[40] meeting

204 11 0
                                    

Jay berlarian dari koridor rumah sakit. Hatinya gelisah, mendapat kabar bahwa neneknya telah tiada.

Nenek yang selalu menemaninya, merawatnya sedari kecil. Ketika orang tuanya selalu sibuk di luar negeri, neneknya lah orang yang selalu ada untuknya.

Sekarang dia telah sampai di sebuah ruangan.

Terlihat badan sang nenek yang yang sudah tertutup oleh kain putih.

Jay memperlambat jalannya menghampiri tubuh neneknya yang sudah tidak bernyawa.

Perlahan dia membuka kain putih yang menutupi neneknya.

Tangisan Jay semakin pecah ketika melihat wajah sang nenek.

Kemudian pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan ibu Jay dan ayah Jay.

Jay menghampiri ibunya dan memeluknya erat, menumpahkan semua kesedihan yang ia rasakan.

Sedangkan mamanya mengelus pelan punggung Jay, berusaha menenangkan anak semata wayangnya itu.

"Yang ikhlas ya Jay, mulai sekarang nenek sudah tidak merasakan sakit lagi". Ucap mamanya Jay.

"Sekarang kita urus pemakamannya ya". Ucap papanya Jay menahan tangis. Ia merasa kehilangan sosok seorang ibu baginya. Apalagi melihat tangisan Jay yang begitu kehilangan.

________________________

Setelah pemakaman nenek Jay selesai dilaksanakan, kini mereka berkumpul dengan ayah dan ibunya.

Mereka duduk diruang tamu, dengan pakaian mereka yang serba hitam. Jay melamun, masih tidak menyangka.

Dan merasa bersalah juga karena selama ini sudah jarang menjenguk neneknya di rumah sakit.

Kemudian ayah Jay menghela nafasnya. "Menurut pesan wasiat dari nenek, dia akan membagi harta warisnya ke Jay". Jelasnya.

"Karena Jay sudah menuruti kemauannya untuk menikah, tapi dengan catatan..". Lanjut ayah Jay.

"Jay harus memiliki seorang keturunan, atau anak. Agar ketika Jay sudah tua. Harta itu bisa diwariskan kepada anaknya".

Jay mengerutkan keningnya bingung. Perasaan neneknya tidak bilang seperti itu pada dirinya.

"Jay, mama minta kamu pertahankan rumah tanggamu". Saran ibunya Jay.

"Jay tidak yakin ma, sepertinya Jay udah terlalu jahat dengan Jean. Jay sudah menelantarkan dia". Ucap Jay

"Kamu lupa, kamu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Bagaimana pun juga Jean perlu seorang suami dan ayah untuk anaknya". Ucap ayahnya Jay.

Jay mulai berpikir, dia membayangkan bagaimana nasib anaknya jika hidup tanpa seorang ayah.

Dan bagaimana Jika Jean menjadi tulang punggung untuk menghidupi anaknya.

"Ya udah ma, pa. Nanti Jay pikir-pikir lagi. Sekarang Jay mau pulang dulu". Ucap Jay lesu, dia baru Jay baru saja berduka. Dan beban pikirannya malah bertambah.

__________________________

Jay berada didalam mobilnya, dia melajukan mobilnya dengan perasaan yang campur aduk.

"Saya harus nyari kamu kemana lagi sih Je?". Ucap Jay didalam mobilnya.

"Apa di rumah Riki ya?".

Namun tiba-tiba dia tersadar ketika ada seseorang yang hendak menyebrang jalan.

"Aaaaaaa...!!". Teriak orang tersebut yang terkejut ada mobil yang melaju kearahnya.

Jay menginjak rem secara mendadak, dan mobil berhasil berhenti tanpa mengenai orang tersebut.

Direction of Destiny || JayWhere stories live. Discover now