Bab 26

561 64 4
                                    

Hal-hal berjalan dengan lancar sesuai harapannya. Setelah Amaterasu semakin memuncak, apa yang diinginkan Sasuke semakin mudah tercapai. Apa lagi ketika ia berhasil mengantongi izin resmi dari lima pemimpin negara besar--yang katanya ditakuti oleh Hyuuga.

Intensitas undangan yang dikirimkan Izuna Corp. semakin banyak setiap harinya. Madara sudah terlihat kalang kabut ketika ajuan kerja samanya sama sekali belum ditanggapi oleh Amaterasu. Pria tua itu akhir-akhir ini juga terlihat stress, ditambah lagi ia dengar dari Kakashi, keuangan Izuna Corp. mulai menurun tiga bulan terakhir ini.

Sasuke pun tak mengambil pusing. Justru ia senang dibuatnya. Tapi tak menutup kemungkinan ia ikutan prihatin melihat kondisi kedua orang tuanya. Mereka semakin ditekan oleh kehadiran Madara. Dan Sasuke yakin, sepanjang darah Uchiha mengalir di setiap jaman kehidupan, Madara adalah satu-satunya pemimpin klan yang paling egois dan paling bodoh yang dia kenal. Pria tua itu selalu menilai sebuah keuntungan hanya menggunakan sebelah mata. Tak mencari sisi negatif dari setiap langkah yang dia ambil untuk klan maupun untuk perusahaan bisnis mereka.

Dulu, Izuna Corp. adalah nama ganti dari Uchiha Corporation. Sasuke tak tahu kalau si tua bangka itu ternyata memiliki hati, karena sangking cintanya dengan almahrum pamannya itu, dia merelakan banyak sekali uang untuk mengganti nama perusahaan. Dan Uchiha dalam bisnis pun tergeser oleh Izuna Corp. Orang-orang tak lagi mengenal Uchiha selain nama perusahaan yang berhasil Madara ubah itu.

"Ini enak. Tapi lebih enak di tempat biasanya. Terima kasih, Sasuke-kun." Sakura menghentikan kunyahannya sejenak sembari menatap pria di hadapannya dengan cengiran lebar.

Sasuke mendengus pelan sebelum mengangguk kecil. "Terlalu ramai di tempat biasanya. Aku ingin menghabiskan waktu tenang denganmu."

Sakura tak bisa menyembunyikan gurat kemerahan di pipinya. Setelah satu tahun mereka menjalani hari-hari bersama, Sasuke berubah menjadi sangat terbuka padanya. Termasuk pria itu yang tak lagi canggung dalam mengungkapkan perasaannya.

"Sasuke-kun sekarang lebih senang berbicara dari pada bertindak ya. Begini kan tak lagi seperti hanya diriku yang mencintaimu."

Kini ganti Sasuke yang mendengus keras. Pria itu meletakkan peralatan makan di atas meja sebelum mengalihkan pandangan sepenuhnya ke arah Sakura.

"Kukira aku harus setiap malam membawamu ke ranjang agar kau tahu bagaimana perasaanku padamu," ujarnya blak-blakan.

Sakura cemberut kecil sebelum menyibakkan rambutnya yang tergerai ke samping. Secara tersirat menunjukkan samping dan belakang lehernya kepada Sasuke.

"Ini belum hilang dari satu hari yang lalu. Ituku juga sakit sekali hari ini." Sakura berbisik kesal di akhir kalimat.

"Kau harus menggendongku saat pulang nanti," dengus gadis itu.

Sasuke menyeringai kecil sebelum melahap steak-nya.

"Apakah aku harus membeli apartemen baru? Untuk kita berdua."

Sakura seketika melotot protes. Mau bagaimana dan sekaya apapun pribadi Sasuke sekarang, ia sama sekali tak menyukai saran pria itu untuk membeli tempat tinggal baru.

"Kalau kau bosan di apartemenmu, kau bisa datang ke apartemenku kan? Atau ke tempat lain seperti Arbiter of Light. Jangan menghamburkan uang untuk apa yang sudah kita miliki."

Terkadang, Sakura hanya bisa meringis saat Sasuke dengan cuma-cuma membayar ini-itu seolah itu semua berarti satu sen saja padahal harganya setinggi langit. Ia juga kerap dibuat sebal saat pria itu membelikannya barang-barang branded alih-alih digunakan untuk menabung di masa depan. Yah, siapa yang tahu masa depan seseorang bisa berubah 180° kan? Sakura tak mau Sasuke terlalu menggampangkan suatu hal dan akan kesulitan di masa mendatang. Lebih baik berjaga-jaga sebelum nyata tertimpa batu.

Wrong Between Us Where stories live. Discover now