part 17

1.2K 60 30
                                    

Happy Reading ❤️

***
Liam membisu Sepanjang perjalan pulang mengantar Mika kerumahnya. Pria itu bahkan hanya menjawab iya atau tidak jika Mika membuka pembicaraan. Karena kesal Mika pun akhirnya mengikuti aksi bisu pria itu. Setengah jam diperjalanan yang hening, Mika juga merasa mobilnya melaju dengan sangat pelan. Hingga akhirnya sampai di ruko yang sekaligus sudah menjadi tempat tinggal Mika dan bundanya selama bertahun-tahun. Liam menghentikan mobilnya tetapi pria itu tidak mengatakan apa-apa hanya menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.

Mika mendengus kesal kemudian memilih untuk keluar mobil dari pada meladeni Liam yang kelihatan aneh. Sudah membuka pintu mobil dan akan turun tetapi sesuatu menarik tangannya keras hingga ia tersentak. Mika meringis merasakan pergelangan tangannya yang sakit dilanjutkan dengan rahangnya yang diremas Liam kuat.

"aku pasti akan sangat merindukan ini" serak Liam dilanjutkan dengan aksi pria itu yang memagut rakus bibir Mika yang pasti akan sangat dirindukannya nanti. Liam memisahkan bibirnya dan menyatukan kening mereka, mengelus lembut leher wanita itu.
"aku akan datang menemui kamu" lanjut pria itu lagi sebelum kemudian mengecup sekilas bibir lalu kening Mika.

Mika merasakan dadanya bergemuruh kencang, ia seperti dapat merasakan perasaan tidak rela pria itu. Mika semakin bertanya-tanya apakah Liam merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan?. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya meleleh juga. Mika merasakan basah dipipinya dan Liam dengan cepat menyadarinya lalu menyeka dengan lembut. "jangan menangis" ucap pria itu lembut lalu mengecup kembali bibir Mika. Liam lalu membawa Mika kedalam dekapannya mengelus naik turun rambut wanita itu dengan sesekali mengecup puncak kepala Mika.

"padahal tadi aku dicuekin, kamu gak rela jauh ya dariku? makanya jangan jual mahal terus" Liam menjauh lalu menjawil dagu Mika dengan ekspresi menyebalkan.

Mika memukul dada Liam dengan kepalan tangannya "gak! aku gak begitu" bibirnya mengerucut.

Liam terkekeh lalu kembali mengecup bibir Mika yang membuatnya gemas. " ayo keluar, makin lama kita didalam sini aku makin kehilangan akal"

Dengan berat hati Mika menjauh dari dekapan Liam lalu memastikan pipinya tidak basah lalu melangkah keluar. Rasanya seperti kehilangan seluruh tenaga, kakinya terasa lemas seperti jelli, ia hampir terjatuh jika tidak memegangi daun pintu mobil.

Melihat itu Liam merasa cemas, ia ikut keluar dari mobil dan menyusul Mika dengan cepat. Memegangi wanita itu dan menuntunnya berjalan menuju rumah yang sudah terlihat gelap, ada tulisan tutup di pintu toko kuenya.
"kamu kenapa? kamu kelelahan? aku bikin kamu kelelahan?" Liam bertanya hal yang sama dengan ekspresi yang sangat khawatir.

"aku tidak apa-apa liam, hanya sedikit lemas" Mika mencoba menenangkan tapi malah membuat Liam kian merasa bersalah"

"maafin aku, pasti karna aku kan?"

Mika menghentikan langkahnya lalu berjinjit dan menangkup wajah pria itu. "aku bahagia melakukan apapun dengan kamu jadi jangan merasa bersalah" ucap wanita itu lembut mencoba menenangkan Liam.

Dengan cepat Liam kembali mencium bibir Mika, membuatnya yang sudah akan menjauh tetapi kalah cepat dengan pergerakan Liam. Mika memukul dada Liam lalu melepaskan dirinya dari dekapan pria itu. "kamu yaa..." Mika sungguh kehabisan kata-kata. Tadi pria itu minta maaf karena merasa bersalah lalu berselang beberapa menit ekspresi bersalah itu hilang digantikan dengan tindakan tiba-tiba yang selalu membuatnya jantungan.

Mika lalu melangkah menuju rumahnya dan meninggalkan Liam yang masih berdiiri mematung dibelakangnya.

Sesampainya dilantai atas Mika melihat bundanya sedang menonton menunggunya.
"bunda kok belum tidur?"

Like An IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang