25. Hukuman untuk Geng Janur

109 25 3
                                    

Halooo sayang²kuuu, gimana kabarnya hari ini? Sehat selalu kan? Bahagia ngga? Semoga bahagia terus ya. Ada yang lagi ga bahagia? Sini, sini, aku bahagiain. Caranya gimana? Ya baca keseruan Geng Janur di part ini lah wkwk🤭

Yuu, langsung baca aja.

Selamat membaca, semoga suka💐❤️

Seseorang menarik gagang pintu kayu yang tampak tak terawat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seseorang menarik gagang pintu kayu yang tampak tak terawat. Seketika bau apek dan debu langsung menyergap indera penciuman mereka. Ruangan itu sangat lembab dan pengap karena terlalu banyak barang-barang yang sudah tidak terpakai menumpuk di dalam sana. Ruangan tersebut juga terlihat sedikit gelap, tidak ada penerangan apa pun selain sorot sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah ventilasi.

"Anjir! Pengap banget!" Jendra mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah saat bau pengap membuatnya tidak nyaman.

Cakra melongokkan kepalanya ke dalam ruangan yang merupakan gudang penyimpanan barang-barang tidak terpakai milik sekolah. Ia melangkah, saat menginjakan kaki di gudang itu hal pertama yang Cakra lihat adalah tumpukan kardus dan kursi lawas yang sudah tak layak pakai.

"Ini saklar lampunya di mana dah?" Danish menghidupkan flash ponselnya mencoba mencari keberadaan saklar lampu gudang.

Arthur menutup hidungnya dengan baju, debu-debu yang berterbangan di dalam gudang membuat napasnya sedikit sesak. Ia berjalan lebih dalam mengikuti tiga temannya yang lebih dulu masuk.

"Biasanya di deket pintu gak sih?" Danish menoleh pada Jendra. Ia lalu menyorot dinding yang berada di dekat pintu, dan benar saja saklar lampu yang mereka cari ada di sana, tertutup matras hitam yang ditegakkan.

Ruangan yang awalanya gelap itu tiba-tiba menjadi terang saat Danish menyalakan lampunya. Terlihat begitu jelas di hadapan mereka barang-barang yang sudah tak terpakai berserakan di mana-mana. Debu tebal maupun tipis menyelimuti semua barang lawas tak terkecuali lantai gudang yang begitu kotor.

Jendra spontan memutar kepala, saat suara Arthur yang terbatuk-batuk di belakangnya membuat atensinya teralihkan. Laki-laki berdagu runcing itu memang tidak tahan dan tidak bisa menghirup udara yang terkontaminasi oleh debu. Terlebih lagi ini gudang lama, yang pastinya memang sarangnya debu.

Jendra segera merogoh kantong celana, mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya pada Arthur.

"Buat nutupin hidung lo biar debunya gak kehirup langsung," kata Jendra perhatian.

Arthur tersenyum tipis lalu menerima sapu tangan itu. "Makasih," ucapnya dan hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Jendra.

"Ini bersih 'kan, Jend?" Arthur mengernyit menatap sapu tangan yang dipegangnya. Ia lantas mengendus sapu tangan itu.

"Bersih kok, mungkin cuma ada bekas iler gue tadi." Jendra menjawab dengan wajah tanpa dosa membuat Arthur sontak terbelalak.

"Sinting ya lo! Masa bekas iler dikasih ke gue!" seru Arthur marah. Ia hampir melempar sapu tangan tersebut, tetapi Jendra langsung menyela.

Burung Kertas untuk NayaWhere stories live. Discover now