106

386 68 11
                                    

  Bab 106

  Di malam hari, rumah bambu telah didirikan, dan mereka berdua duduk saling berhadapan di dalam rumah. Di atas meja, cahaya lilin menari dan berkedip-kedip. Lilin ditutup dengan kap lampu kasa. Cahaya jingga berkilauan menerangi rumah kecil itu, membuat rumah bambu terasa hangat dan cerah.

  Ruangan itu sunyi, dan keduanya duduk diam satu sama lain.

  Shen Meng menurunkan matanya, menatap ngengat yang menerkam cahaya lilin lagi dan lagi dengan linglung.

  Bai Yizhen melihatnya dengan tenang, berpikir bahwa masalah Wuwanghai akan dimasukkan ke dalam agenda. Namun jika dia hanya mengatakannya, itu pasti tidak akan berhasil. Bagaimana jika Shen Meng malah menjadi curiga dan tidak mau pergi.

  Dia berpikir sejenak, dan mendengar kalau orang-orang mengatakan ada buah persik salju yang tumbuh di tepi Wuwanghai.

*buat jaga-jaga, wuwanghai itu pantai tebing. Menurut cerita, para kultivator sebelum naik jadi dewa, harus dicuci dulu tulangnya disini.

  Yang lebih aneh lagi, tidak seperti bunga persik biasa, kelopak persik salju berbentuk hati dan berwarna putih susu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  Yang lebih aneh lagi, tidak seperti bunga persik biasa, kelopak persik salju berbentuk hati dan berwarna putih susu. Dari kejauhan terlihat seperti awan putih besar, jika angin meniup bunga ke bawah, jatuhnya akan seperti salju yang turun, dan bunganya ditaburkan ke seluruh tanah.

  Begitu dia memutar matanya, dia punya ide. Dia berpura-pura sangat tertarik dan berkata, "Hei, kudengar persik salju sedang mekar. Apa kau ingin melihatnya?"

  Shen Meng tidak bergerak dan tidak mengangkat kepalanya.

  Bai Yizhen hanya berpura-pura tidak mendengar, mengulurkan tangannya dan melambai di depan matanya, dan berkata lagi: "Hei, hei, aku berbicara denganmu!"

  Shen Meng mengangkat kepalanya dan berkata dengan wajah dingin, "Aku tidak menyapamu."

  "...."

  Bai Yizhen tidak berdaya, dan berkata lagi: "Shen Meng, persik salju sedang mekar, apa kau ingin melihatnya?"

  "Nggak mood."

  "...."

  Orang ini, kenapa dia begitu tidak jujur!

  Bai Yizhen tidak bisa berkomunikasi dengannya, jadi dia hanya bisa berkata dengan wajah tebal: "Ahem... itu, sebenarnya guru ini ingin melihatnya."

  “Jadi??” Shen Meng tetap tanpa ekspresi.

  “Jadi, besok atau lusa, ayo pergi bersama, oke?” Bai Yizhen berkedip, berpura-pura terlihat rindu.

  Mendengar ini, Shen Meng duduk tegak. Tampak tertarik, dan bertanya: "Jadi, shizun mengajak murid ini?"

  "Un!" Bai Yizhen mengangguk.

[BL]Shizun yang Menjahati ProtagonisWhere stories live. Discover now