[22] Good Day

762 77 13
                                    

Beberapa hari menuju hari pernikahan Cherry lewati dengan santai dan tanpa gangguan. Dia sudah pulang ke rumahnya sejak meminta cuti. Setelah mengurus beberapa hal, Cherry hanya tinggal santai-santai saja hingga akhir pekan. Sabtu pagi di hari pernikahan pun cerah dan tidak ada tanda-tanda akan hujan. Pukul empat pagi, Cherry sudah bangun di kamar lamanya di Depok. Dia mengucek mata dan duduk sejenak. Setelah kesadarannya terkumpul sempurna, Cherry berjalan keluar kamar. Dia turun dari loteng kamarnya dan menuju lantai dua, di mana kamar adiknya berada.

"Siska... Dah bangun belum?" tanya Cherry sembari mengetuk pintu. Belum sempat dia membuka pintu kamar adiknya, sosok adiknya muncul dari tangga lantai satu.

"Mbak, ayo turun. Udah ditunggu Mama. Bentar lagi orang yang dandanin lo bakalan datang. Kata Mama lo disuruh solat dulu aja," kata Siska setelah melihat kakaknya di depan pintu kamar.

Siska turun lagi, karena harus bantu-bantu persiapan. Beberapa keluarga dekat Cherry juga sudah datang untuk membantu. Pernikahan hari ini sederhana saja dan tidak pakai WO, tapi dekorasi sejak semalam sudah disiapkan di aula perumahan mereka.

Alasan menyewa aula itu, tentu saja karena cukup untuk tamu-tamu yang jumlahnya tidak banyak dan harganya tidak mahal. Selain itu, Cherry jadi tinggal berjalan kaki ke lokasi. Belum lagi penghulu dari KUA di kecamatan domisilinya cukup dekat. Hal ini membuat persiapan pernikahan Cherry yang sederhana pun menjadi lebih ringan. Tak ada drama-drama bridezilla seperti teman-temannya.

Setelah Cherry beribadah dan mandi, dia pun turun ke lantai satu. Ada satu ruangan yang sudah disiapkan untuk dirinya memakai gaun dan berdandan. Entah mengapa, hari ini dia rasanya cemas. Mungkin efek grogi saja. Berkali-kali dia mengecek ponsel, tapi Media belum membalas pesan. Media datang jam berapa ya? Dia kan harus dipakein jas juga? Cherry berpikir sembari menengok ke arah jas yang sudah rapi tergantung di sudut ruangan.

"Media belum datang, Mbak?" tanya Siska.

Cherry menatap adiknya cemas. "Belum, nih. Gue WA juga belum bales, cuma centang satu aja. Dia nggak kenapa-kenapa kan, ya?"

"Tungguin aja kali, Mbak. Masih jam lima subuh juga, mungkin masih di jalan sama keluarganya." Siska lalu pergi dari ambang pintu dan menuju ruang depan untuk menggelar karpet agar keluarga yang datang bisa duduk-duduk atau tiduran setelah acara selesai.

Sementara Cherry hanya duduk di depan cermin sambil menunggu orang yang akan mendadaninya datang. Dia mengecek ponsel dan menunggu pesan Media, tapi yang masuk malah rentetan pesan dari grup SMA. Semua mengatakan selamat dan berkata bahwa mereka tidak menyangka kalau Media akan menikah dengan Cherry. Bahkan malah ada yang nyeletuk soal Dania.

Wah, nggak nyangka. Kukira Media jadinya sama Dania. Selamat ya, Cherry.

Hah? Dania? Siapa?

Cherry tidak mengacuhkan pesan itu karena dia tidak pernah ambil pusing dengan bagaimana hubungan Media di masa lalu dengan orang lain. Dia menggulir layar lagi dan kali ini masuk pesan dari teman-teman kantornya. Mereka berjanji akan datang bersama Armand. Cherry pun tersenyum. Dia senang kalau teman-teman kantor dan bosnya datang. Siapa tahu dapat hadiah kulkas yang beli pakai voucher HappyShopping, pikirnya bercanda.

Menggulir layar ponsel membuat Cherry lupa pada kecemasannya. Tepat saat kecemasan itu hadir lagi, suara lelaki menggema di ruang depan.

"Assalamu'alaikum. Bu Sani, maaf saya terlambat," ujar suara itu.

Cherry langsung menengok dan bergegas ke ruang depan.

Itu Media, sudah memakai kemeja putih dan membawa beberapa seserahan dengan keluarganya yang hanya berlima saja.

The Love InvestmentWhere stories live. Discover now