1. Calon Asdos

3.3K 155 3
                                    

H A P P Y R E A D I N G

•••

"Kak Dalfa, kak Dalfi, adek, makan sayang! Turun dulu!" teriakan Mami Calla menggema sampai lantai atas. Venus yang sedang ongkang-ongkang kaki sambil maraton drama korea menggeliat malas, menatap jam dinding kemudian menguap lebar. Semalaman ia tidak tidur. Drakornya juga belum tamat meski semalam suntuk dia tak memejamkan mata.

"Adek, jangan sampai mami naik terus seret kamu turun, ya! Abang, adeknya di bangunin!" teriakan sang Mami kembali menggema ikut meneriaki dua kakak kembarnya.

"Dalfa aja, Mi. Aku lagi belajar,"

"Bohong, Mi. Dalfi lagi ngegame."

"Kalian bertiga, kenapa susah banget sih disuruh makan. Jangan sampai Mami naik terus congkel pintu kamar kalian! Biar nggak usah ada pintunya sekalian."

Ancaman datang. Venus pun dengan malas menggeliat lagi. Ia bangun sembari mencari ikat rambut. Jangan sampai nyonya rumah ini semakin murka melihat keadaannya seperti singa yang baru keluar kandang.

"Buset, cewek perawan bangunnya siang. Mau jadi apa indonesia kalau generasinya aja semalas ini," Dalfi yang baru keluar kamar langsung mengomentari penampilan sang adik yang tengah menggaruk rambutnya dengan muka bantal. Tak lama di susul kepala Dalfa yang muncul dari pintu tengah dengan rambut di kucir tinggi.

"Sok bener ngurusin indonesia, urus tuh skripsi lo yang nggak kelar-kelar. Indonesia juga males kali punya generasi madesu kayak lo gini," Dalfa merangkul bahu Venus dengan wajah penuh jumawa. Seolah dirinya adalah pahlawan yang tengah menyelamatkan makhluk lemah tak berdaya.

"Ayo sayang kita sarapan," ajaknya dengan senyum manis.

Venus menepis tangan sang kakak kemudian berlalu pergi. Masih terlalu pagi, ia sedang tidak mood meladeni kerusuhan dua kakak kembarnya.

"Heh, gini-gini gue pinter ya. Indonesia bangga punya gue. Emang lo? Ngakunya KKN padahal kerjanya cuma main doang!"

"Bangsat, jangan keras-keras. Sampai Mami dengar gue lapor kalau lo yang gores mobil baru Papi seminggu yang lalu,"

Venus yang tengah menuruni tangga hanya mengela napas malas. Beginilah ia setiap hari, harus menyaksikan kebobrokan dua kakak kembarnya yang sering bertengkar dan saling mencari perkara. Contoh nyatanya adalah ia yang selalu menjadi korban kejailan dua kakaknya itu.

"Adek sini duduk dekat Papi!" Arsenio melambaikan tangan, meminta anak kesayangannya untuk lekas duduk. Agar pagi mereka lekas terlewat dengan suasana yang baik tentu saja ia harus menjaga korban agar tidak menjadi sasaran lagi.

Venus tersenyum kemudian duduk di samping sang Papinya setelah mengecup pipi Maminya.

"Mi, hari ini aku mau nginep di kosnya Anna. Ada tugas lapangan yang harus di selesaikan!" ucap Venus sembari mencomot roti di atas piringnya. Mami Calla menoleh, menatap putrinya dengan penuh keraguan.

"Kenapa bukan Anna aja yang nginep di rumah kita sayang? Bukannya malah lebih enak ya?" tanya sang Mami.

"Nggak bisa, Mi. Kampus sama kosnya Anna lebih dekat daripada rumah. Aku bakal telat kalau beberapa hari kedepan harus bangun pagi terus!"

"Emang tugas lapangan apa dek?" kali ini sang Papi ikut nimbrung. Arsenio jelas menjaga putri kesayangannya dengan begitu hati-hati.

"Tugas wawancara gitu sama warga. Nanti adek tuh kudu begadang ngerjakan tugasnya, Pi. Jadi mana sempat bolak-balik rumah kampus. Jadi jalan paling baik nginep di kosnya Anna."

Peta hidup Venus (On Going) Where stories live. Discover now