24

157 13 3
                                    

Davin menggerutu tanpa suara. Rasa dongkol merajuk sampai ke ulu hati. Ingin Davin mengeluh kepada semesta mengapa ia berada di sebuah tempat yang tidak seharusnya dirinya ada di sini saat ini.

Malam kian larut menarik rembulan tergantung di tengah-tengah cakrawala kelabu. Netranya sulit menembus langit hanya untuk menemukan bintang-bintang. Sudah pantas suasana ini apabila disandingkan dengan keadaannya sekarang.

Davin memegangi perutnya kembali begitu isi didalamnya mengkampanyekan sebuah protes meminta konsumsi. Memakan roti saja tidaklah cukup. Apalagi jika tak menyertakan setetes demi setetes air.

"Gue lelah banget, sumpah!" Keluh Davin, hampir saja keseimbangan merenggut tungkainya andai anak itu tidak memegang pundak pemuda disebelahnya.

Beomsoo mencekal lengan Davin kalem berjaga-jaga kalau sebentar lagi Davin akan tumbang ke tanah. Biasanya seseorang bisa dengan mudah jatuh pingsan ketika seharian tidak makan nasi. Dan kali ini mereka mengalami hal serupa untuk pertama kalinya.

"Kantin masih buka gak?" Sambung Davin mengharapkan jawaban yang benar-benar ia pinta.

Beomsoo menghembuskan nafas. Dialihkannya pandang mata kepada Sang Tertua. "Tanya bang Hyunsik, noh! Sekalipun buka gue rasa kita gak mungkin pergi ke sana. Jarak ruos sama kantin jauh, Dav."

Hyunsik dan Beomsoo yang saling memandang satu sama lain seakan mempunyai chemistry kuat menculas penuh ganjal. Hm, apa yang sebenarnya ada dipikiran kedua lelaki ini?

"Udah dibilangin gak usah ngeluh juga! Malu sama badan bongsor lo, Dav." Sembur Hyunsik tak segan memukul kepala Davin dari belakang. Walaupun tinggi mereka terpaut jauh, sebagai orang tua Hyunsik pantang takut.

Davin terdorong ke depan hingga pegangan tangan Beomsoo terlepas. Ia memberengut seraya mengusap-usap rambutnya yang berakhir berantakan alih-alih merasa sakit. "Gue ngomong betul-betul, bang! Salah mulu perasaan," dongkolnya.

"Diem!" Tegas Hyunsik meletakkan telunjuknya dimulut.

"Ihhh! Gak mau! Gue laperrrr." Seru Davin sambil mencak-mencak gak jelas seperti anak tk. Bibirnya mencuat menambah kesan bocah kalau lagi merajuk minta dibelikan permen.

Bukannya mengiba, Hyunsik justru merotasikan matanya malas. "Idih! Apa lo bertingkah kayak gitu? Situ sehat? Caper?"

Davin meremat dadanya sambil memejam seolah sedang terdzolimi akut. "Jujurly sakit banget, bang, lo giniin. Salah gue affa???"

"Utang gua belum lu bayar, skin gue lu colong, lu ambil konsol gue tanpa ijin, kemarin gue lihat spion motor gue hilang sebelah lo yang---"

"IYA-IYA, UDAH! JANGAN DIUNGKIT-UNGKIT."

"Oh, ya, satu lagi. Poster Husein sodiek yang ada di kamar gue lo copot kan pas gue pipis? Ngaku lo, Dav!"

Davin tergagap tak tahu harus bereaksi apa. Tudingan dari Hyunsik terbukti benar semuanya. Davin tambah merasa terpojok apalagi saat Beomsoo dengan tampang watados tertawa kencang dihadapannya.

Selang beberapa waktu setelah tawa Beomsoo mereda, ketiganya kembali melanjutkan perjalanan menuju Ruang OSIS yang masih agak jauh dari tempat mereka singgah. Beomsoo memimpin diikuti Davin dengan celotehan protes kelaparannya yang tak kunjung usai. Lalu dibelakang ada Hyunsik yang berjalan gontai bahkan sampai menyeret kakinya sendiri.

Masing-masing berderap penuh kehati-hatian supaya tidak satupun makhluk menyadari eksistensi mereka. Suasana yang sunyi diiringi hembusan udara malam membuat buku kuduk Davin seketika meremang.

Lagi dan lagi Davin merapatkan tubuhnya ke lengan Beomsoo dan menyembunyikan kepalanya diketiak pemuda berhidung mancung. Sungguh keletihan menghampirinya sampai-sampai Davin tercekik diri memikirkan persoalan tentang talos.

Kapan dia pulang?

Kapan permainan berakhir?

Bisakah mereka memenangkan game ini?

Segalanya terlihat tabu. Belum ada tanda munculnya kepastian dari dunia nyata jika apa yang tengah terjadi hanyalah mimpi belaka. Namun tidak seorangpun mengetahui kebenaran dari Talos yang membawa gempar kesembilan lelaki itu dengan sebuah kata berbunyi ; petak umpet.

Masalah membumbung lebih tinggi manakala Beomsoo tak sengaja menangkap siluet didepannya. Hanya remang-remang dari kejauhan dan berupa kabut asap. Tapi hal itu tetap menimbulkan suatu pertanyaan bagaimana bisa dirinya mampu melihat asap ditengah malam?

"Gue lihat sesuatu,"

"Ih, bang soo! Jangan takut-takutin gue!"

Beomsoo memberhentikan kedua kakinya paksa. Menoleh ke arah Davin yang memasang ekspresi tidak bersahabat. "Gue serius. Tadi ada bayangan jalan ke arah kiri terus tiba-tiba hilang gitu aja."

"Lo gak bercanda kan?" Hyunsik memastikan.

Beomsoo nyenyak bersama ekspresi tenangnya saat menjawab pertanyaan Hyunsik. "Ini bukan perbuatannya talos. Talos gak mungkin neror kita dengan sembunyi-sembunyi bikin kita ketakutan." Katanya.

"Hati-hati aja jalannya. Tetap waspada. Jangan sampai talos berhasil nangkep kita." Komando Hyunsik menyarankan Beomsoo dan Davin supaya lebih berhati-hati mewaspadai sekitar.

Lantas keduanya mengangguk menurut tanpa ada banyak protes.

***

Petak Umpet || Xodiac Where stories live. Discover now