Pulang

946 189 29
                                    

Hari sudah menjelang sore namun sepasang ayah dan anak itu masih berkeliaran di luar rumah, walaupun keringat sudah membanjiri tubuh mereka namun sepertinya mereka tak berniat menghentikan aksi mereka yang tengah mencari seorang pemuda manis kesayangan keduanya.

"Kita pulang dulu yuk Jen, sudah hampir magrib tak baik jika kita berdua masih berkeliaran di luar rumah seperti ini" Jeno menggeleng pelan seraya mengusap keringat yang sudah membanjiri wajahnya menggunakan sapu tangan.

"Tapi Haechan masih belum ketemu, Jeno tak akan mau pulang jika tanpa dia" Johnny hanya mampu menghela nafas lelah begitu mendengar ucapan sang anak barusan.

"Kita bisa lanjutkan besok lagi Jen, untuk sekarang lebih baik kita pulang dulu saja" bujuk Johnny sembari menepuk pundak sang anak dengan pelan.

"Tapi Jeno masih belum lelah, ayah pulang saja sendiri biar Jeno yang melanjutkan mencari Haechan lagi" Johnny menggeleng tak setuju dengan apa yang sang anak katakan barusan.

"Jen, dengarkan ayah" kata Johnny seraya memberi gestur sang anak untuk menatap ke arahnya.

"Ayah tau kalau kamu sangat mengkhawatirkan Haechan, tapi kamu juga jangan sampai melupakan diri kamu sendiri. Kamu juga harus istirahat Jen jika kamu sampai sakit yang ada nanti kita tak bisa cepat-cepat menemukan dia" Jeno hanya mampu diam begitu mendengar ucapan sang ayah barusan.

"Ayah membawa baju ganti kan?" tanya Jeno tiba-tiba.

"Tidak Jen, di mobil hanya ada baju yang kita pakai untuk shalat jum'at tadi siang" jawab Johnny seraya merenggangkan otot nya yang terasa sangat kaku.

"Tak apa setidaknya kita memiliki baju ganti, ayo cari masjid terdekat kita bisa istirahat di sana untuk beberapa saat. Daripada harus pulang ke rumah dulu itu akan memakan waktu lama" kata Jeno yang langsung di angguki oleh sang ayah.

"Baiklah jika itu mau kamu" kata Johnny seraya berjalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana, kemudian di susul oleh Jeno setelahnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kali ini gus Rayan yang menjadi imam di masjid yang terletak tak jauh dari rumah sang bibi, dengan setelan serba putih yang di kenakan olehnya mampu membuat beberapa anak gadis menjerit lantaran tak kuasa melihat ke-tampan-nya.

'Saya seperti mengenali suara imam itu' batin Jeno ketika mendengar suara gus Rayan yang tengah melantun-kan surat al-fatihah.

'Tapi tak mungkin kan jika gus Rayan berada disini?' lanjutnya yang sampai membuat shalat magrib nya kali ini menjadi tak khusyuk, bahkan sampai rakaat terakhir pun pemuda sipit itu masih membatin.

Setelah shalat magrib selesai di laksanakan Jeno langsung saja menghampiri sang ayah yang masih terduduk si barisan belakang.

"Sebelum mencari Haechan kembali kita harus makan dulu Jen, ayah yakin kamu juga pasti merasa lapar kan?" kata Johnny seraya berdiri dari duduknya.

"Hmm sedikit" jawab Jeno sembari mengusap perutnya yang terasa sedikit perih.

"Baiklah kalau begitu ayo kita cari warung makan dulu" Jeno hanya mengangguk sembari mulai berjalan keluar dari masjid, kemudian di susul oleh sang ayah setelahnya.

"Yah sendal gue kok putus sih!" tubuh Jeno dan Johnny kompak menegang begitu mendengar suara seorang pemuda yang sudah sangat keduanya rindukan akhir-akhir ini.

"Kenapa Chan?" tanya gus Rayan sembari menatap si manis yang tengah cemburut.

"Sendal gue putus" jawab si manis seraya memperlihatkan sandal kesayangannya yang talinya sudah putus.

"Mau pakai sandal saya?" tanya Rayan sembari menyodorkan sandal nya ke arah si manis.

"Ehh jangan kak Ray, dia kan bayi bagong yang ada sandal kakak nanti ikutan putus juga" si manis mendelik sinis ke arah gus Jusuf yang baru saja berbicara.

"Eh itu congor lu bener-bener minta banget gue timpug ya!!" kata si manis kesal seraya melemparkan sandal-nya ke arah gus Jusuf, yang langsung dapat di hindari oleh pemuda tampan itu.

"Ayo Chan pakai saja, jangan dengarkan apa yang jusuf katakan" kata gus Rayan sembari menaruh sandal nya di hadapan kedua kaki si manis.

"Haechan?!" tubuh si manis terlonjak kaget ketika mendengar suara sang ayah baru saja memanggil namanya.

"Ayah?!! Jeno?!!" mata bulat si manis sukses melotot begitu melihat sang ayah dan juga sang kekasih yang berdiri tak jauh darinya.

"Chan ayah merindukan kamu" kata Johnny sembari berjalan dengan tergesa ke arah si manis, begitu sampai pria paruh baya itu langsung saja memeluk tubuh sang anak yang masih mematung karena shock.

"Ayo pulang, rumah terasa sepi karena tak ada kamu"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kini Johnny, gus Rayan dan juga gus Jusuf tengah berbincang di ruang tamu sedangkan untuk Haechan dan Jeno. Kedua pemuda manis itu sekarang ini tengah saling diam di dalam kamar Haechan.

"Chan?" panggil Jeno seraya menyentuh lengan si manis dengan pelan, namun mampu membuat si manis tersentak kaget karenanya.

"Kenapa kamu kabur dari rumah? Apa kamu marah karena takut kasih sayang ayah kamu akan terbagi setelah ini?, kamu jangan khawatir Chan jika itu yang kamu takutkan saya jam--" Haechan langsung memotong ucapan Jeno, sebelum pemuda sipit itu mengatakan hal yang tidak-tidak semakin jauh lagi.

"Bukan!!, gue gak masalah kalau misalnya kasih sayang ayah akan terbagi setelah ini. Gue gak ngerasa iri atau apapun itu, gue cuma"

"Cuma?"

"Gue gak mau putus dari lu"

TBC

Ceritanya makin aneh gak sih?

Gus ReseWhere stories live. Discover now