BAB TIGA

0 1 0
                                    

VALENT ALRECHY menimbang sepasang high heels yang ditemukannya, siap menemukan Cinderella di lain waktu, tentunya di saat sang pengganggu tidak ada. Mungkin ini akan menjadi dongeng pangeran kodok yang mencoba bersaing dengan pangeran yang sebenarnya.

Yah, dia bersedia menjadi kodok jika untuk gadis yang sudah membuatnya jatuh hati. Lagi pula, Clarion dan Jashery belum membuat Eren. Valent melihat peluang yang sangat besar di masa depan.

.

"BAGAIMANA hal-hal antara kau dan Rumy semalam?"

"Aku tidak bisa tidur."

"Dia sangat ganas?"

"Hentikan—"

Mei mengangkat tangan. "Tidak! Kau tidak tahu! Semalam saat aku menyuruhnya mencarimu, dia langsung pergi begitu saja, padahal ada banyak bule seksi yang mengelilinginya."

"Bule seksi apa?"

"Jangan marah, pacarmu tidak menanggapi mereka."

Clarion menggeleng. "Kami sudah putus."

Mei memegang sedotan jusnya dengan wajah tidak habis pikir. Sudah menjadi rahasia umum kalau Rumy jatuh cinta pada pandangan pertama kepada sahabatnya itu. Beberapa waktu lalu mereka menjadi pasangan paling fenomenal di Unisa. Entah kenapa, pada satu waktu Clarion mengatakan kalau mereka sudah putus. Padahal Rumy masih mengintilinya.

"Kenapa kalian tidak balikan?"

"Meisa ...," Clarion jengah, "mustahil aku bersamanya."

"Kenapa? Kulihat kalian masih baik-baik saja."

Clarion berdecak. Jika saja dia bisa mengatakan kalau Rumy bukan manusia. Semua mortal dan yang abadi tidak mungkin berakhir baik. Kalaupun ada, di dalam film, itu hanya ketika mereka bereinkarnasi. Clarion masih senang menjadi manusia, oke?

"Lupakan itu, ayo pergi melihat Raya," katanya.

Mei menyetujui keputusan itu dengan membereskan makan siangnya.

Beberapa hari yang lalu, teman mereka Raya terlibat dalam sebuah kecelakaan mobil. Sang pelaku berniat untuk kabur, tetapi untungnya polisi berhasil mengejar. Meski tidak terlalu parah, pemuda itu tetap harus dirawat selama beberapa waktu. Tapi ya, "teman besar" mereka itu memiliki kemampuan pemulihan yang baik.

Ketika Clarion dan Mei datang, dia sedang membereskan pakaiannya sendiri.

"Kau sudah boleh pulang?" Mei mengambil alih tas yang berantakan.

Pemuda jangkung dengan rambut landaknya yang sudah pundung itu tersenyum dengan perban yang masih melingkar di dahi. "Berada di rumah sakit itu membosankan."

"Setidaknya kirim pesan. Kami bisa datang lebih cepat untuk membantu." Clarion melihat sekeliling. "Pak Michelle tidak di sini?"

Raya menggeleng. "Aku belum memberitahunya."

Karena kedua orang tua yang sibuk, pemuda itu sudah dititipkan ke Pak Michelle sejak kecil. Pak Michelle itu sendiri merupakan salah satu guru sejarah di Unisa, jadi mereka semua mengenalnya.

Clarion memperhatikan sepiring buah apel yang ada di atas meja, mengambil satu dan memakannya, tetapi menyadari sang pasien melihat ke arah sini. "Kau tidak keberatan, 'kan?"

"Tentu tidak." Raya tertawa. Melirik Mei yang masih sibuk dengan barang-barang di lemari, dia bertanya, "Kau balikan dengan Rumy?"

Clarion menggigit apel dengan renyah, matanya yang sipit seakan meneliti. "Tidak."

Jujur, dia selalu punya dugaan kalau temannya ini juga bukan manusia. Meski tidak termasuk pemuda populer di Unisa, penampilan Raya cukup menawan. Dia tinggi, ramah, dan pintar. Sedikit kutu buku, dan yang paling penting adalah dia tidak pernah menyentuh alkohol.

VEGANIES: Dark ReunionWhere stories live. Discover now