Bab 34

45.9K 3.4K 111
                                    

BGM : Wind - Jung Seung Hwan

Tiba-tiba inget lagu ini saat aku bikin chaper ini, soalnya pas aku dengerin lagu ini bikin kerasa banget feelnya. Nggak tau sih gimana sama kalian.

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!

Happy Reading
.
.
.

Luxio menunduk dengan melipat kedua tangannya sebagai bantalannya. Tangan kanannya menggenggam tangan kanan istrinya yang tidak terpasang infus.

Jeanna tidak sadarkan diri karena kelelahan menangis dan syok setelah mendengar penjelasan dari kelima dokter yang menangani bayi mereka. Pernyataan itu benar-benar menghancurkan hatinya.

Karena secara tidak langsung, wanita hamil itu mendapatkan kabar kematian untuk kedua calon anak yang dikandungnya yang sampai saat ini masih berbagi nutrisi dengannya.

Luxio yang merasakan tubuh istrinya akan merosot dari pelukannya, segera membopong ke ruang IGD.

Sejak awal, Luxio sudah menolak ketika dokter ingin memberitahukan tentang kondisi kedua anak mereka. Namun Margareth menentang permintaan Luxio, mengingat Jeanna yang mengandung bayi mereka dan berhak mengetahui atas kondisi anak-anaknya.

Ini merupakan kabar buruk bagi Luxio dan lebih menyakitkan dibandingkan penolakan yang pernah Jeanna berikan kepadanya.

Mengapa tuhan begitu kejam padanya?

Mengapa harus kedua anaknya?

Mengapa karma tidak datang padanya saja?

Mengapa-

Mengapa ketika Luxio merasakan kebahagiaan datang kepadanya, tuhan mengambil itu semua, seakan-akan tuhan tidak mengijinkannya untuk bahagia!

"Maaf, maafkan aku. Semua ini salahku hiks." Luxio hancur, pria itu menggenggam erat tangan Jeanna dan terus mengucapkan kalimat maaf yang hanya didengar oleh Luxio sendiri.

"Aku salah, seharusnya dari awal aku tidak pernah memaksamu. Seharusnya-"

Kalimat itu tercekat di tenggorokannya, mata Luxio memerah menangisi keadaan mereka saat ini.

Hanya andai dan andai yang dia pikirkan.

Seandainya saja, seandainya saja Luxio sedikit lebih sabar dalam mendapatkan Jeanna, mungkin istrinya tidak akan meminum terlalu banyak obat penenang yang pada akhirnya membahayakan istri dan calon anak-anaknya.

"Mengapa kau selalu memaksaku? mengapa kau selalu menyiksaku? Aku bahkan tidak mengenalmu bastard." Jeanna menjerit marah, mata gadis itu memerah karena menangis. Bahkan gaun nikahnya sekarang sangat berantakan.

"Menyiksamu! Seharusnya dari awal kau beruntung karena aku tidak memperkosamu dan malah menikahimu." Luxio menatap dingin Jeanna penuh rasa intimidasi dan mencengkram dagu istrinya.

Ya, istri karena mereka baru saja menikah. Meskipun itu adalah pernikahan yang dipaksakan, karena tidak ada satu pun dari keluarga mereka yang mengetahui hal ini. Luxio langsung menyeret Jeanna ke kantor catatan sipil saat menculiknya dan membawanya ke hadapan pendeta agar pernikahan mereka sah di mata agama dan negara.

"Kau memaksaku, kau menculikku, keparat!" Maki Jeanna dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

"Aku tidak akan melakukan hal ini, jika saja kau tidak memulainya dan menolak perasaanku, Jeanna. Aku akan menunjukkan padamu apa arti penyiksaan yang sebenarnya!!!"

Luxio dengan kasar menarik tangan Jeanna yang terus memberontak dan menghempaskannya ke ranjang. Luxio merobek gaun yang dikenakan istrinya dan mulai melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh suami istri dengan Jeanna yang terus berteriak meminta pengampunannya.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Where stories live. Discover now