2. Love4Real.com

2K 194 7
                                    

Aku memandang ke arah Kristina, meminta pertimbangan tanpa terucap, dia hanya menjawab dengan mengedikkan bahu. Tidak membantu!

Erina menyorongkan ponselnya, mendekat ke arahku, aku meneliti barisan nama dating site di layar ponsel. Apa aku sudah sedesperate itu? Mencari cowok dari internet? Memang nggak bisa lagi ketemu cowok dari dunia nyata, seperti yang terjadi di romcom yang sering aku tonton? Lagi ngantri kopi, ketabrak cowok ganteng di lobi kantor, di airport ketika mau pergi liburan dan kecantol dengan seorang pilot? Di mana, oh di mana kalian para cowok ngumpulnya? Aku membayangkan egoku yang akan jatuh ke tanah dan terinjak-injak begitu profil diriku terpampang di internet, untuk mencari laki-laki, lalu wajah Ajimas Priambodo muncul di kepalaku, berikut kumis tebalnya.

¨Lo, yang pilih dating sitenya,¨ kataku lemah.

Erina meraih ponselnya dengan secepat kilat, wajah berbinar seperti baru saja mendapatkan sepatu Jimmy Choo secara gratis.

¨Ini?¨ Erina mengarahkan layar ponselnya ke wajahku.

¨Passion.com?¨ Aku mendongak ke wajag Erina. ¨Yang kebayang di otak gue langsung tempat tidur, isinya pasti cowok yang pengen ngeseks semua.¨

¨Udah-udah, tinder aja deuh.¨ Kristina bersuara.

¨Lo nggak nonton Tinder Swindler di Netflix? Kalo sampe gue bangkrut gegara semua duit gue transfer ke cowok di antah berantah, lo mau nampung gue?¨ Aku merespon Kristina dengan sewot.

¨Udah, cicing maneh berdua!¨ Bahasa sunda Erina keluar, kami berdua langsung sepakat mingkem. ¨Iyeu, kumaha?¨

Aku memandangi layar ponselnya, sebuah portal dengan dominasi warna pink, bertuliskan Love4Real.com, dengan gambar hati besar di belakangnya. ¨For real?¨

¨Sini, handphone lo,¨ Erina memberi perintah.

¨Buat apa?¨ aku menyodorkan ponsel dengan ragu-ragu.

¨Bikin profil!¨ Dia menyambar ponselku dari meja, jemarinya mengetik di atas layar dengan kecepatan super sonic.

¨Wah, bakalan seru, nih.¨ Kristina menepukkan kedua tangannya, aku membalas dengan pandangan nanar. Harga diriku seperti sedang berada di ujung tanduk, Erina adalah algojo yang siap membunuhnya, sedangkan Kristina menjadi cheerleader ketika kepalaku terguling ke tanah.

¨Done!¨ Dia menunjukkan layar ponsel yang sekarang terdapat foto diriku dalam balutan little black dress, tanganku memegang segelas champagne, senyum lebar tersungging di bibirku. Itu fotoku tiga bulan lalu, ketika kami menghadiri pembukaan flagship store INITIAL di Senayan City.

¨Dapet dari mana, foto itu?¨ pertanyaan bodoh.

¨Ya, dari album lo, lah!¨

¨Lo, buka-buka album gue tanpa permisi?¨

¨Kenapa? Ada foto mesum lo, di sana?¨ respon Erina ringan.

Sialan!

¨Ookee, pencarian dilaksanakan!¨ Erina mendekatkan kursinya ke arahku, sama halnya dengan Kristina. Fokus kami tertuju ke layar ponsel yang berada di tangannya. Dia mulai menggeser layarnya. ¨Ini?¨

¨Seriously? Kumis?¨ Foto seorang lelaki berkumis tipis terpampang di sana, entah ada apa antara aku dan lelaki berkumis, tapi aku seperti tidak berminat dengan para cowok yang menumbuhkan bulu-bulu di atas bibirnya tersebut, kecuali Chris Evans, dia tetap terlihat charming dengan kumis dan brewok di wajahnya. Tapi masalahnya Chris Evans tidak tahu menahu tentang kehadiranku di dunia fana ini.

¨Ini?¨ Sebuah foto cowok toples berotot terpampang di layar ponsel, tetapi bukan itu yang membuat dahiku berkerut.

¨'Will send you to see the star?' ini kalo bukan maniak seks, pasti serial killer,¨ kataku.

¨Memang nggak ada yang bertampang normal, gitu?¨ Kristina bertanya.

Aku menoleh ke arahnya, ¨yang bertampang dan berkelakuan normal, nggak akan menempatkan dirinya disitu!¨ Ooh, ini adalah usaha sia-sia, dan jangan lupakan harga diriku yang sekarang sudah terjerembab rata ke tanah. Gimana kalau salah satu staf kantor ngeliat profilku di dating site ini, Adinda Sudibyo, country manager mereka, mengiklankan diri di dating site!

¨Guys, guys!¨ Erina menarik perhatianku dengan suaranya, tangannya menyodorkan ponsel, di layarnya terpampang foto seorang cowok. Rambutnya yang hitam tebal tertata rapi, kedua matanya menatap sesuatu dengan intens, seolah-olah apapun yang sedang ditatapnya mendapatkan perhatian 1000% darinya. Dia mengenakan suit berwarna navy, dengan kemeja berwarna biru muda, tanpa dasi. Dua kancing teratas bajunya dibiarkan terbuka, menampakkan sedikit dadanya, sedikiiit sekali, tetapi entah kenapa membuatku penasaran. Wajahnya terlihat rileks, tampan.

Aku memandang ke arah Erina. ¨Fake!¨ kataku. ¨Aslinya pasti gendut, atau botak. Atau dua-duanya.¨

Kristina merebut handphone dari tangan Erina, memandang foto profil yang terpampang di layarnya dengan pandangan X-ray. ¨Hhmm ... too good to be true.¨

¨Kalo ternyata dia true?¨ kata Erina. Kedua mataku kembali ke foto pria tampan berjas navy di dalam ponsel.

¨Lo kira, cowok dengan tampang kayak gini bakalan ngiklanin diri di internet? Cowok kayak gini tuh udah kayak gula, dan semut-semut pasti berebut untuk mengerubutinya,¨ kataku.

¨Cewek kayak lo, juga nggak seharusnya ngiklanin diri di internet,¨ sergah Erina.

¨Cewek lain, bo.¨

Aku meraih ponsel dari tangan Kristina. ¨Baca. 'Just a casual relationship. No string attached!' Dia cuman nyari seks!¨ nama profilnya, Virgo202. Simple. Mataku kembali tertarik ke wajahnya, ke kedua matanya yang sedang menatap sesuatu dengan intens.

¨Kebutuhan kronis elo sekarang adalah, mendapatkan cowok untuk dikenalin ke orang tua elo. Nah, si Virgo202 ini, kalau memang tampangnya bener seperti ini, he is not a bad candidate kan?¨ kata Erina.

¨Kalo dia ternyata psikopat?¨

¨Lo, ketemu di tempat rame.¨

¨Gila, ini bener-bener seru!¨ Kristina menimpali.

¨Kalian berdua, kalo nanti gue sampe nggak kembali dalam waktu tiga jam setelah ketemu dengan dia, kalian cepet-cepet telpon polisi. Oke!¨ Aku memberikan perintah ke kedua sahabatku.

¨Itu ... bukannya lo, kudu nyapa dulu, ato kirim pesen dulu, baru bisa bikin janji kopi darat?¨ kata Kristina. Aku memandang ke arah Erina, dia melihat balik ke arahku, dengan matanya memberi perintah supaya aku mengirimkan pesan ke Virgo202.

Mataku menatap nanar ke arah ponsel, lalu berganti ke kedua teman-temanku. ¨Gue mesti nulis apa nih?¨

¨Lo, country manager, kenapa mendadak jadi bego gini?¨ kata Erina.

¨Gue belum pernah iklan di dating site.¨ Kepalaku berputar, mencari kata sapaan yang simple dan tidak mengundang.

'Hi 👋'

Send. Hanya kata itu yang berhasil muncul di otakku.

¨Hi?¨ Suara Kristina. ¨Garing banget, pantesan lo, nggak dapet pacar.¨

Aku melemparkan tatapan sangar. ¨Talk to my hand!¨

'I would like to know you better'

Jempolku menekan tombol send, yang langsung aku sesali sedetik kemudian, mataku jelalatan mencari tombol delete. Tidak ada. Oh no. Oh shit! Ini terlalu murahan. 'I would like to know you better'. Mampus gue Mak Jan!

******

Author's note:

Hayoooo ... siapa yang pernah punya pengalaman dengan dating site?

Love4Real.comWhere stories live. Discover now