About him

16 4 0
                                    

Siang hari di senin yang terik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang hari di senin yang terik. Sinar matahari membara seolah membakar buana. Aku terdiam menatap kosong sebuah buku tebal dihadapanku. Otakku sibuk memikirkan apa yang terjadi hari ini. Sebuah keputusan dari pembina yang membuatku harus mewakili sekolah dalam olimpiade. Kabar lainnya lagi adalah, aku harus mewakili sekolah dengan Kak Samudra. Fakta mengejutkan lain yang ku dapat adalah, Kak Samudra dan Kak Eric yang terlihat sedikit berbeda. Hal ini lah yang membuatku sedih.

Kini aku hanya terdiam seperti orang-orangan sawah. Lebih konyol lagi aku terdiam dengan Kak Samudra di sebuah ruang belajar yang terletak di dalam perpustakaan sekolah. Rak-rak buku menjulang tinggi seolah-olah menertawakan keheningan diantara kami. Dapat kurasakan Kak Samudra yang juga menatap hampa pandangan diluar perpustakaan melalui jendela dimana memperlihatkan kelas kita yang sedang asik berolah raga.

"Apa yang ada di buku itu tidak akan masuk ke otakmu kalau kau hanya menatapnya seperti itu," celetuk Kak Samudra, suara beratnya mengalun mengusik lamunanku. Sedangkan aku hanya menggigit bibir dan mulai mengerjakan soal-soal yang ada di sana. Tetapi sebelum otakku sepenuhnya berkonsentrasi, sebuah distraksi kembali datang dan kini membuatku mau tidak mau menatap sepasang manik mata, sepasang obsidian hitam kelam itu dan menyelami kedalamnya seolah mencari kata temu.

"Aneh, aku gapernah ngira kalau adik dari sahabat ku memiliki nama tengah yang sama seperti ku," ucapan ini yang keluar dan membuatku terpaku dan terkunci dalam manik mata gelapnya.

"Rajendra," satu kata namun menggema di dalam otakku. Hingga ntah aku salah mengartikan atau realita. Dapat kulihat bibir tebal milik lelaki itu sedikit terangkat membentuk sebuah senyuman, tipis. Ntah mengapa aku merasakan sedikit kehangatan di dalam hatiku.

"Sudah lah, mari kita belajar," kalimat terakhir sebelum kami benar-benar tenggelam dalam soal-soal olimpiade dan sesekali berdiskusi mengenai apa yang kami bingungkan. Hal ini terus bertahan hingga sebuah suara familiar mengalun tanpa permisi. 

"Makan dulu guys," sebuah suara yang membuatku refleks menoleh dan mendapati sosok Kak Eric yang membawa dua susu kotak dan satu kotak crepes cake dengan senyumnya yang mengembang sempurna di wajahnya. Sedangkan aku hanya menaikkan salah satu alisku melihat tingkah kakakku itu.

"Harusnya Kak Eric ikut tau," gerutuku pelan ketika Kak Eric duduk disampingku dan berhadapan langsung dengan Kak Samudra.

"No, u deserve it," ucapnya sambil menepuk puncak kepalaku pelan.

Padahal aku tahu jika Kak Eric sangat menginginkan berada di olimpiade ini. Namun, ia terpaksa harus merelakannya karena menjadi perwakilan dalam perlombaan debat dimana dalam debat tersebut mengharuskan pesertanya menggunakan bahasa Inggris. Dimana kemampuan Kak Eric dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris tidak diragukan lagi, he's fluent. Sedangkan aku hanya diam, diam-diam melirik ke arah Kak Samudra yang sedang menyantab crepes cake yang dibawa Kak Eric tadi.

Namun, tak lama setelah itu dua orang yang ku kira sedang berjarak kini terlihat bersenda gurau. Tanpa ku sadari sudut bibirku sedikit terangkat. Mengingat kejadian kemarin dimana Kak Eric begitu rapuh dan kini dia sudah kembali ceria tidak dengan topeng coolnya.

Tentang Rasa || Kim SunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang