1.Bertemu

263 11 2
                                    

Vote and Comment


.

.

.


PAGI yang tak secerah biasanya.

Biasanya: Mendapat notifikasi chat dari Evan.

Pikiranku mulai bingung dengan semua ini, kenapa Evan sama sekali tidak keberatan dengan semua ini?

Kemarin malam aku menghabiskan waktu untuk bertukar pesan dengan Evan, dia sudah mengetahuinya lebih dulu dari aku. Jadi aku tidak perlu repot-repot menjelaskannya, dia juga malam dichat itu kelihatan tergesa-gesa menjawab -Seperti langsung ke inti.

Sekarang aku sibuk dengan laptop ku, seperti hari-hari biasa. Aku berprofesi sebagai penulis di platfrom berbayar, dan beruntungnya... gaji yang aku terima lumayan banyak.

Alasanku tidak ingin bekerja kantoran seperti Nia karena -Ehm aku harus membawa-bawa jiwa introvert ku sih. Aku itu lumayan pemalu dan tak pandai bicara, bahkan teman yang kumiliki bisa dihitung dengan jari. Dengan memanfaatkan bakatku mengetik cerita, aku bisa menghasilkan uang sendiri tanpa melibatkan orangtuaku dimalang.

Tujuanku ke jakarta cukup simpel, aku ingin mandiri dan serba bisa. Itu doang kok!

Aku menepuk kepalaku dengan kedua tangan "Gue kehabisan ide"

Bersamaan dengan itu, bell pintu apart berbunyi. Menandakan ada orang yang menekannya, aku segera berdiri dan berjalan kearah pintu itu cepat.

"Siapa?"

Yang kulihat adalah cowok berpakaian santai rapi dengan wajah datar namun menatapku yang lebih pendek darinya.

Jelaslah aku tahu dia siapa.

Dava menyodorkan kantong plastik yang ia bawa "Buat lo" aku dengan cepat mengambil pemberian Dava, walaupun tidak tahu apa isinya aku menganggap bahwa Dava ingin menemuiku dengan membawa plastik ini.

"Ehm, mau masuk bentar?" tawarku, aku ingin mengobrol dengannya dengan kesempatan emas ini. Dia mendatangi apart ku!!

Alis tebal itu terangkat "Boleh" jawabnya tenang.

.
.

"Gue bener-bener gak ngerti sih sama Nia, pasti Kakak terpaksa banget kan?" ucapku dengan nada sedih, aku duduk berhadapan dengannya. Dia duduk disofa yang ditempati Nia kemarin, sedangkan aku menatap secangkir kopi yang baru ku buat untuknya.

Ngomong-ngomong aku memanggil nya dengan sebutan 'kakak' karena agar lebih sopan padanya, dia adalah pria dewasa jadi tak pantas bila aku menyebutnya dengan nama panggilannya.

"Gue nurutin cewek gue biar dia seneng" suara cowok itu membuatku menatapnya, didalam hatiku aku bernafas lega karena sahabatku itu mempunyai seorang cowok yang mungkin amat... bucin padanya?

"Gue juga gak terpaksa" guman cowok itu, telingaku tidak bisa mendengar apa yang ia ucapkan. Baru saja aku ingin dia mengulangi perkataannya, tangan kekar itu membuka plastik yang aku letakan dimeja.

Ya ampun! aku sampai lupa menanyai apa isi plastik itu.

"Gue beli diwarung depan sini, buat Lo"

Nasi goreng yang amat mengiurkan, apalagi beberapa timun dipotong beberapa bagian membuat makanan itu terlihat segar.

Eh? kok dia cuma bawa satu? maksudku apa ia tidak ada kemauan untuk makan disini denganku, itung-itung biar kita mengenal kalau dia sudah jadi suami Nia aku bisa tanpa canggung berkunjung dirumah Nia. Hehe

"Buat gue?" aku terkekeh hangat, cowoknya Nia pasti perhatian dengannya.

Dava berdehem "Gue disuruh Nia beliin itu, katanya Lo suka sama nasi goreng diwarung itu"

"Lo udah makan ya?" tanyanya, mata dingin itu terus menatapku sejak tadi. Membuatku risih.

"B-Belum"

"Kalo gitu makan aja, gue pergi dulu" menyadari aku yang lumayan canggung jika tidak dengan Evan, cowok itu ingin segera pergi diapartku.

"Gak makan bareng?--"

Seperti nya aku salah bicara.

"Gue udah makan duluan, makan aja itu gratis buat Lo" ujarnya menoleh ke arahku.

"Oh iya, makasih" aku lumayan malu sih, masa menawarinya makan di bungkus nasi goreng yang cuma ada satu?

Dava menarik senyum tipis "Kalo ada apa-apa ketuk apart gue, tetangga" dia menekankan kata terakhir sebelum pergi dihadapanku.

Tetangga? semua orang diapart ini memang tetanggaku, bedanya Dava dilantai 4 sedangkan aku dilantai 2. Ehm, ada sih apart kosong didepanku yang tidak berpenghuni. Dan itu selalu membuatku takut jika tengah malam harus mengambil loundry-an dilantai paling bawah.

Sikapnya ke aku juga santai, yang pasti cowok itu sudah tahu jika kita akan menjalani hubungan palsu sebagai pasangan kekasih dari hasil tukeran pacar.

.

.

Sore ini aku membuat makanan untuk kuberikan ditetangga samping apart-ku. Hanya kotak sedang berisi Cake yang ku buat dengan bahan-bahan sisa kemarin, aku sangat menyukai roti-rotian jadi aku selalu menyediakan beberapa Tepung, butter, selai dikulkas.

"Repot-repot banget teh neng Geya" ucap Mbak Indah, wanita paruh baya itu tinggal sendiri. Dia selalu membantuku tiap kali ada masalah diapart-ku, jadi tidak ada salahnya aku berbagi sedikit makanan untuknya.

"Pasti ini enak" mbak indah membuka kotak itu "Ehm? neng Geya, tetangga depan gak dikasih?" bisiknya.

"Emang ada ya Mba?" tanyaku seraya menoleh ke apart yang dimaksud Mbak indah, lampu nya nyala tidak seperti biasanya.

"Ada teh! baru aja pindah kesini dianya" balasnya.

"Aduh neng Geya, gak maksud apa-apa kok. Kirain temennya neng Geya! soalnya tadi pagi mbak liat tu laki masuk ke apart kamu!!" lanjut mbak indah tak enak.

Mataku melebar, lelaki tadi pagi yang masuk ke apart ku sudah pasti Dava kan?

Cowok itu pindah?

"Kalo ada apa-apa ketuk apart gue, tetangga"

Kali ini aku mengerti...

KITA TETANGAAN!


.

.

JENG JENG JENGGGGG


SAYANG KALIAN YANG BACA!

TUKERAN PACAR!Where stories live. Discover now