Bab 35

37.7K 2.7K 91
                                    

Vote sebelum baca, tandain typo!!!!

Happy Reading
.
.
.


Luxio membuka matanya dan menatap Jeanna sendu. Lewat tengah malam, Jeanna kembali menangis. Istrinya itu menangis ketika merasakan kedua bayi mereka bergerak dan menendang perutnya.

Luxio berusaha menenangkannya, mencoba memberikan semangat untuk mereka berdua dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Jeanna tidak perlu memikirkan apapun, yang perlu wanita itu lakukan hanyalah tidak terlalu banyak pikiran berpikiran dan fokus dalam memberikan nutrisi yang baik untuk kedua anak mereka.

"Aku ingin mendengarkan detak jantung mereka"

Jeanna menatap Luxio dengan mata basahnya dan di angguki oleh pria itu.

Luxio turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah nakas, membuka laci paling atas dan mengambil Fetal doppler yang diberikan Margareth pada mereka.

Jeanna bersandar di headboard tempat tidur kemudian Luxio memasangkan alat tersebut dengan menyingkap dress hamil yang di gunakan Jeanna dengan mengikuti arahan yang telah diajarkan oleh Margareth.

Jantung Jeanna dan Luxio kembali berdebar ketika gemuruh detak jantung kedua anak mereka saling bersahutan. Senyum lebar menghiasi wajah keduanya.

"Aku senang kita bisa mendengarnya lagi"

Luxio memeluk Jeanna dari belakang dan mengelus perut istrinya dengan lembut. Senyumnya terus terpatri saat melihat istrinya mulai memejamkan matanya. Tidak lama setelahnya, terdengar dengkuran halus dari wanita hamil itu. Jeanna jatuh terlelap dalam alam mimpi dengan perasaan lega setelah mendengar detak jantung keduanya.

Luxio menatap sendu istrinya dan menyelipkan rambut yang menghalangi wajah Jeanna. Selama hampir dua minggu ini hubungan mereka semakin dekat, pria itu sangat senang ketika istrinya mulai manja  dan membuka diri kepadanya.

Bahkan Luxio tidak pernah lagi mendengar Jeanna yang membantah ucapannya dan mereka tidak pernah lagi berdebat. Karena jika dilihat beberapa bulan sebelumnya, ini pertama kalinya mereka benar-benar menjalani kehidupan sebagai suami istri dan ini merupakan sebuah kemajuan yang sangat luar biasa.

Setiap harinya Luxio juga tidak pernah di buat tidak terpesona oleh Jeanna, tubuhnya yang ideal dengan pahatan wajah yang cantik seperti dewi membuat pria itu tidak ada keinginan untuk berpaling. Sikap Jeanna yang ramah dan tutur katanya yang santun membuatnya benar-benar jatuh hati pada gadis belia itu. Katakan saja Luxio bodoh karena menjatuhkan hati pada perempuan yang jaraknya cukup jauh dengannya, namun bagaimana lagi. Karena kita tidak akan pernah tau pada siapa kita akan menjatuhkan hati, bukan!

Namun kenyataannya, rasa cinta Luxio yang terlalu besar pada Jeanna berujung pada rasa obsesi dan keinginan untuk memiliki wanita itu sepenuhnya, muncul.

Hal itu pula yang membuat awal mula Jeanna merasa terganggu dan risih dengan kehadiran seorang Luxio. Jeanna akan merasakan perasaan terkekang, merasa terbatasi ruang geraknya jika Luxio berada di dekatnya. Hingga akhirnya muncul perasaan muak dan benci yang terus menjalar di relung hatinya.

Melihat Jeanna yang tertidur pulas dan tidak terganggu akan pergerakannya, Luxio mulai merapikan alat tersebut dan menaruhnya di laci nakas, mencium perut istrinya sayang sebelum merapikan kembali dress hamil Jeanna yang sempat pria itu singkap. Luxio mengecup mata, kening dan terakhir bibir istrinya hingga setetes air mata kembali menetes dari iris tajamnya 'Maafkan aku sayang, aku benar-benar minta maaf. Aku menyesalinya sekarang'.

Tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan Luxio sekarang, pria itu merasa sangat terpukul dan hancur, tidak sanggup melihat kondisi istrinya yang terpuruk seperti ini.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Where stories live. Discover now