03 : panen buah durian

13 12 2
                                    

Niat hati pergi kesini adalah untuk berleha-leha, namun kenyataannya sejak kemarin banyak sekali kegiatan yang Aku lakukan bersama Diana.

Tak ayal, Aku memang menikmatinya. Sehingga Aku secara perlahan dapat melupakan Areksa, dan rasa sakit hati.

Aku, Diana dan kakek pergi menuju kebun durian milik kakek. Kata kakek, musim durian akan segera dimulai.

Aku dan Diana membantu mengambil durian-durian yang telah matang kesalah satu rumah gubuk milik kakek.

"Disini gue makan enak-enak mulu serius, gak bisa diet. Mana tega gue menolak makan durian!" Ucapku lalu melahap buah durian yang telah dibelah menjadi beberapa bagian oleh kakek.

Kami menikmati buah durian bersama-sama, kakek bercerita panjang lebar membanggakan buah duriannya yang pernah memenangkan perlombaan buah durian terbaik.

Diana tertawa keras ketika kakek mulai menceritakan aib-aibku saat kecil, Aku hanya terkekeh. Tidak marah ataupun malu, lagi pula itu adalah masa lalu. Kenangan indah meski memalukan. Karna tidak bisa kuulang kembali.

"Mau sampai kapan disini?" Tanya kakek, dia bukan berniat mengusir kami karna dari pandangannya tentu berharap kami akan tinggal lama disini.

Diana menyenggol lenganku, "Gak pasti juga kek, satu bulan kali ya?" Ucapku.

Diana hanya mengangguk, apakah kami tidak kerja? Sejujurnya Aku memiliki toko bunga sedangkan Diana memiliki bisnis catering. Namun cuti selama satu bulan, tidak apa lah ya.

Suka-suka penjual. SSP.

***

Saat baru saja sampai dirumah. Gantari, temanku saat Aku kecil, menghampiri Aku dan Diana.

"Gimana kabar kamu, Dit?" Tanyanya, Aku meneliti Gantari. Wajahnya terlihat sangat lelah.

"Baikk. Kamu gimana, Tar?" Tanyaku balik.

Gantari menghela nafas, mata nya berkaca-kaca. Aku mendekatinya dan memeluk dirinya. "Kenapa?" Tanyaku kembali.

"Aku cape, Dit.."

Aku mengangguk, lalu membiarkan dia duduk didalam ruang tamu. Dan memberinya durian, "Kamu kerja dimana?" Tanyanya.

"Aku cuma punya toko bunga. Kamu, Tar?"

"Aku kerja ngangkatin barang dipasar.. Atau nyuciin baju punya orang." Ucapnya.

Aku sangat terkejut, mengapa dia bekerja bukankah dia telah memiliki suami dan baru saja memiliki bayi?

"Sorry nih. Tapi emang suami kamu kemana, Tar?" Tanyaku perlahan.

Dia menghela nafas dan kembali menangis, Aku terkejut dan panik. Diana menepuk-nepuk bahu Gantari.

"Waktu itu dia bilang mau mencari kuda pak djarot yang kabur dipuncak gunung gedhe. Tapi sampai tiga bulan, dia gak balik-balik." Ucap Gantari, dia sesekali mengusap air matanya yang turun.

Aku mendekat kearahnya dan menatapnya serius, "Udah dicari?" Tanyaku.

Gantari mengangguk, "Udah, Dit. Sama penduduk desa." Ucapnya.

"Aku turut berduka, semoga suami kamu cepet ditemukan ya, Tar." Ucapku lalu Aku merogoh kantung celanaku dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dan memberikannya kepada Gantari.

Old Sheet Место, где живут истории. Откройте их для себя