#22

4.4K 611 22
                                    

"Ceritakan semua padaku".

Pertanyaan itu datang dari Haechan setelah keduanya duduk bersebrangan di ruang tamu kediaman Minjae.

Jaemin menarik nafas dalam, menyamankan duduknya dan menyiapkan hatinya, karena bercerita mengenai takdir buruk yang menimpanya berarti siap untuk tidak dipercaya untuk sekian kalinya.

"Haechan ah, sebelumnya, mungkin apa yang akan aku ceritakan akan terdengar tidak masuk akal bahkan konyol, dan aku tau kau pasti akan langsung tidak percaya, tapi aku mohon biarkan aku bercerita sampai selesai dan mencoba menyakinkan mu".

Si pemuda gemini nampak berfikir sebelum mengangguk setuju.

Lagi-lagi Jaemin menarik nafas dalam kemudian menghembuskan nya dengan keras.

"Aku sudah pernah bilang bukan jika aku adalah Jaemin. Aku tau ini konyol tapi diam dulu".

Baru satu kalimat dan Haechan sudah ingin menyela.

"Aku juga merasa konyol, kau ingat saat aku kabur setelah bersitegang dengan kalian semua di Jepang waktu itu?".

Haechan mengangguk kaku.

"Malam itu adalah malam terakhir aku berada di tubuhku sendiri. Aku pikir kecelakaan waktu itu akan membuatku mati, tapi entah bagaimana aku malah terbangun di tubuh gadis ini".

Jaemin menceritakan segala hal yang terjadi padanya beberapa minggu belakangan. Ia juga menceritakan mengenai Minjae yang sudah tau apa yang terjadi pada Jaemin saat ini.

Setelah Jaemin selesai bercerita Haechan tak langsung menanggapi. Pemuda kelahiran Juni itu seperti masih mencerna apa yang sudah ia dengar dan mencoba untuk percaya.

"Apakah aku boleh menanyakan beberapa hal padamu?". Tanya Haechan setelah cukup lama terdiam.

"Aku akan menanyakan beberapa hal yang tidak diketahui fans atau bahkan sesaeng. Jujur saja apa yang kau katakan masih belum bisa ku terima".

"Tentu saja, kau bisa bertanya banyak hal padaku".

Haechan menegakkan tubuhnya, berdeham kecil sebelum mulai bertanya.

"Siapa nama mu?"

"Na Jaemin, nama yang orang kenal tapi jika kau menanyakan nama asli maka namaku adalah Lee Jaemin".

Baru pertanyaan pertama dan mimik wajah Haechan sudah berubah menjadi lebih serius.

"Kau berapa bersaudara?".

"Sekarang anak tunggal, tapi sebenarnya aku memiliki adik laki-laki yang sudah meninggal akibat sakit saat usianya lima tahun, namanya Lee Yeon Jin ".

"Kau bukan intel kan?".

Jaemin mendengus mendengar pertanyaan konyol yang tiba-tiba keluar dari mulut Haechan.

"Bagaimana bisa kau mengetahui apapun mengenai Jaemin. Bahakan kau tau marga asli Jaemin. Bagaimana bisa?".

"Karena aku Na Jaemin, Lee Haechan."

---

Haechan berjalan lemas menuju dorm nya. Hari sudah lumayan larut saat ia tiba setelah kabur dari kediaman sosok gadis yang mengku Jaemin. Kepalanya pusing, sangat pusing karena memikirkan setiap kata yang dilontarkan oleh gadis tadi.

"Yo, kemana saja kau?".

Kedatangan Haechan disambut pertanyaan oleh Johnny yang kebetulan sedang berkutat dengan ponselnya di ruang santai.

"Jalan-jalan, menghilangkan penat, tapi ternyata malah menambah penat." Jawab Haechan sembari membanting tubuhnya ke sofa. Tengkurap tak berdaya disana tanpa melepas atribut penyamaran yang masih ia kenakan.

"Ada apa?, Kau ketahuan?"

Haechan menggeleng, membenahi posisi tidurnya menjadi terlentang.

"Apa kau percaya dengan hal-hal mistis?".

"Maksudmu?, Hantu?".

"Bukan, seperti perpindahan jiwa. Kau percaya hyung?"

Johnny tak langsung menjawab. Pemuda berusia dua puluh delapan tahun itu menatap Haechan dengan satu alis yang terangkat.

"Kau baru saja selesai menonton film?, Atau membaca novel?".

Benar kan, hanya orang tak normal yang akan percaya begitu saja cerita seperti itu, dan sekarang Haechan merasa sedikit tak normal karena mulai percaya. Pemuda gemini itu akhirnya bangkit dari posisi tidurnya. Duduk dengan kaki terlipat di atas sofa, menghadap ke Johnny sepenuhnya.

"Hyung, bagaimana jika aku berkata bahwa aku baru saja bertemu Jaemin?".

Kali ini ekspresi kaget tercetak jelas di wajah Johnny.

"Kau sudah tahu dimana Jaemin?, Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja?". Tanya Johnny secara bertubi-tubi.

"Tenang hyung, aku belum tau keberadaan Jaemin".

"Lalu?, Katakan dengan jelas kau membuatku pusing".

"Aku bertemu Jaemin tapi bukan Jaemin".

"Eoh?, Apa maksudmu astaga".

"Aku bertemu Jaemin tapi dia ada di tubuh seorang gadis hyung, kau ingat sesaeng yang meresahkan akhir-akhir ini?, Aku bertemu dengannya dan dia mengaku sebagai Jaemin. Bahkan dia tau semua hal mengenai Jaemin yang orang lain tak tau."

Hening, ruangan itu hening beberapa saat sampai tawa yang lebih tua terdengar keras membunuh kesunyian yang sempat tercipta.

"Astaga Lee Haechan, kau sedang berhalusinasi atau apa?"

"Hyung tapi aku tidak berhalusinasi. Gadis itu bahkan tau marga asli Jaemin".

Johnny mencoba meredakan tawanya. Pemuda itu bukit dari duduknya.

"Sudahlah, jangan terlalu banyak menonton film fantasi. Hanya orang gila yang mempercayai hal semacam itu"

Dan setelah itu pemuda itu berlalu begitu saja meninggalkan Haechan yang sedikit dongkol karena ucapannya malah ditertawakan habis-habisan.

"Apa memang aku saja yang sudah gila?"

---

Pagi itu kediaman Minjae terlihat lebih ramai karena ternyata sang kepala keluarga dan istrinya sudah berada di rumah. Jaemin yang masih asik bergelung di atas kasur dibuat terkejut karena ibu Minjae yang tiba-tiba sudah duduk di kasur sembari mengusap lembut kepalanya.

"Bangun sayang"

"Mama?"

Wanita paruh baya itu tersenyum kecil.

"Iya sayang, sudah siang kau harus bangun dan sarapan"

Bukannya bangun, Jaemin malah meletakkan kepalanya di atas pangkuan nyonya Kim. Entah ada apa dengan dirinya, rasanya ia sangat merindukan ibu dari Minjae itu. Padahal keduanya tidak memiliki hubungan apapun dan saat menjadi Minjae pun mereka sangat jarang berbincang panjang. Tapi saat nyonya dan tuan Kim tiba-tiba pergi tanpa pamit padanya kemarin membuat hatinya cemas dan diam-diam merindukan atensi keduanya.

"Ayo bangun, papa sudah menunggu kita untuk sarapan".

"Jaejae masih mengantuk".

"Setelah sarapan kau bisa tidur lagi sayang, sekarang ayo sarapan sebelum asam lambungmu naik".

Tak ada jawaban dari si cantik karena nyatanya gadis itu kembali tidur akibat usapan lembut tangan nyonya Kim di kepalanya.

"Eoh, malah kembali tidur, kau ini sangat mirip kakakmu sama-sama pemalas".

Nyonya Kim mengecup lembut kepala sang anak sebelum keluar kamar, berniat mengambil sarapan karena seperti nya anak gadisnya tak ada tanda-tanda ingin beranjak dari kasur.

Tanpa wanita paruh baya itu sadari, Jaemin tak benar-benar tidur. Ia masih bisa mendengar ucapan lembut yang dilontarkan ibu Minjae dengan kedua tangan yang mengepal di balik selimut tipisnya.

---

TBC

Dikit lagi gapapa yaaa hehehe ..

Happy weekend 💋

Vote dan comment juseyoong

I'M JAEMIN! [NOMIN]Where stories live. Discover now