part 3

4.5K 49 2
                                    

Happy Reading❤️

***
Mika menghempaskan tubuh lelahnya ke tempat tidur. Ia baru pulang shift malam. Selama seminggu ini dia mulai praktek disebuah rumah sakit umum yang lumayan dekat dengan rumahnya. Badannya masih terasa lelah, juga matanya yang sudah sangat berat. Ia bahkan belum mandi hanya mengganti baju, karena tidak tahan lagi ingin segera tidur. Saat sedang mencari kenyamanan ditidurnya tiba-tiba suara nada dering tanda panggilan masuk menyentak nya dari tidur yang sudah sangat ia dambakan sedari semalam di rumah sakit. Ia mengabaikannya bahkan hingga dering kelima ia akhirnya menjawab tanpa melihat siapa yang sudah mengganggu tidurnya itu.

"Ya?" Guamamnya serak

"Mika?" Suara itu terdengar berat, tetapi Mika mencoba untuk tidak mempedulikannya. Otaknya bahkan tidak bisa menebak suara orang tersebut.

"Iya ada apa?" Mika bertanya masih antara setengah sadar, ucapannya bahkan kurang jelas terdengar.

Orang diseberang yang sedang menghubinginya berdecak "aku mau ketemu" ucapnya tanpa basa-basi.

"Hmm?" Mika masih meladeni dengan gumaman walaupun dia sudah tidak paham maksud dari seseorang yang sedang menghubunginya itu.

"Mika ini aku Liam!" Ucap Liam tegas, ia kesal jika wanita itu seperti tidak meladeninya.

Mika dengan terpaksa membuka matanya yang sudah sangat berat. Kemudian melihat sekilas layar ponsel "ya Liam?"

"Aku mau kamu sekarang!" Liam mulai kesal, Mika tahu itu dari nada suaranya yang mulai naik.

Mika memijit keningnya "Tapi aku baru pulang dari rumah sakit. Aku masih lelah" yang dirinya butuhkan sekarang hanya istirahat. Pasien di rumah sakit semalam lumayan membuatnya kewalahan. Ia tidak dapat membayangkan jika harus bekerja jadi perawat dan bekerja seperti itu setiap hari. Saat masih belajar seperti ini saja sudah membuatnya kelelahan dan hampir menyerah. Tetapi dia sendiri yang ingin menjadi perawat sejak SMA.

"Kamu menolak?" Pertanyaan dengan nada kesal pria itu menyentaknya dari lamunan.

Mika menghela napas pelan "Tidak tidak" ia menjawab cepat. Biar bagaimanapun untuk saat ini ia belum siap kehilangan Liam.

"Yaudah siap-siap aku jemput. Satu jam lagi aku udah sampai dirumah kamu" ucap pria itu mutlak, lalu mematikan telfon tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Mika berdecak kesal, selama seminggu ini Liam tidak pernah menghubunginya bahkan menanyakan kabarnya juga tidak. Tetapi sekarang tiba-tiba menginginkannya setelah dirinya dicuekin selama seminggu. Ingin rasanya ia menolak dan balik tidak peduli kepada pria itu, tetapi ia tidak bisa. Mika hanya bisa menghela napas kasar,  kemudian dengan langkah yang sangat berat ia memaksakan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit membersihkan badan, ia keluar dari kamar mandi dan tersentak kaget melihat Liam sudah berada didalam kamarnya. Mika menoleh sekilas kearah jam dinding memastikan waktu yang digunakan untuk mandi.
"Cepet banget sampainya?" Ia mengeratkan handuknya saat menangkap tatapan lapar Liam di dadanya yang masih ada tanda merah yang mulai kebiruan.

"Kebetulan aku lagi main didaerah sini tadi" pria itu membuang muka, mengalihkan pandangan keseluruh isi kamar yang kelihatan sempit setelah ia berada disana.

Mika memutar bola mata, daerah sini bukan tempat main orang kaya seperti Liam "siapa yang ijinin kamu masuk kekamar anak gadis begini?" Ia hanya merasa rendah diri jika pria itu masuk kedalam kamarnya yang tidak lebih besar dari kamar mandi pria itu.

"Kamu bukan gadis lagi kalo kalo kamu lupa" balasnya cuek "bunda kamu ngijinin aku buat nunggu disini" ia merebahkan tubuhnya dikasur kecil Mika. "Sana pakai baju, aku tungguin" kemudian memainkan ponselnya.

Like An IdiotWhere stories live. Discover now