10. Unknown Number

127 52 4
                                    

"Nih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nih." Gara menyodorkan sekaleng minuman soda dingin yang dia ambil dari kulkas pada Dewa. Laki-laki berahang tegas itu mendudukkan bokongnya di sebelah sang kakak yang nampak sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Ah, ayolah ini sudah malam, apa dia tidak lelah setelah seharian bekerja?

"Kusut banget muka lo Kak, lagi ada masalah di kantor?" Celetukan itu membuat Dewa menatap adiknya sekilas seraya menerima minuman itu.

Gara meletakkan ponselnya di atas meja tepat di sebelah tumpukan map kertas milik Dewa tentunya.

Dewa membuka kaleng soda dan meminumnya hingga tinggal setengah lalu menaruhnya di meja.

"Enggak, gak ada apa-apa," dalih Dewa setelahnya.

Gara memandang wajah kusut Dewa beberapa detik. "Mata lo gak bisa bohong, Kak," ucap Gara, ia yakin jika ada sesuatu yang sedang kakaknya sembunyikan darinya. Satu kelemahan yang Dewa punya adalah ia tidak pandai berbohong. Matanya yang besar akan terlihat sendu tiap kali ia menyimpan suatu masalah atau perasaan gusar.

Dewa menarik napas sejenak. Ia menggenggam kaleng soda itu cukup erat. "Ya kalo tukang bohong itu kan lo," balas Dewa datar.

Gara mendengus mendengarnya. Benar-benar menyebalkan, batin Gara mengumpat.

"Cerita sama gue, ada apa?"

"Gak ada apa-apa, Gar. Emang kenapa sih?" Dewa masih saja tak ingin berbicara yang sebenarnya.

"Kak segitu gak percayanya lo sama gue? Sampai-sampai lo gak mau ceritain masalah lo ke gue?"

"Bukan gitu, Gar. Tapi—"

"Tapi apa?" potong Gara cepat. Raut wajahnya tampak datar menatap Dewa.

Dewa membuang napas berat. Ia melirik ke arah Gara yang duduk di sampingnya. Tatapan datar masih menghiasi wajahnya.

"Gue cuma bingung aja," ujar Dewa pelan. Ia terdiam sesaat sebelum melanjutkan kalimatnya. "Perusahaan yang mau gue ajuin proposal buat ikut tender itu bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin suami mama."

"Gue baru tau kalo Anderson itu nama suami baru mama. Itupun gue tau dari pak Hadi, HRD di perusahaan yang ngajakin gue buat kerjasama."

Kedua laki-laki dewasa itu terdiam. Dewa diam karena bingung, sedangkan Gara diam karena terhenyak mendengar penjelasan sang kakak. Sudah cukup lama Gara tidak mengetahui kabar wanita yang sudah meninggalkannya dan keluarganya. Lagipula untuk apa ia tahu? Yang ada malah luka yang sempat menganga itu akan terasa sakit lagi. Lagipula wanita itu juga sudah bahagia dengan keluarga barunya tanpa memikirkan perasaan anak-anaknya yang dia tinggalkan begitu saja.

"Bingungnya kenapa?" tanya Gara sesaat dengan sedikit rasa penasaran.

Dewa menghela napas. Ia menurunkan laptop yang sudah hampir dua jam dia pangku seraya menyingkirkan beberapa kertas yang berada di dekatnya.

Burung Kertas untuk NayaWhere stories live. Discover now