JUU-YON

211 34 3
                                    

"Kau bilang kau melihat Zenitsu dan Nezuko sewaktu pertandingan?"

Aku mengangguk. Yushiro terdiam. Dia menatapku tidak percaya. "Bagaimana bisa?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu." jawabku. "Tapi, itu bukan mereka yang hidup. Lebih seperti arwah dan kalaupun itu cuman khayalan, aku yakin Tokoyami tidak akan menanyakan Zenitsu yang berdiri di belakangku."

Yushiro menghela napas. Dia lalu menatap berkas-berkas tua milik organisasi yang ia buka dari peti rahasianya. Saat aku bercerita padanya mengenai diriku yang bisa melihat Zenitsu, Nezuko dan orang itu, Yushiro langsung mengeluarkan seluruh berkas lama yang ditinggalkan Keluarga Ubuyashiki untuk kami. Yushiro berusaha untuk mencari tahu apakah aku menjadi anak indigo atau tubuhku mulai terpengaruh perubahan zaman sehingga memiliki quirk.

Yushiro menggelengkan kepala. "Sepertinya tidak ada petunjuk satu pun yang ditinggalkan organisasi mengenai pemanggilan roh yang kau lakukan, Senjuro."

Aku terdiam. Ini benar-benar membingungkan. "Lantas bagaimana sekarang?"

"Aku akan berusaha memeriksa catatan keluarga lainnya, siapa tahu kita menemukan jawabannya disana." kata Yushiro. "Untuk sementara, sembunyikan dulu kekuatanmu dan kalau bisa, pelajarilah. Kita tidak tahu apakah itu berguna untuk kebaikan atau sebaliknya."

***

Dan begitulah. Sisa hari itu kuhabiskan meneliti kemampuanku itu. Yushiro tidak bisa menyebutnya quirk sehingga dia tidak akan meminta pembaruan data diri kepada pemerintah. Namun, aku juga harus menyembunyikannya dari Yuichirou dan [Name]. Kata Yushiro, akan lebih baik jika sedikit orang saja yang mengetahuinya. Kalau nanti Tokoyami bertanya, akan kujawab mungkin salah orang. 

"Siaran langsung di televisi benar-benar hebat. Di tengah jalan, ada banyak orang yang menyapaku lho." Ashido berseru heboh. Kami akhirnya kembali bersekolah setelah libur sebentar selepas Festival Olahraga.  

"Iya aku juga." kata Kirishima.

"Aku juga dilihatin sana-sini. Rasanya jadi bikin malu." ujar Hagakure. Maklum, dia agak sulit sekali untuk dilihat. 

"Kalau aku malah tiba-tiba ada anak SD yang teriak 'Jangan dipikirkan'." kata Sero.

"Don't mind."

Aku tertawa kecil saat celetukan Asui malah memperburuk mental Sero. Memang hanya dalam waktu sehari kami langsung terkenal. Tadi saat berangkat sekolah saja, aku dan Yuichirou banyak diberi ucapan "don't mind" atau "selamat". [Name] bahkan sempat mengejek kami. Maklum, dia tidak terlalu banyak mendapatkan ucapan dari orang-orang karena performanya kurang.

"Pagi."

"Selamat pagi." Satu kelas menjawab datar. Kami semua langsung otomatis duduk di kursi masing-masing. 

"Aizawa-sensei perbannya sudah dilepas ya." celetuk Asui. "Syukurlah."

"Perawatan si nenek saja yang lebay. Yang lebih penting, di pelajaran Informasi Pahlawan hari ini, lumayan spesial."

Seketika, suasana kelas langsung tegang. Kalau sudah membicarakan sesuatu yang spesial tentang pahlawan, sepertinya--

"Codename. Penentukan julukan pahlawan."

"INI DIA YANG PALING DITUNGGU!!"

SIIING

Kelas mendadak hening saat Aizawa-sensei memberikan kami tatapan tajam. Aku berusaha duduk setenang mungkin namun aura Aizawa-sensei tampak tidak bersahabat sama sekali. Oh ya!

"Selain itu, ini ada kaitannya dengan perekrutan pro-hero yang kubahas tempo lalu. Hal pokok yang dinilai dalam perekrutan adalah banyaknya pengalaman, lalu akan direkrut resmi saat kalian kelas dua atau kelas tiga nanti. Dengan kata lain, perekrutan kalian, murid kelas 1 kali ini adalah bisa dibilang ketertarikan mereka terhadap potensi kalian di masa depan."

FIRE, WATER & MIST | BNHA X F!TOMIOKA READER X KNYWhere stories live. Discover now