Eros | [37] END

11.6K 521 77
                                    


Believe or not, ini part terakhir. Serius

Jadi.... happy reading ya.

***

Eros terbangun pukul dua pagi melihat Ayana masih nyaman tidur di sampingnya. Tadi malam setelah makan bersama di salah satu restoran, mereka kembali ke apartemen Eros karena pria itu tiba-tiba harus membuka laptop-nya dan mengurus pekerjaan.

Ayana terabaikan sampai tertidur di sofa lalu Eros menggendongnya menuju kamar. Ayana masih pulas sekali dan Eros juga tidur sambil memeluknya, namun kembali terbangun di pukul dua untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Hanya di temani lampu tidur karena Eros tidak ingin mengganggu Ayana yang sangat nyaman dalam tidurnya saat ini. Jemarinya bergerak di atas laptop, membaca laporan yang masuk lalu melakukan revisi dan tinjauan. Dan suara ketikannya di atas keyboard membuat Ayana nyatanya terusik.

Gadis itu membuka mata, menatap kesibukan Eros dan mengerjap lucu.

"Kamu ga tidur?" 

Eros menoleh ke samping mendengar Ayana berucap. Tangannya memanjang dan mengusap kepala Ayana. "Aku bangunin kamu, ya? Maaf. Biar aku keluar." Eros hendak beranjak dan Ayana menahan tangannya.

"Aku emang pengen bangun aja." Padahal alasannya benar, suara ketikan Eros menganggu tidurnya.

Ayana bangkit dan duduk, mendekat pada Eros dan menyandarkan kepalanya di atas pundak pria itu. Dan ia baru sadar bahwa Eros tidak memakai kaus apapun. Namun menyandarkan kepalanya, terasa hangat.

"Aku jadi takut."

Eros mengerutkan dahi mendengarnya, namun masih begitu fokus pada layar laptop-nya. "Takut kenapa?"

"Kalau kita nikah, dan kamu lebih suka habiskan waktu sama pekerjaan dari pada sama aku."

Jemari Eros berhenti bergerak. Ia menoleh ke samping. "Ya...," suara itu terdengar khawatir, ada juga rintihan permohonan sedikit yang cemas jika Ayana ragu dengan niat mereka untuk memasuki rumah tangga.

"Aku tahu yang kamu lakuin ini juga investasi untuk masa depan, tapi kalau semua waktu kamu untuk pekerjaan, untuk aku-nya kapan?"

Eros akan menjawabnya, namun Ayana kembali bicara, "Dalam dua minggu ini, aku baru bener-bener bisa lihat kamu cuma dua kali. Di hari Sabtu dan Minggu, itu pun kadang kamu pakai buat kerja juga."

"Aku cuma---"

Ayana segera meletakkan jari telunjuknya pada bibir Eros. "Aku tahu kamu mau bilang apa, jadi ga usah kasih alasan. Aku cuma mau kasih tahu ke kamu yang aku rasain selama ini saat kamu bener-bener gila kerja."

Ayana mendesah pelan. "Aku ngerti kalau kamu ga akan bisa milih kerjaan atau aku, tapi aku hanya minta kamu bisa adil. Aku juga butuh kamu." Ayana menatap Eros dan mengusap pipinya. "Oh ya, dua hari lalu aku ujian skripsi. Terus aku lulus."

Eros melebarkan matanya. "Kamu kok ga ngasih tahu aku?"

"Udah." Ayana tersenyum masam. "Aku ngirim pesan, tapi kamu waktu itu cuma read aja."

"Aku?"

Ayana mengedikkan bahunya. "Kayaknya pas aku chat, kamu lagi sibuk banget sampe lupa bales atau malah ga bener-bener kamu baca."

"Ayana... kamu tahu aku ga akan pernah mengabaikan kamu. Kemarin aku---"

"Ga papa. Aku ga marah." Ayana kembali tersenyum kemudian menarik napas panjang dan menghelanya. Ia seperti penuh sekali saat ini. Menumpahkan semuanya pada Eros. 

EROS Where stories live. Discover now