Panas Hati

1.1K 200 11
                                    

Haechan tersenyum penuh kemenangan ketika melihat raut wajah Rayan yang tampak tak bersahabat, ketika melihat dirinya yang tengah berngelayut manja memeluk lengan Jisung.

"Jiji~, Echan mau mam es krim" pinta si manis seraya menatap pemuda tinggi itu dengan penuh permohonan.

"Kamu udah makan banyak hari ini mbul, coba liat baby tummy kamu udah buncit kayak begini" kata Jisung sembari mengusap-ngusap perut si manis, yang sukses mampu membuat Rayan tersulut emosinya langsung begitu melihat itu.

"Kamu mau kemana?" tanya Rani bingung begitu melihat gus Rayan yang akan meninggalkannya.

"Saya sedang ada urusan, lebih baik kamu pulang sendiri saja" kata gus Rayan seraya berniat meninggalkan wanita itu, namun niatnya itu harus tak terlaksana karena Rani tiba-tiba mencekal lengannya dengan sangat erat.

"Kok begitu? Kamu jahat banget sih mau ninggalin aku sendirian disini" kata wanita itu sembari menatap gus Rayan dengan tatapan sok sedihnya.

"Jiji Echan mau mam es krim!!, pokoknya titik!!" rengek si manis sembari mendudukkan tubuh berisi nya di atas lantai mall, kemudian pemuda manis itu merengek sembari memeluk kaki Jisung.

"Mbul bangun!! Malu di liat sama orang" si manis menggeleng ribut seraya semakin memeluk kaki Jisung dengan erat.

"Es krim dulu, baru nanti aku mau bangun" Jisung hanya mampu menghela nafas menghadapi sikap keras kepala gembul satu ini.

"Iya, iya nanti Jiji beliin tapi kamunya bangun dulu" mata bulat si manis sukses berbinar begitu mendengar ucapan Jisung barusan.

"Yeay!! Jiji yang terbaik" teriak si manis senang seraya berdiri dari acara duduknya di atas lantai, kemudian setelahnya pemuda manis itu melompat-lompat kecil berniat mencium pipi Jisung.

"Jiji tinggi!! Echan gak nyampe cium pipinya" kata si manis kesal sembari menatap Jisung dengan penuh permusuhan.

Jisung hanya mampu menggigit pipi dalamnya begitu melihat tingkah si manis yang begitu terlihat menggemaskan di matanya, kemudian pemuda tinggi itu menundukkan sedikit tubuhnya sampai si manis bisa mencium pipinya tanpa kendala.

"Nih! Udah nyampe kan?, sekarang cium dong" tanpa di mintai dua kali pemuda manis itu langsung saja mencium pipi Jisung.

"Kamu cari saja Rina, saya sudah tak bisa menemani kamu berbelanja lagi" wanita itu mendecih tak suka begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.

"Kalau nanti aku di culik gimana?!! Kalau nanti ada yang ngedeketin aku gimana? Rayan aku takut sendiri, secara gadis cantik kayak aku pasti banyak yang ngincer" Rayan memilih tak ambil pusing dengan rengek-kan teman semasa kecilnya itu, pemuda tampan itu sudah kepalang emosi ketika melihat manisnya yang mencium pipi orang lain.

"Haechan!!" Rayan menatap manisnya dengan tajam, Rayan tak bodoh dirinya tahu betul kalau manisnya tengah cemburu karena melihat kedekatan-nya dengan Rina.

Namun Rayan bersumpah dirinya sama sekali sekali tak menaruh perasaan apapun kepada wanita itu, Rayan mendekati wanita itu hanya semata-mata tengah bernostalgia dengan masa kecilnya saja.

"Ikut saya" kata Rayan sembari menarik lengan manisnya dengan kasar.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jusuf mendecih tak suka ketika melihat manisnya yang tengah menyuapi Mark es krim, apalagi melihat posisi mereka yang begitu dekat mampu membuat Jusuf terbakar api cemburu karenanya.

"A'! Aa'!!" Jusuf terlonjak kaget ketika tiba-tiba saja Rina berteriak tepat di depan telinganya.

"Ada apa?" Rina cemberut ketika menyadari Jusuf tak mendengarkan ucapannya sama sekali.

"Ih aa'!! Aku tuh nanya warna mana yang paling bagus buat aku pake" kata Rina sebal sembari menunjukkan baju gamis berwarna hijau dan biru.

"Oh, warna yang mana aja pasti cocok buat kamu" pipi Rina sukses memerah begitu mendengar ucapan gus Jusuf barusan.

"Aa' bisa aja" Katanya sembari tersenyum malu-malu.

"Anak pintar" puji Mark sembari mengusap-ngusap rambut hitam Jeno dengan penuh kasih sayang.

"Hentikan Mark!, saya malu" Mark hanya terkekeh pelan ketika melihat pipi si manis yang memerah.

"Daripada bersama dengan gus Jusuf kenapa kamu tidak bersama dengan saya saja?" kata Mark sembari tersenyum tampan ke arah Jeno yang sekarang ini tengah menatapnya dengan jijik.

"Kamu terlalu alay, saya tak suka" Mark hanya mampu meringis pelan begitu mendengar ucapan pemuda sipit itu barusan.

"Saya alay?" tanya Mark memastikan, yang di jawab oleh anggukan Jeno setelahnya.

"Kamu terlalu banyak menggombal, kamu juga terlalu banyak tebar pesona kesana kemari" untuk ukuran orang seperti Jeno, Mark baru tahu kalau orang semacam itu memiliki pendapat yang terlalu berlebihan serta memiliki mulut yang cukup pedas.

"Dari mananya saya tebar pesona kesana kemari? Saya hanya tebar pesona kepada kamu Jeno" Jeno menggeleng tak setuju dengan ucapan Mark barusan.

"Yakin hanya saya? Buktinya saat kita memasuki mall tadi banyak sekali wanita yang menatap kamu dengan genit" kata Jeno sembari menatap pemuda camar itu dengan sinis.

"Itu karena saya terlalu tampan, maknanya banyak sekali yang menggoda saya tadi" kata Mark sembari menyisir rambutnya ke belakang.

"Jeno!!" keduanya kompak menoleh ke arah gus Jusuf yang tengah menatap mereka dengan tajam.

"Ada apa gus?" tanya Jeno seraya menyandarkan kepalanya di bahu lebar Mark, membuat Jusuf menggeram kesal karenanya.

"Ikut saya" kata Jusuf sembari berniat meraih tangan manisnya, namun segera di hadang oleh tangan Mark yang tiba-tiba saja memeluk tubuh manisnya dengan sangat erat.

"Gus ada perlu apa dengan kekasih saya?" tanya Mark sembari mencium pipi manisnya dengan mesra.

"Mark!!"

TBC

Hari ini kayaknya panas banget ya?.

Gus ReseWhere stories live. Discover now