part 7

1.5K 39 4
                                    

Happy Reading❤️

Double up mumpung ide lagi lancar

***
Mika seperti terdampar ditempat yang lumayan ramai ini. Liam memang sesekali menyentuhnya menunjukkan bahwa pria itu tidak mengabaikannya tetapi tetap saja ia merasa diabaikan, teman-teman Liam tidak ada satupun yang mengajaknya bicara. Awalnya sasampainya ditempat ini salah satu teman pria Liam sesekali mengajaknya berbicara tetapi dengan cepat Liam menyela. Pria itu seolah tidak suka ia berinteraksi dengan temannya itu, sehingga ia merasa seharusnya dirinya tidak usah diajak kesini. Ia sangat ingin segera pulang, mending dia tidur untuk mengumpulkan tenaga yang sudah terkuras habis.

Mereka sedang duduk disalah satu bar kecil dilantai satu apartemen milik Liam. Tadinya teman pria itu datang dengan membawa berbagai minuman keras untuk minum di dalam apart Liam tetapi pria itu tidak mengijinkan. Liam malah menyuruh temannya menunggu di rooftop  yang tentu saja ditolak oleh mereka. Akhirnya disini lah mereka sekarang duduk melingkari satu meja ditemani minuman keras, mengobrol dengan asik.

Hanya dirinya yang terasing, mulai dari minuman yang dipesan Liam untuknya sudah menunjukkan betapa bedanya pergaulan mereka, pria itu mengatakan dia tidak minum alkohol, memang benar tapi apa salahnya mencoba sekali-kali. Lalu arah obrolan yang sama sekali tidak dimengerti olehnya, dan dia juga sama sekali tidak dibiarkan oleh Liam untuk berinteraksi dengan teman pria itu, didalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sedikit kecewa. Sampai gaya berpakaian yang sangat berbeda, sesampainya ditempat ini tadi, teman Liam menatapnya bingung dan heran, ia juga dapat melihat senyuman setengah wanita cantik teman Liam yang ternyata bernama Gladys, wanita itu bahkan tidak menutupi senyuman mengejek itu. Mika ingin menyalah kan Liam karena memilihkannya gaun aneh ini, dirinya seperti ibu-ibu berdaster yang sedang membeli sayur dengan gaun kebesaran ditubuhnya yang kurus dan pendek. Gaun itu bahkan menutupi seluruh kulitnya kecuali wajah, punggung tangan dan telapak kaki. Huft menyebalkan sekali, batinnya kesal. Mika masih memaki Liam didalam hati yang sama sekali tidak mengerti fashion.

Mika merasakan elusan lembut dipunggung tangannya membuyarkan lamunannya. Ia menoleh manatap Liam yang juga menatapnya. "Kenapa tidak diminum?" Liam menunjuk jus didepan Mika dengan matanya.

Mika hanya membalas dengan kedikan dibahu kemudian menyeruput jus didepannya.

"Eh dari tadi kita belum kenalan loh, nama kamu siapa?" Salah satu teman Liam yang bernama Reza mengajaknya berbicara dengan sopan. Ia mengangkat pandangan menatap pria dengan senyuman manis itu. Mika membalas senyum pria itu dan sudah akan membalas, tetapi dengan segera dipotong oleh Liam cepat.

"Apaan sih lo!" Liam malah mendesis marah tidak tahu entah karena apa. Mika mentap pria itu bingung dan makin kesal didalam hati, ia kemudian menunduk menekuni minumannya. Baiklah mending dirinya diam saja, lalu tiba-tiba elusan lembut Liam terasa dilututnya yang ditutupi gaun kepesaran itu. Tetapi panas tangan Liam masih terasa dikulitnya.

"Lo aneh banget Liam hari ini. Apa salahnya gue ajak dia ngobrol dari tadi dia gak ikut nimbrung dalam obrolan kita" Reza menatap Liam kesal.

"Gak perlu! Dia sudah ada gue kok"
Ia membawa tangan Mika diatas pahanya lalu mengeser tempat duduk wanita itu berdempetan dengannya. Tangan kiri Liam menggenggam tangannya di paha pria itu kemudian tangan kanan memijat pelan pahanya, menghantarkan gelenyar aneh, entah karena ucapan atau sentuhan pria itu, Mika tidak tahu.

"Bro lo sudah tidak tertololong" ucap Reza dengan kekehan mengejek akhirnya saat melihat perlakuan pria itu kepada Mika.

Untuk menghentikan pembicaraan itu Gladys berinisiatif mengisi kembali gelas Liam yang sudah kosong. Tetapi segera dicegah oleb Liam.
"Udah dis, gue gak mau mabuk malam ini" dirinya menolak dengan halus, senyuman pria itu terlihat lembut sembari menatap Gladys.

Keempat temannya menatap Liam dengan kening berkerut bingung. Tetapi Mika malah melihat teman Liam satu persatu dengan bingung karena selama mereka dekat dirinya tidak pernah melihat pria itu mabuk, kenapa para teman pria itu seolah kaget dan tidak percaya dengan ucapan Liam.

"Seorang Liam tidak ingin mabuk? Lo kan tidak akan selesai minum sebelum kehilangan kesadaran" ucap salah satu teman Liam membeberkan kebiasaan pria itu selama ini.

"Atau mabuk kecil biar bisa meniduri wanita manapun tanpa mengingat wajahnya. Alkohol selalu menjadi alasan dan pembelaan lo Liam" tambah Gladys dengan tawa hambar.

Liam hanya mendesah malas "malam ini gue mau sadar penuh" ucapnya tegas sembari meremas paha Mika makin keras. Entah kenapa ucapan pria itu menimbulkan sengatan aneh diperut bawah Mika, dirinya merinding.

Mendengar penuturan Liam yang ambigu ketiga temannya yang berjenis kelamin lelaki itu tertawa serentak, berbeda dengan Gladys yang terlihat marah dan kesal. Entah mereka mengerti isi pikiran Liam karena mereka sesama pria, tapi tawa ketiga pria itu terdengar aneh juga tatapan serentak ketiganya kearah Mika membuat wanita itu memerah.
Dan tanpa diduga-duga Liam memajukan tubuhnya menyandarkan sikunya dimeja agak sedikit serong menutupi Mika. "Kalian ngelihatin apa sih anj*ng" pria itu terdengar kesal.

Lagi-lagi aksi spontan Liam membuat ketiga temannya terhibur lalu tertawa dengan bahagia, seperti memenangkan lotre. Bahkan mereka bergantian melakukan tos kemenangan.
"Siapa sangka ya Liam?" Ucap salah satu teman Liam yang bernama Jayden. "Lo lebih suka yang polos-polos dan pendiam ternyata" jeda sejenak "kenapa? Lebih penurut ya? Tidak banyak menuntut dan menggemaskan. Pasti langsung membuat lo cepat terangsang kan bro?" Pertanyaan bernada mengejek dengan senyuman menyebalkan yang membuat Liam hampir kehilangan kendali.

Mika yang mendengarkan ucapan frontal teman Liam merasa tersinggung. Mungkin dia tidak cocok dengan jenis obrolan mereka ini tetapi membicarakannya tepat didepannya sudah kelewatan menurutnya. Dirinya sungguh tidak terima tetapi sudut hatinya berteriak membenarkan, bahwa memang begitu lah dirinya, apa yang diucapkan pria itu tadi tidak salah. Matanya mulai memerah dan berembun.

"Cukup! Jangan lancang begitu dihadapan Mika. Yang tahu dia bagaimana hanya gue, apa yang lo omongin tadi semuanya salah" dia tidak terima, hanya dirinya yang boleh mengetahui betapa menggemaskan dan polosnya Mika. Dan lagi temannya itu salah, Mika tidak sepenurut itu, wanita itu lumayan membangkang, hal itu membuatnya sedikit lega tebakan Jayden meleset sedikit. Hanya menebak wanita itu saja dirinya tidak akan biarkan siapapun, lancang sekali.

"Kalian ini ngomongin apa sih? Kita kesini buat senang-senang bukan malah berdebat begini" sela Gledys cepat. Wanita itu melirik sinis kearah Mika seolah menyalahkan.

"Santai dis tidak ada yang berdebat disini. Kita hanya mengobrol. Iya kan Liam?" Jayden mencoba mendapatkan persetuan Liam yang hanya bungkam.
Tetapi melihat wajah kesal Liam membuatnya gatal ingin melanjutkan aksinya mengerjai pria tidak punya hati itu.
"Dan kebetulan... sepertinya tipe cewek kita sama" ucapnya penuh arti menatap Liam yang sudah menghunusnya dengan tajam kemudian beralih melirik Mika dengan tatapan menggoda. Jayden hampir menyemburkan tawanya saat melihat dada Liam naik turun menahan emosinya, rahang pria itu juga mengeras. Kalau tatapan bisa membunuh Jayden yakin dirinya akan hangus terbakar.

***
Tbc

02 Agustus 2023

Like An IdiotWhere stories live. Discover now