THE MAID: CHAPTER 02

1.1K 184 26
                                    

Our maid

***

[ RENJUN x 00L DREAM ]

***

“MAAF!”

Derap ribut sepasang kaki yang saling bertaut di sepanjang koridor rumah sakit yang tengah ramai akan pengunjung tak membuat dirinya terhenti dari dari tujuannya menuju sebuah ruangan berisikan seseorang yang tengah berjuang akan hidup nya. Air mata entah sejak kapan telah menetes membasahi area wajah, ia tak perduli sama sekali, yang hanya ada dalam pikirannya hanyalah kondisi dari seseorang yang begitu berharga untuk dirinya. Seseorang yang sangat ia takuti kepergiannya dan ia berharap bahwa sosok itu tidak akan pergi dari hidupnya.

Surai silver telah lepek, keringat bercucuran membasahi tubuhnya hingga mengecap pada pakaian yang dia pakai. Son Renjun, pemuda manis ini telah tiba pada alamat rumah sakit yang di berikan oleh sang penelfon, setelah bertanya dengan sang resepsionis mengenai ruangan keberadaan Seungwan, disini lah Renjun berada.

Sebuah pintu operasi dengan lampu berwarna merah terang sudah menjelaskan bahwa sang mama tengah berjuang melawan kematian, Renjun berpinta kepada tuhan untuk memberikan dirinya kesempatan melanjutkan hidup bersama Seungwan, Renjun tidak pernah berfikir akan bagaimana ia melanjutkan kehidupannya jikalau Seungwan pergi dari hidupnya.

Tidak, Renjun tidak sanggup.

Bruk!

Tubuhnya melemah tak tertahan, Renjun jatuh dengan keadaan bersimpuh depan pintu operasi. Setengah jam menangis setelah menerima kabar mencengangkan ini telah berhasil membuat wajahnya membengkak merah, Renjun menangis hebat hingga membuat sang supir taksi tadi iba, sukarela memberikan sekotak tisu basah untuk sang pelanggan malang nya. Bibir mungil itu tergetar menahan isak tangis, bayang-bayang akan kepergian Seungwan kembali menghantui dirinya.

Renjun takut, hingga ia lupa caranya untuk bernafas.

Kepalan mungil itu dengan keras memukul dada kirinya yang terasa begitu sesak. Isakan lirih memilukan hati mampu menggetarkan para telinga yang mendengar isakan pilu ini, banyak pasang mata yang menatap Renjun iba, namun mereka tak berani untuk mendekat.

“Ma... Bertahan, ayo bertahan untuk Renjun, ma...”

Kalimat yang selalu terucap berulang kali. Kalimat bermakna pintaan kepada sang pencipta itu terus Renjun ucapkan, tangan yang tadinya mengepal kini tengah mengenggam erat sebuah kalung yang melingkar indah pada leher jenjangnya, kalung salib pemberian sang mama. Tak jenuh Renjun terus mengecup kalung itu dengan sebuah pinta sederhana, meminta keajaiban dengan mempertahankan Seungwan untuk terus berada di sisi nya.

“Ma...”

Puk!

“Maaf nak, kamu anak dari wanita korban kecelakaan tadi?” Pertanyaan setelah tepukan pada bahu kiri Renjun terima. Kepalanya mendongak, melihat sesosok wanita paruh baya menatapnya iba. Dengan cepat Renjun menghapus jejak air mata dan mencoba berdiri dengan bantuan wanita paruh baya itu. Setelah keduanya duduk pada kursi yang ada, wanita itu pun memberikan sebotol mineral dan di terima dengan baik oleh Renjun.

“Ibu yang tadi menelfon dirimu, nak.”

Sontak saja Renjun langsung menatap lekat sang wanita, “Ibu saksi?” Tanyanya, mendapatkan anggukan dari si wanita. “Benar, ibu melihat dengan sangat jelas apa yang terjadi menimpa ibu mu hingga beliau berakhir disini untuk berjuang dengan hidupnya,” Jawabnya, menarik sebelah tangan Renjun dan memberikan sebuah ponsel genggam milik Seungwan kepada sang anak.

MAHSYAR FIELD STORY Where stories live. Discover now