flashback Akira (1)

54 42 2
                                    

18 Tahun yang lalu

Terlihat dari arah belakang sepasang ayah dan anak perempuan kecil berjalan sambil bergandengan dengan memegang permen kapas di tangan kecilnya.

"Akira, kamu senang jalan sama papih?" Tanya Lingga yang menggenggam tangan Akira erat.

"Senang dong pih, tapi Akira juga ingin jalan sama mamih." Ucap Akira dengan wajah yang sedikit murung.

Seketika langkah Lingga pun terhenti dan menatap iba putri tunggalnya itu. Lingga bersimpuh dan mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Akira yang kecil.

Lingga memeluk Akira sebentar dan kemudian menatapnya sambil tersenyum. Lingga mengusap kepala Akira penuh kasih sayang.

"Akira harus nunggu mamih sebentar lagi ya. Akira tau kan kalau mamih punya tubuh yang kurang sehat, jadi karena itu mamih nggak bisa ikut jalan bersama kita." Ucap Lingga berbohong.

"Bukan sakit, tapi mamih membenci Akira." Ucap Akira tertunduk sedih dan mata Lingga melebar saat mendengar ucapan Akira itu.

"Nggak sayang, mamih nggak pernah benci sama Akira. Nggak mungkin mamih benci sama anak cantik dan pintar seperti Akira."

"Benarkah? Kalau begitu ayo kita liburan bersama mamih kalau kali ini Akira bisa dapat piala lagi."

"Baiklah kalau itu permintaan tuan putri yang cantik ini." Lingga mencubit pipi Akira gemas.

"Papih janji ya!"

"Iya, papih janji. Kita bertiga pasti jalan bersama." Ucap Lingga dengan mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingking Akira.

"Yey!" Akira pun menjadi sangat senang.

Lingga tertawa bahagia melihat Akira kembali tertawa lepas. Kemudian Lingga memggendong Akira menuju mobilnya terparkir.

Lingga masuk ke dalam mobil dan mendudukkan Akira di sampingnya sambil memasangkan sabuk pengaman agar Akira tetap aman.

Setelah itu Lingga segera mengendarai mobilnya menuju rumahnya. Di perjalanan terlihat Akira sangat senang sambil bernyanyi.

Lingga tersenyum tipis, Lingga tidak sadar bahwa putri tunggalnya sudah beranjak besar. Meski sekarang masih berumur 4 tahun dan dua hari lagi Akira akan berumur 5 tahun.

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya mereka pun sampai di rumah. Lingga keluar dari mobil sambil menggendong Akira.

"Tidak!" Suara teriakan keras terdengar.

Lingga pun hanya bisa menghela nafas saat mendengar suara teriakan itu. Sedangkan Akira hanya diam dengan wajah ketakutan.

"Papih..." Gumam Akira sambil mencengkram kuat baju Lingga.

Lingga pun mengusap kepala Akira agar tidak ketakutan. Kemudian Lingga menurunkan Akira dan tersenyum menatap putrinya itu.

"Akira masuk kamar ya, jangan keluar sampai papih datang ke kamar Akira. Paham?" Ucap Lingga.

"Iya papih." Akira pun menuruti ucapan Lingga dan berjalan menuju kamarnya yang diatas.

Setelah memastikan Akira masuk kamar, Lingga pun berjalan menuju kamarnya. Lingga membuka pintu kamar dan matanya melihat semua barang-barang berserakan di lantai.

"Adel, tidak bisakah kamu menghentikan semua ini?" Ucap Lingga lembut dengan melangkah masuk.

"Aku berhenti jika aku mati!" Ucap Adel kasar.

"Apa kamu sangat membenciku? Apa kamu tidak pernah merasakan ketulusan cintaku?"

"Aku tidak pernah mencintaimu Lingga, jika saja kamu tidak pernah muncul di kehidupanku. Maka orang tua ku tidak akan pernah menjodohkanku padamu!"

Destiny Soul Piece {END}Onde histórias criam vida. Descubra agora