulan alamat tempat tinggal mereka searah.

-----

Arga meletakkan botol air mineral yang telah diminumnya setengah di atas meja kerjanya di lantai 7. Ia baru menyelesaikan kegiatan sidaknya yang baru tiga bulan ini ia rutinkan tiap dua atau tiga minggu sekali, mengikuti saran ayahnya, Hanan Hanafi, direktur utama sekaligus pemilik saham terbesar Veno Corp. Ayahnya memberi saran agar Arga bisa mengenal seluk beluk kondisi perusahaan, baik dari situasi bangunan, sistem kerja serta kondisi karyawannya bahkan sampai level HK sekalipun. Arga menggantikan ayahnya yang selama ini melakukannya sejak perusahaan ini berdiri. Ini juga menjadi syarat baginya untuk menjadi pewaris utama posisi direktur utama selain ia harus menikah dahulu sesegera mungkin. Selama sidak pribadinya tiga bulan ini, Arga sudah beberapa kali menemukan situasi tidak terduga yang terkait aktivitas para karyawan menjelang pulang malam hari di akhir pekan. Dan kali ini ia berhasil menyelamatkan situasi seorang OB yang mendapat perlakuan kurang nyaman di pantry lantai 5 tadi.

Pukul 8 malam tadi ketika kantor sudah mulai sepi, Arga berkeliling ke lantai 5, lokasi terakhir target sidaknya. Ia sebenarnya ditemani Arlian, sepupu sekaligus sahabatnya yang juga berkantor di lantai yang sama dengannya. Saat melewati area kerja karyawan, Arlian berbelok menuju meja kerja Elsa, staf yang baru bekerja lima bulan disini yang terkenal cantik dan rajin. Elsa ternyata sedang lembur, dengan beberapa staf lainnya yang sibuk di mejanya masing-masing. Arga hanya menggeleng melihat sikap playboy Arlian yang sudah melaporkan keberhasilannya menggaet Elsa kemarin siang. Ia meneruskan langkah menyisiri ruangan demi ruangan hingga mendekati pantry.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang